STAY WITH U

5 1 0
                                    

Maret 2026
08.30 AM

Beberapa hari yang lalu, Steven diberi kabar jika ayahnya sedang berada di Indonesia dan sakit. Steven meminta padaku untuk menemaninya, perlahan aku berjalan mengekori Steven menyusuri lorong kamar di salah satu rumah sakit yang sangat besar. Aku belum pernah melihat rumahsakit ini, bahkan ternyata rumahsakit ini baru dibangun.

"Saya tunggu diluar aja ya?" Tanyaku pada Steven didepan pintu yang terdapat dua pengawal yang menjaga kamar itu.

"Kamu temani saya." Sahutnya yang langsung menarik tanganku kedalam kamar itu.

Tampak pria paruh baya yang duduk diatas ranjang dengan perawat yang tengah merawatnya. Aku menunduk segan melihat Steven yang semakin dingin saat masuk dan menghadap pada ayahnya.

"Selama ini kamu kemana saja?" Tegas ayahnya.

Steven masih menggenggam tanganku agar aku tidak pergi meninggalkannya.

"Saya sekolah disini, mendalami kesehatan. Saya yakin ayah tidak akan setuju." Sahut Steven dengan sangat lantang.

Aku menatap Steven heran dan beralih pada ayahnya yang sama tegasnya dengan Steven.

Suasana macam apa ini. Gumamku.

"Siapa perempuan itu?" Tanya ayahnya yang membuatku tersentak.

"Selamat pagi om, saya Raina. Saya temannya Steven di kampus." Ucapku diiringi dengan senyumanku.

"Apa karna perempuan itu? Atau memang benar kamu mendalami bidang kesehatan?" Tegas ayahnya yang seketika membuat Steven membungkam.

Aku mengkerutkan keningku dan menunggu jawaban Steven yang sepertinya tidak akan keluar.

"Bukan kok om, saya---" jelasku terpotong.

"Baik itu karna perempuan ini atau bukan, tekad saya masih sangat besar dalam bidang kesehatan." Jelas Steven yang membuatku merinding saat mendengarnya.

"Lalu bagaimana dengan perusahaan di New York? Kamu benar-benar tidak ingin melanjutkannya?" Tegas ayahnya.

"Saya disini untuk memastikan ayah baik-baik saja bukan untuk membahas bisnis. Sepertinya ayah baik-baik saja, saya akan kembali." Ucap Steven yang langsung menarikku keluar.

Saat Steven hendak membuka pintu, ia terhenti saat ayahnya berbicara.

"Rumah sakit ini untuk kamu." Ucap ayahnya yang membuatku juga heran.

Steven menoleh kearah ayahnya.

"Saat kakakmu tiada, disusul ibumu tiada, dan kamu menghilang. Ayah sangat kesepian, ayah sadar perusahaan tak sebanding dengan kebahagiaanmu." Jelas ayahnya.

"Apa maksud ayah?" Tegas Steven.

"Perusahaan di New York sudah ayah tutup, ayah sengaja bangun rumah sakit ini untuk kamu Steven Condrich." Sahut ayahnya.
.
.
.
.
.
Steven menraktirku makan untuk tanda terimakasih karna telah menemaninya. Steven melahap makanannya sembari melamun.

"Menurutmu gimana?" Tanya Steven sembari mengunyah makananmu.

"Makanlah dulu, nanti setelah makan baru kita bahas. Begitu kan katamu?" Celotehku yang kemudian fokus makan.

Saat melahap makananku, aku melihat Steven yang melamun bahkan tampak seperti tak nafsu makan.

"Apanya yang gimana?" Tegasku yang menyerah saat melihat wajahnya melamun.

"Rumah sakit itu." Sahutnya singkat.

"Menurut saya, seharusnya kamu lanjutkan. Ayahmu rela sampai menutup perusahaannya demi kamu dan membangu rumahsakit untukmu. Seharusnya kamu lanjutkan." Jelasku.

Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang