07.30 AM
Aku duduk di ruang kelas, canda dan tawa menyelimutiku dan menutup rasa sedihku. Kemarin, aku cukup tenang berkat manusia aneh itu. Tak ada rasa sakit yang tersisa. Sesekali aku teringat ucapannya dengan seringai konyolnya.
🌿🥀🌿
"Boba kalau nangis, nanti menciut. Tebak kenapa?" Ujar Arya ditaman sembari menghapus air mataku.
"Kenapa?" Tegasku yang masih diiringi sesenggukan.
"Karna kadar airnya berkurang, gimana si lu bodoh banget. Katanya anak IPA." Celotehnya yang justru membuatku kesal dan menyingkirkan tangannya dari pipiku.
"Eh iya iya maaf." Ucapnya yang kemudian kembali memelukku sembari mentertawaiku.
Tanpa ia tahu, aku sudah memasang lekuk bibirku yang sangat indah. Tersenyum sangat lepas.
🌿🥀🌿
Manusia itu setelah menghiburku kemarin, sekarang tidak masuk? Gumamku.
"Kok lu bawa motor Rai?" Tegas Shilla yang baru saja masuk ke kelas dan melihat motorku yang terparkir di parkiran.
"Lah cowo lu gak nganter?" Tanya Salsa.
"Enggak." Sahutku singkat dengan raut wajah kembali jengah.
"Kenapa si? Kalian berantem? Perasaan kalian gak pernah berantem dah." Ucap Shilla yang sangat heran.
"Gua putus, masa gua berangkat sama mantan gua." Jawabku yang kemudian kembali sibuk memainkan ponselku.
"Lah?!"seru mereka bersamaan.
"Putus kenapa? Siapa yang mutusin? Kok bisa?" Timpal Salsa yang langsung menjatuhkan beberapa pertanyaan bersamaan.
"Gua yang mutusin." Ucapku singkat tanpa memberikan penjelasan.
"Kenapa?" Tegas Shilla.
"Pengen aja." Sahutku yang sama sekali tidak bisa dicerna kedua temanku itu, namun mereka mengerti kondisiku dan memilih untuk bungkam.
Aku melirik kursi Arya yang masih kosong tak berpenghuni. Aku menopang daguku dengan tanganku dan kembali melamun seperti biasanya.
"Heh boba!" Ledek Arya yang baru saja datang sembari lewat disampingku.
"Dihukum lu ya gara-gara telat." Ucapku.
"Iyalah." Sahut Arya yang justru berbangga diri.
"Berangkat sama siapa tadi?" Tanya Arya.
"Sendiri, naik motor. Bentar deh, lu habis ngerokok ya di tongkrongan?" Tegasku.
Arya diam membisu ketika aku melontarkan pertanyaan tersebut.
"Lu gak bangun kesiangan tapi terlalu asik nongkrong. Iya kan?" Tanyaku memojokkinya.
"Lu marah ya?" Timpal Arya.
Aku menghela nafas panjang ketika mendengar jawabannya.
"Makan permen gih, atau minum kopi. Gua gak suka bau rokok." Ucapku dengan santai.
"Gua bukan bermaksud ngekang lu, kalau lu mau ngerokok, nongkrong, dateng telat itu bukan urusan gua. Gua cuma bilang gak suka bau rokok, kalau masih bau rokok jangan deket-deket gua." Jelasku tanpa menatapnya.
"Iya.." sahutnya pelan.
"Gak usah mellow kali." Celotehku sembari terkekeh melihatnya.
Bel istirahat berbunyi nyaring, kali ini aku kekantin bersama Salsa dan Shilla. Aku tertawa karna bercanda dengan mereka. Namun saat menuruni tangga, tatapanku tertuju pada Vincent yang tengah duduk di kursi tak jauh dari tangga. Seperti biasanya ia menungguku disana. Namun, yang berbeda kali ini kami sudah tak memiliki hubungan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...