Dua

271 46 0
                                    

Selamat membaca
Semoga suka
-
-
-

"Kak! Kakak!" Shella mengerutkan dahinya saat sang kakak tak menjawab panggilannya.

"Kaisar!" Shella memanggil Kaisar lagi, tapi tak ada jawaban dari lelaki itu. Shella yang sedang berada di ruang makan, melangkahkan kakinya menuju pintu utama yang terbuka.

"Kakak!" panggil Shella, saat melihat Kaisar berada di teras bersama seorang gadis cantik berambut panjang kecoklatan dan lelaki jangkung dengan rambut hitam legam yang sedikit berantakan.

"Eh dek! Udah siap?" Shella mengangguk, lalu melirik lelaki dan gadis yang berada di depannya.

"Kenapa mereka kesini kak?" tanya Shella sambil melihat Kaisar.

"Oh ini, Nara mau bawa buku dia di rumah temannya yang lagi sakit. Dan Sean gak mau antar. Jadi minta antar ke gue." Shella cemberut.

"Terus gue berangkat sendiri gitu?" Kaisar menggeleng.

"Lo bareng sama Sean kok Shella. Maaf ya Shell." ujar Nara.

"Santai aja Nar." Shella tersenyum. "Gue mau berangkat sendiri aja."

"Bareng sama Sean aja Shell." Shella menggeleng.

"Gak kak, gue berangkat sendiri aja. Gue duluan, bye!" Shella melangkah melewati Sean yang sedari tadi hanya diam.

"Eh!" Sean memegang tangan kanan Shella, membuat gadis dengan senyuman manis itu terkejut. Shella dan Sean berbalik. Mereka saling tatap beberapa saat.

"Angkutan umum jam segini penuh. Lo mau telat ke sekolah dan di hukum pak Steven kayak waktu itu?" Shella menggeleng kemudian melepaskan tangannya yang di pegang Sean.

"Yaudah, bareng gue!"

"Iya dek, dari pada telat terus di hukum. Terus lo nanti jadi bahan omongan orang lagi. Gak mau kan?" Shella menatap tajam Kaisar.

"Maaf dek. Lain kali gak gini lagi. Sekali aja bareng sama Sean ya?" Shella memalingkan mukanya, dia benar-benar kesal pada kakaknya.

"Ayo!" ajak Shella pada Sean. Sean memasuki mobilnya diikuti Shella yang duduk di kursi penumpang. Sean melirik Shella yang tampak kesusahan menarik seat belt. Sean pun melepas seat belt ditubuhnya dan membantu Shella. Gadis manis itu terkejut saat Sean tiba-tiba mendekat. Shella menahan nafas dan melihat wajah Sean yang begitu tampan hanya dengan melihatnya dari samping. Shella menggeleng.

'Apa yang lo pikirkan Shell!'

"Nafas!" Shella melirik Sean yang kini sudah duduk kembali dan memakai seat belt.

"Nafas Shell!" Shella bernafas kembali dan terbatuk. Sean menyodorkan air mineral, dengan segera Shella meminumnya.

"Lo mau mati?" Sean menjalankan mobilnya. Shella melirik Sean.

"Siapa juga yang mau mati, gue masih pengen hidup!" kesal Shella.

"Terus ngapain nahan nafas tadi?" Shella melihat keluar jendela.

"Itu... Gue..." 'gue harus jawab apa?'

"Gue tahu!" Shella kembali melirik Sean.

"Apa?"

"Lo pasti terpana kan lihat wajah gue yang ganteng?" Shella membulatkan matanya. Sean kok tahu sih? Batin Shella.

"Gak kok! Lagi pula lo gak ganteng. Lebih ganteng pacar gue!" Sean tertawa kecil.

"Lo punya pacar? Cewek barbar kayak lo punya pacar? Gak percaya gue." Shella memajukan bibirnya.

"Gue gak barbar! Lo yang barbar! Kalau lo gak percaya gue punya pacar, gue bisa tunjukin foto pacar gue!" Shella mengeluarkan ponselnya.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang