08 • Sisi Lain Galen

1.9K 228 171
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

Typo bilangin ya 🙏

°
°

💕Happy Reading 💕

💕Happy Reading 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

PAGI ini Galen tak terlambat bangun seperti biasanya. Dan sekarang ia tengah mengendarai motornya menuju kediaman orang tuanya.

"Assalamu'alaikum," salam Galen menggema saat membuka pintu utama.

"Wa'alaikumsalam," jawab Hana. "Hey boy," sapanya.

"Hey Mom," balas Galen sambil berjalan mendekati sang ibu. Lalu mereka bersama-sama menuju ruang makan.

"Omah di mana?" tanya Galen, sambil menduduki kursi dimana biasa ia duduk.

"Omah sarapan di kamarnya," jawab Hana sambil mengambilkan nasi untuk Galen.

"Kalo Papah?" tanya Galen lagi.

"Sebentar lagi Papah turun," jawab Hana lagi sambil mengambilkan nasi untuk sang suami.

Tak lama kemudian Rafael pun datang, dan duduk di kursi meja makan paling ujung. Sarapan pun berlangsung, hanya dentingan antara piring dan sendok yang menghiasi keheningan.

"Bagaimana dengan nilai kamu?" tanya Rafael setelah semua menghabiskan sarapan.

"Yaa ... gitu," jawab Galen seadanya.

"Belajar yang lebih giat, apalagi Papah sudah menyuruh salah satu siswi di sekolahmu untuk menjadi guru privatmu. Papah tidak mau putra tunggal Mahardika memiliki kepintaran yang di bawah rata-rata!" ucap Rafael tegas.

"Galen tidak bodoh Pah, dia hanya malas saja," bela Hana pada putranya.

"Sama saja, apa gunanya harta namun otak tidak digunakan?" balas Rafael tak mau kalah.

Sementara Galen hanya diam menikmati perdebatan kecil orang tuanya.

"Udah, diem. Sekali aja Mamah sama Papah ngomongnya jangan formal banget, kita ini keluarga. Bukan rekan bisnisnya Papah." Ucapan Galen membuat Hana dan Rafael menghentikan perdebatan kecil mereka.

"Nahh, gini dong diem. Kan enak." Galen meneguk susu coklat yang disediakan untuknya.

"Galen pamit." Galen bangkit dari duduknya.

"Duduk lagi," suruh Rafael.

Galen melirik jam tangannya, pukul 06:30. Masih ada waktu untuknya berangkat nanti, dan jika memang tidak ada maka santuy saja ia pasti dihukum.

FEBRUARY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang