07:30 AM
Di temani cahaya matahari pagi, seusai makan aku langsung berjalan cepat menuju bus. Namun saat sampai di bus, aku tak menemukan keberadaan Arya. Tak hanya Arya, seisi bus tak berpenghuni.
Aku kerajinan atau Arya pemalas? Gumamku yang langsung duduk di kursi ku.
Aku melihat satu persatu siswa masuk kedalam bus, termasuk salsa yang kini sudah duduk disampingku. Tatapanku seketika terfokus pada Arya yang datang. Aku melempar senyum padanya, tak seperti biasanya Arya justru membuang pandangannya. Aku menoleh ke belakang lebih tepatnya ke arah kursinya.
"Arya."panggilku yang kini hanya dijawab dengan lirikan kemudian kembali dibuang olehnya.
Manusia ini makin menyebalkan saja. Aku juga bisa seperti itu. Gumamku
Yang langsung sinis dan membuang pandanganku seperti tatapan jengah.Selama di jalan, Arya sama sekali tak mengusikku akupun cenderung diam membisu. Setelah sampai di lapangan Universitas Gadjah Mada, kami langsung turun. Tanpa memperdulikan Arya aku langsung turun dan mengikuti arahan tour guide. Kini kami tengah duduk di salah satu kursi taman yang tinggi, kelasku berkumpul di satu titik sedangkan Arya tak jauh dariku. Aku melihat kursi yang cukup tinggi. Aku berusaha untuk duduk, namun berkali-kali gagal karna tubuhku kurang tinggi. Saat kembali berusaha, tanganku tak sengaja terpeleset dan aku hampir jatuh.
"Aduh."erangku pelan karna pinggulku membentur kursi itu.
Arya sontak hendak bergerak menolongku ketika mendengar eranganku. Aku reflek menatap Arya yang masih menatapku, aku sedikit terkekeh melihat tingkahnya yang masih memperdulikanku disaat kesal denganku. Aku kembali berusaha, dan akhirnya berhasil duduk si kursi itu.
Sok sok an mau kesel, tapi masih perhatian. Gumamku diiringi terkekeh.
.
.
.
.
.Kami tengah berada di aula Fakultas Peternakan di UGM. Sesekali aku mencari keberadaan Arya, namun aku tidak menemukannya. Aku berusaha tenang mendengarkan presentasi, namun ketenanganku tidak berlangsung lama. Karna tiba-tiba lampu di aula itu mati, untuk menampilkan sebuah video. Aku mengepal tanganku gemetar.
Rai, lu harus tahan takut lu. Gak boleh ada yang tau itu semua. Tahan Rai. Batinku.
Nafasku mulai terengah-engah karna phobiaku yang semakin menjadi. Aku ingin keluar dari sini, tapi aku takut semakin gelap. Aku masih mengepal tanganku yang gemetar.
Arya, lu kemana sih. Gumamku.
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik rambutku dari belakang, sontak aku langsung menoleh. Pandanganku tertuju pada wajah konyol itu lagi, ya Arya. Arya tersenyum padaku dan mengangguk pelan seperti tengah berbicara 'tenang saja Rai, ada aku disini' aku yang masih sedikit terengah-engah mulai menstabilkan nafasku. Aku langsung kembali menghadap ke depan, tanganku masih sedikit gemetar.
Arya yang mungkin melihatnya, langsung kembali menarik rambutku seperti tengah mengingatkan jika masih ada dia disana. Kepalan tanganku mulai tenang. Aku juga berusaha memerhatikan video itu tanpa mensugesti tentang phobiaku. Selama ruangan ini gelap, Arya menarik-narikki rambutku yang entah kenapa aku sedikit tenang.
Ketika lampu sudah kembali menyala, dan presentasi selesai aku langsung menoleh ke arah Arya."Arya." Panggilku.
Arya sempat melihatku namun ia kembali membuang pandangannya. Aku mengkerutkan keningku dengan tingkah yang ia berikan padaku.
Dia kenapa? Seperti kepribadian ganda saja. Batinku.
Aku langsung berdiri dan berjalan keluar aula meninggalkan Arya dan teman-temannya disana. Aku duduk melamun di salah satu kursi, menatap seorang mahasiswa yang memakai jas dan membawa bucket bunga. Tatapanku tak pergi dari sana, aku sedikit berfikir apa yang akan dilakukan mahasiswa disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...