Rapuh

6 1 0
                                    

Desember 2025
Bandara Soekarno Hatta.

"Arya kemana?" Tanyaku pada Awan yang tampak seorang diri menjemputku.

"Dia gak bisa jemput lu." Ucap Awan yang kemudian membuatku berdecak kesal.

"Steven thanks for everything." Ujarku kepada Steven dan langsung berjalan menuju mobil milik Awan.

Didalam mobil aku membungkam, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Arya selama beberapa bulan belakangan ini.

"Arya itu--" ucap Awan terpotong.

"Diam." Cetusku,

Awan mencerna perintahku dengan baik, kami diam membisu hingga akhirnya aku turun dan masuk kedalam rumah sewaku. Aku berkali-kali menelfon Arya namun tak satupun terjawab.

"Fuck!" Seruku yang langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk mengunjungi rumah sewanya, namun tak seperti yang aku inginkan. Pemilik rumah sewa bilang jika Arya sudah memutuskan biaya sewanya dan pindah. Bahkan tanpa sepengetahuanku. Aku langsung menelfon Awan.

"Lu dimana?" Tanyaku dengan nada tinggi.

"Hey lu kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Awan heran.

"Lu dimana sekarang?!" Tanyaku kembali yang kini mulai sedikit keras.

"Gua dikampus lu---" ucapnya terpotong karna aku langsung memutuskan sambungan telfon.

Aku langsung menuju kampus, saat sampai di kampus aku langsung berlari mengitari kampus dan bertanya kepada beberapa mahasiswa keberadaan Awan. Aku berhasil mendapati Awan yang kini tengah bersama wanita itu lagi.

"Lu bisa pergi?" Tanyaku menahan amarah pada wanita itu.

"Lu kenapa sih?" Tegas Awan.

"Lu yang kenapa?!" Seruku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Arya dimana?" Lanjutku dengan penekanan di setiap katanya.

"Arya kemana?!" Seruku yang kini sudah menjadi pusat perhatian

Aku menahan tangisku di kursi taman, tak lama kemudian Awan menghampiriku dan memberikanku es kopi.

"Gua cuma mau jawaban lu." Cetusku.

"Gua gak tau Rai, dia selalu ngabarin lewat chat. Lu gak bisa nelfon dia?" Tanyanya.

"Gua gak bisa nemuin dia." Ucapku yang kini sukses mengeluarkan air mata.

Awan yang melihatku menangis langsung memelukku dan menepuk-nepuk punggungku perlahan.

"Gua udah curiga ada yang aneh. Kenapa dia ngilang?" Lanjutku sembari melepas pelukannya.

"Gua mau sendirian, bilang ke dosen gua, hari ini gua gak masuk."ujarku sembari menghapus air mataku.

"Lu mau ngapain?" Tegas Awan.

"Lu harus masuk kelas. Raina yang gua kenal gak mungkin rapuh karna lelaki." Ucap Awan sembari menyeretku masuk kedalam kampus.

Aku melepaskan tarikannya tepat didepan pintu kelas.

"Gua gak mau ngampus ih." Gerutuku.

"Gua jagain disini." Tantang Awan.

Aku berdecak kesal dengan langkah malas aku masuk kedalam kelas dan duduk ditempat biasa. Steven yang sudah disampingku sempat melihat mataku yang sembab.

"Kamu habis mengeluarkan berapa ml H2O?" Tanya Steven.

Aku hanya diam membisu sesekali aku berusaha menelfon Arya, aku tau tidak akan ada jawaban.

Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang