Tujuhbelas

186 31 0
                                    

Selamat membaca
Semoga suka❤
-
-
-
-

Flashback on

Delapan tahun yang lalu....

Shella terduduk di bangku depan perpustakaan dengan tatapan kosong. Sungguh. Apa yang dia lihat dan dengar tadi saat di taman belakang, membuat hatinya terasa sakit.

Dirinya berniat memaafkan Sean. Tapi saat mendengar ucapan Sean kepada Alena, dirinya benar-benar tak akan memaafkan Sean, sungguh! Dia tak akan memaafkannya.

"Gue cinta sama lo Alena! Gue cuma manfaatin Shella supaya gue bisa ngelupain lo!"

Shella menarik rambutnya, saat ucapan Sean terngiang di telinganya.

"Shella!"

Shella berhenti menarik rambutnya dan melihat kakaknya yang berlari ke arahnya.

"Kakak...." Shella berujar lirih dan tersenyum tipis.

"Lo kenapa ada di sini dek?" Kaisar duduk disamping Shella dan menatap adiknya.

"Rambut lo kok berantakan sih?" Kaisar membenarkan rambut adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Gue mau ikut lo ke London." Tangan Kaisar yang sedang membenarkan rambut Shella terhenti.

"Lo serius dek?" tanya Kaisar dan menatap adiknya.

"Gue serius kak." Shella memeluk kakaknya dari samping.

"Shella ingin ikut kakak....hiks." Kaisar melepas pelukan adiknya dan menatap Shella yang kini menangis.

"Lo kenapa dek?"

"Sean.... Dia..." Shella menghentikan ucapannya.

"Kenapa? Lanjutin dek! Dia bikin lo sakit lagi? Jawab dek!" Akhirnya Shella menceritakan apa yang dia dengar dan lihat saat di taman belakang.

"Sean brengsek!" Umpat Kaisar sambil memukul tembok yang berada di samping kirinya.

Flashback off

Shella memandang undangan di tangannya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana tidak? Isi undangan itu tertera nama Dio Kiano Han dan Alena Skyla. Ya. Alena mantan pacar kakaknya dan dia. Di undangan itu juga tertera foto mereka.

"Gue kira.... Dio nikah sama cewek itu.... Tapi ini...." Shella menyimpan undangan itu di atas meja belajarnya.

Tok tok tok

"Shella? Boleh Mom masuk?"

"Tentu saja boleh Mom." Pintu terbuka dan memperlihatkan ibunya yang tampak sangat cantik.

"Ada apa Mom?"

"Ada teman mu di bawah." Shella mengerutkan keningnya. Teman? Apa itu Luna? Karena hanya dia yang tahu alamat rumah ini.

"Pasti Luna. Yaudah Mom, makasih ya. Shella turun duluan." Shella berlari keluar untuk menemui sahabatnya itu.

"Tapi Shella dia.... Seorang pria...." Hirata— ibu Shella— hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menyusul anaknya yang pasti sudah berada di ruang tamu, melihat bagaimana tadi anaknya itu berlari dengan cepat.

"Lun––" Shella menghentikan larinya saat melihat bahwa teman yang di bilang ibunya, bukan Luna tapi...

"Sean...."

Shella hanya diam dan memandang ke samping kanan, dimana terdapat sebuah kaca besar yang memperlihatkan taman bunga milik ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shella hanya diam dan memandang ke samping kanan, dimana terdapat sebuah kaca besar yang memperlihatkan taman bunga milik ibunya. Beberapa saat yang lalu ibunya baru saja pergi setelah berbincang dengan pria yang berada di hadapannya.

"Shella.... Aku––"

"Apa kabar Nara sama Bara?" potong Shella dan menatap Sean.

"Mereka baik. Shella aku––"
"Gue kangen mereka." Sean menghembuskan nafasnya berusaha untuk sabar. Dirinya tahu, Shella berusaha mengalihkan perbincangan tentang hal itu. Sean pun berdiri dan berjalan menghampiri Shella.

"Kenapa?" tanya Shella saat Sean duduk di sampingnya.

"Aku kangen kamu." Sean memeluk Shella dengan erat. Shella yang terkejut saat Sean memeluknya, hanya bisa terdiam dan merasakan kehangatan pelukan Sean. Tanpa sadar, tangannya terangkat dan membalas pelukan Sean.

"Maafin aku Shell. Jangan tinggalin aku lagi. Aku mohon. Aku cinta kamu." Shella melepas pelukan mereka dan menatap Sean.

"Lo cinta sama gue?" Sean mengangguk.

"Bukannya lo cinta sama Alena? Dan cuma jadiin gue pelarian aja. Benarkan?" Sean menggeleng.

"Aku cuma cinta sama kamu. Dan aku gak pernah jadiin kamu pelarian." Sean memegang telapak tangan Shella, berusaha meyakinkan bahwa apa yang di ucapkannya itu benar.

"Gak perlu bohong. Gue dengar sendiri lo ngomong gitu ke Alena dulu...." Sean mengingat itu.

"Kamu pasti salah paham Shella. Dengarkan penjelasan aku oke?" Shella menatap mata Sean yang memohon. Akhirnya Shella hanya bisa mengangguk dan mendengar penjelasan Sean.

Maaf karena lama tak muncul🙏Masih adakah yang menunggu kelanjutan cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf karena lama tak muncul🙏
Masih adakah yang menunggu kelanjutan cerita ini?

Terimakasih❤

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang