Mentari pagi masuk melalui sela-sela jendela kampus, menyinari bukuku yang tengah mencatat poin penting setiap ucapan dosenku. Tak lama kemudian seniorku datang menghampiri dosen pembimbingku, namanya Wirawan tetapi beberapa mahasiswi disini menyebutnya Awan. Ia seniorku yang tadi menjatuhkan bukunya di hadapanku. Aku tak banyak menggubrisnya, aku sibuk menulis dibukuku, namun tak lama kemudian Awan datang menghampiriku dan duduk disampingku.
"Kosong kan?" Tanya Awan yang duduk disampingku.
"Iya kak." Jawabku diiringi senyum kecil.
Aku diam membisu dan memilih untuk fokus dengan penjelasan dosen, namun aku mendapati Awan tengah menatapku. Aku menoleh kearahnya sehingga mata kami bertemu.
"Kenapa kak?" Tanyaku heran.
"Gak apa-apa, udah lanjut aja." Sahutnya yang gelagapan dan mulai mengalihkan pandangannya
Saat dosen menutup kelas hari ini, Awan menahanku untuk keluar karna ia ingin bicara denganku. Aku menuruti keinginannya dan tetap duduk di kursiku.
"Lu pulang sama siapa?" Tanya Awan.
"Dijemput kak, kenapa ya?" Tegasku.
"Gua mau nganter lu pulang, mau gak?" Timpalnya yang sontak membuatku semakin bingung.
"Gak usah kak, nanti gua ada yang jemput." Sahutku diiringi senyumanku.
"Ohh oke." Jawabnya.
"Lu gak inget sesuatu tentang gua gitu?" Tegas Awan.
Aku mengerutkan keningku, dan mencerna tiap ucapannya.
"Kak awan? Kakak senior waktu OSPEK yang bantuin gua terus." Jelasku.
"Jauh dari sebelum kuliah." Celetuknya yang kini memasang wajah serius.
Aku menggeleng perlahan dengan wajah heran.
"Yaudah deh, gua duluan ya. Hati-hati di jalan." Ucapnya yang kemudian pergi meninggalkanku.
Awan? Apa dia dari masa laluku? Siapa? Batinku.
Aku langsung berjalan keluar kelas dan menuju gerbang kampus karna Arya sudah menungguku disana. Besok adalah libur panjang, Arya mengusulkan untuk berlibur bersama ke Bali. Aku mengiyakan keinginannya, karna tak hanya berdua aku juga mengajak Salsa dan Shilla.
Keesokan harinya aku menyiapkan koperku dan bersama dengan Arya menuju Bandara Soekarno Hatta. Aku, Salsa dan Shilla sibuk bercanda selama di pesawat. Sesekali aku jahil pada Arya yang sejak pesawat mulai naik ia sudah tertidur dengan kepala yang terjatuh di bahuku. Sesekali aku memainkan rambutnya saat bosan."Arya..." panggilku sembari menepuk-nepuk bahunya perlahan.
"Kenapa boba? Kamu butuh apa?" Jawabnya dengan matanya yang sayu.
"Aku gak butuh apa-apa, ini sudah sampai. Ayo bangun." Ucapku dengan tangan yang masih sibuk mengusap-usap rambutnya.
Arya mulai bangun dan menegakkan tubuhnya sesekali meregangkan tubuhnya. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang sesekali manja padaku.
Kami bertiga segera menuju villa, aku, Salss dan Shilla sibuk memuji seisi Villa. Sedangkan Arya masih sibuk menurunkan barang-barang kami, aku berjalan menghampirinya dan menawarkan bantuan namun usahaku gagal karna ia melarangku membantunya.
Saat semua sudah rapih, Arya tampak kelelahan dan duduk di sofa bersama dengan Shilla dan Salsa tengah bercanda.Aku masih berkutat didapur menyiapkan makan sore kami. Aku membawanya ke meja makan, saat berjalan membawa beberapa makanan Arya menghampiriku dan memelukku dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...