23:50 PM
"Arya." Panggilku.
"Loh kok kamu masih bangun? Kamu kenapa gak tidur?" Tanyanya heran.
Aku menatap sebatang rokok yang ia selipkan pada kedua jarinya. Aku merebutnya dan mematikan sumbunya.
"Enak ya nyebat tengah malem." Cetusku dengan wajah datar.
"Aku gak bisa tidur Rai, ditambah tadi kamu tiba-tiba badmood." Jelasnya.
"Kamu nyalahin aku?" Tanyaku.
"Bukan gitu boba." Sahutnya.
"Yaudah terserah kamu." Ucapku diiringi helaan nafasku kasar.
Aku langsung berjalan keluar dari kolam renang dan menuju sofa karna aku sukses gagal tidur. Arya menghampiriku dan duduk dibawah kakiku.
"Jangan marah dong." Bujuk Arya tanpa ku respon dan memilih untuk menonton tv.
Namun, tiba-tiba tubuhku diangkat dan duduk dipangkuannya.
"Jangan marah, aku kan udah ngurangin nyebat." Ucapnya.
Aku langsung berdiri dan mematikan televisi. Aku berjalan masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamar agar Arya tidak dapat menggangguku.
Keesokan paginya, aku membuka mataku perlahan dan menemukan Arya yang tertidur duduk dengan kepala di bibir ranjangku.
Mataku tertuju pada Salsa yang tengah memakai skincare."Siapa yang nyuruh Arya tidur disini?" Tanyaku pada Salsa.
"Dia sendiri yang mau, tadi Shilla waktu mau ibadah buka pintu kamar ngeliat Arya tidur di deket pintu kamar. Terus Shilla nyuruh pindah tapi dia bilang gak mau, dia milih tidur kayak gitu." Jelas Salsa.
"Kok kalian bolehin?" Tegasku.
"Emang kita bisa bujuk dia kecuali lu?" Timpal Salsa.
"Kalian marahan?" Tanya Salsa.
"Tadi malem gua liat dia nyebat dan gak tidur. Gua kesel aja." Sahutku dengan pandanganku yang tertuju pada Arya yang menggenggam tanganku.
"Kalian tuh udah jadi pasangan masih aja suka ribut." Celoteh Shilla yang datang seusai mandi.
"Bangun ya."ucapku diiringi dengan tanganku yang menepuk-nepuk bahunya.
Arya membuka matanya yang seketika juga melepaskan tangannya, aku langsung bangun dan merapihkan ranjangku.
"Kamu masih marah?" Tanya Arya.
"Keluar sana, ini kamar cewe!" Seru Shilla.
"Apaan si yeu." Celoteh Arya.
"Shilla bener." Cetusku tanpa menatapnya.
"Aku ga akan keluar, kalau kamu gak maafin aku." Ucapnya menantang.
Aku menatap sinis Arya yang sontak membuat Arya segera bergegas keluar kamar kami.
Rencananya hari ini kami akan ke ubud, selama perjalanan aku banyak diam. Seketika aku tersentak saat Salsa menyentuh bahuku.
"Eh? Kenapa?" Tanyaku diiringi dengan tolehanku.
"Kamu ngelamun kenapa?" Tanya Arya dengan responku menaikkan kedua bahuku.
"Jangan bengong Rai." Ucap Shilla.
"Iya." Sahutku yang kemudian kembali diam memperhatikan jendela mobil.
Entah kenapa, semenjak aku bermimpi masa kecilku aku seperti merasakan kembali sakitnya. Gadis polos, lugu yang sejak taman kanak-kanak dijauhi teman-temannya. Kini aku ingat, dan aku tau kenapa Awan bisa mengenalku tanpa aku memperkenalkan diri.
Awan adalah farel, dan aku adalah Rahel. Kenapa aku menjadi sering tertarik kedalam masa lalu yang menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Novela Juvenil"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...