17.00 PM
Dengan membawa berkas-berkas aku berjalan menuju ruang wakil direktur. Aku masuk tanpa permisi. Steven tengah mengetik sesuatu sedangkan aku menaruh berkas pada rak milik Steven.
"Tadi pagi ditelfon kok gak diangkat?" Tanya Steven.
"Harus saya kasih tau alesannya?" Tegasku sembari melemparkan senyum.
"Tugas saya sudah selesai." Ucapku yang langsung berjalan menuju pintu keluar.
"Saya antar." Timpal Steven yang langsung melepas jas dokternya dan menggantinya dengan jaket.
"Loh? Emang kamu gak sibuk?" Tanyaku heran.
"Nanti malam balik lagi kesini, lagian udah lama saya tidak menjenguk Arya." Ujarnya yang langsung berjalan mendahuluiku.
Saat di mobil, aku meminta Steven untuk menepi dan membeli coklat titipan Arya. Aku berjalan cepat dengan membawa sebatang coklat dan menuju mobil milik Steven.
"Arya minta coklat?" Tegasnya.
"Iya, gak tau tuh kenapa. Ya, saya turutin aja." Sahutku yang kemudian Steven langsung menancap gas menuju rumah sakit.
Aku berjalan beriringan dengan Steven, namun aku sedikit terkejut saat dokter dan beberapa suster lari kedalam ruangan Arya. Aku yang cemas langsung mempercepat langkahku dan masuk kedalam kamarnya. Aku melihat Arya yang sesak nafas sangat parah. Aku langsung menghampiri ibunya Arya.
"Tante, Arya kenapa?" Tanyaku cemas.
"Tadi Arya sempat step terus sekarang sesak nafas." Jelas ibunya Arya yang langsung merangkulku.
"Raina..."panggil Arya yang mulai bernafas normal.
Aku menghampiri Arya dan langsung menggenggam tangannya sangat erat. Air mataku sudah menggenang namun aku berusaha agar tidak menangis dihadapannya.
"Aku bawa coklatnya, kamu istirahat ya nanti kalau membaik kita makan coklatnya."jelasku dengan tanganku yang membelai rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...