16.30 PM
Perlahan aku membuka pintu kamar dan menemukan Arya yang tengah bermain game di ponselnya tepat di atas ranjangnya.
"Kamu sudah pulang? Gimana tadi kuliahnya?" Tanya Arya yang langsung mematikan ponselnya dan menatapku.
"Besok aku sidang." Sahutku.
"Kok gak dimakan si?!" Gerutuku saat melihat makanan yang masih utuh.
"Gak enak." Cetusnya dengan memanyunkan bibirnya.
"Aku suapin, nanti jadi enak." Ucapku yang langsung mengambil makanan itu.
"Kamu gak pulang ke rumah?" Tanyanya heran.
"Aku mau nginep disini aja, aku juga udah bawa baju kok." Sahutku.
"Nih aaa." Ucapku menyuapi Arya.
"Lemah aku kalau kamu yang nyuapin." Celotehnya yang langsung menerima suapanku.
.
.
.
"Aryaa udah belum?!" Tanyaku berteriak dari luar toilet sembari memegang tabung oksigen milik Arya."Dikit lagi, belum keluar semua." Sahut Arya dari dalam kamar mandi.
"Ketimbang pipis aja lama ih." Gerutuku yang kemudian dikejutkan dengan Arya yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi.
"Udah?" Tegasku.
Tiba-tiba Arya mencium bibirku sekilas dan tersenyum padaku. Aku yang tersentak hanya tersenyum tipis.
"Bawain tabungnya." Cetusnya sembari berjalan mendahuluiku.
"Iya tuan." Sahutku meledeknya dan membantunya menarik tabung oksigen yang sedikit berat.
"Aku mau ganti baju." Ucapnya yang sontak membuatku langsung memalingkan tubuhku.
"Buat apa kamu menghadap kesana?" Ledeknya yang langsung menarikku dan jatuh didalam dekapannya yang telah bertelanjang dada.
Aku diam mematung, mulutku membisu. Mataku hanya menatap kedua bola matanya yang sangat tajam menatapku.
"Kamu gak akan ninggalin aku kan?" Ucapku yang memecah keheningan.
Arya sontak menunduk dan menghela nafas kasar.
"Kamu bisa sembuh kok, aku yakin." Lanjutku diiringi tanganku yang mengangkat kepalanya.
"Tapi kalau nanti aku gak ada, kamu harus dengerin semua pesan aku ya?" Ucapnya sembari menggenggam tanganku.
"Kok kamu ngomong gitu sih?" Gerutuku.
"Jawab dulu." Cetusku.
"Tergantung." Sahutku dengan wajah tengah menimbang-nimbang.
"Udah ah aku mau mandi dulu, udah malem." Ucapku yang kemudian hendak ke kamar mandi.
"Gak boleh." Cetusnya sembari memelukku erat.
"Aku kan bau tau, aku mau mandi dulu ya." Ucapku sembari memainkan rambutnya.
"Jangan lama-lama." Sahutnya yang langsung melepaskan pelukannya.
"Enggak, Paling seabad." Celotehku diiringi kekehanku.
Hari mulai larut, Arya sudah tertidur pulas dengan tangan yang masih menggenggam tanganku. Sulit sekali memintanya untuk tidur, karna berulang kali Arya memintaku tidur di ranjangnya. Tapi, aku menolaknya.
"Aku gak pernah bilang ini, i love you more." Ucapku sembari mengusap pipinya.
Kamu pasti bisa, aku yakin kamu pasti bisa. Kamu gak akan ninggalin aku. Batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...