Duabelas

159 31 6
                                    

Warning!
Terdapat sedikit kekerasan di part ini. Harap bijak dalam membaca dan jangan ditiru!!

Selamat membaca
Semoga suka❤
-
-
-
-

Shella menatap wajahnya pada pantulan cermin yang berada di dalam toilet sekolahnya.

"Kering banget ini bibir." Shella menyentuh bibirnya. Lalu saat akan mengeluarkan lip balm dalam saku roknya, tiba-tiba pintu toilet terbuka. Shella menoleh dan tersenyum tipis saat melihat Alena dan teman-temannya mendekati dirinya.

"Oh lo ada disini rupanya." Shella menatap bingung Alena.

"Ada apa?" tanya Shella bingung.

"Kunci pintunya!" Shella semakin bingung dan menatap salah satu teman Alena mengunci pintu toilet.

"Kenapa di kunci?" Shella menatap Alena.

"Biar tidak ada yang mengganggu?" Shella mundur satu langkah saat Alena mendekatinya dengan tatapan seakan ingin membunuhnya.

"Pipi lo bagus juga. Putih dan mulus. Tapi...." Shella menatap Alena waspada. "Pipi lo gak merah. Lo gak pake blush on?" Shella menggeleng pelan.

"Mau gue pakein?"

"Gak usah kak terimakasih. Permisi." Shella yang akan melangkah terhenti karena sebuah cengkraman kuat pada lengannya.

"Tapi gue pengen pakein lo blush on. Guys! Pegang tangan dia!" Shella memberontak.

"Gue udah bilang gak usah. Gue gak mau! Lepas!" Shella berusaha melepaskan tangannya dari dua kakak kelasnya.

"Gue cuma mau dandanin lo aja. Tenanglah." Shella melihat Alena mencari sesuatu yang berada di balik saku rok gadis itu.

"Gue lupa gak bawa blush on nya!" Shella melihat Alena yang terlihat sekali sedang berpura-pura.

"Tapi tenang aja, gue punya cara lain untuk buat pipi lo merah." Shella sedikit merinding saat Alena menatapnya dengan tatapan membunuh dan tersenyum miring. Lalu Alena menepuk-nepuk pipinya.

"Tunggu sebentar."

Plak!

Shella meringis sakit saat pipi kananya di tampar oleh Alena. Shella menatap tajam Alena.

"Maksud lo apa tampar gue?!" teriak Shella kesal.

"Gue udah bilang pengen buat pipi lo merah!"

Plak!

Shella kembali meringis saat pipi kirinya di tampar. Kenapa Alena menamparnya?

"Pipi lo belum merah. Bentar!"

Plak!

Darah keluar dari sudut bibir Shella. Pipinya terasa sangat panas dan perih.

"Lo punya masalah apa sama gue?!" teriak Shella menahan perih dari sudut bibirnya.

"Karena lo rebut milik gue!" Shella tahu sekarang.

"Gue gak pernah rebut apapun dari lo! Lo itu cuma mantan pacar Sean!"

"Aws!" Shella meringis saat bibirnya yang kering ditekan oleh kuku panjang bercat merah milik Alena. Seketika darah keluar dari bibir bawahnya.

"Lo itu cuma jadi pelarian Sean saat gue gak ada! Jadi... Lo lebih baik jauhi Sean atau gue akan berbuat lebih dari ini!"

"Gue gak takut!" ujar Shella menantang.

"Lo!" Shella tersenyum miring.

"Bianca!" Shella menatap Bianca yang membawa sebuah air kotor dalam botol plastik.

"Siram!" Shella memejamkan matanya saat air itu membasahi kepalanya dan seragamnya. Suara tawa mereka membuat Shella kesal.

"Lo!" Shella membuka matanya dan kembali memberontak. Setelah tangannya terlepas, Shella mendekati Alena dan menarik rambut coklat milik gadis itu.

"Aws! Lepas!"

"Gue gak ngerti kenapa Sean pernah pacaran sama gadis psycho kayak lo!" Shella tetap menarik rambut Alena. Sedangkan kakak kelasnya yang lain hanya melihat mereka. Shella mencekal lengan Alena yang akan memukulnya.

"Jangan pernah lo ganggu gue! Gue bisa lakuin hal yang lebih dari ini!" Shella sudah tak bisa diam lagi jika ada yang berbuat seperti ini padanya. Shella kemudian mendorong Alena, dan bersamaan dengan itu pintu toilet di dobrak dari luar.

"Alena!" Shella menatap ke arah pintu toilet. Sean berada di sana dengan tatapan khawatir. Bukan untuknya tapi untuk Alena. Shella tersenyum miris. Bahkan Sean tak mengkhawatirkannya, padahal kondisinya lebih parah dari Alena.
Shella melihat Sean yang kini berada di depan Alena yang sedang menangis. Cih! Drama! Batin Shella.

"Sean... Shella narik rambut sama dorong aku. Sakit Sean, lihat. Tangan aku juga merah." Shella memutar bola matanya kesal.

"Shella!" Shella hanya menatap Sean datar saat lelaki itu menatapnya marah.

"Dia yang mulai duluan!" kesal Shella.

"Tapi gak perlu dibalas! Lo buat Alena terluka!" hati Shella perih saat mendengar itu. Tak bisakah Sean lihat, dirinya jauh lebih parah dari Alena.

"Gue gak peduli!" Shella keluar dari toilet melewati para murid yang berkumpul di depan toilet.

"Shella!" Shella tetap melangkah mengabaikan panggilan Sean.

"Shella!" Shella tetap melangkah mengabaikan panggilan Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih❤

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang