12 • Tamparan

1.7K 200 157
                                    

Jangan lupa komen dan teken bintang  pojok kiri di HP kalian yee...

Typo bilangin ya 🙏

°
°

💕Happy Reading💕

💕Happy Reading💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

Apa cuma gue yang mimpi pengen punya pacar kek di novel-novel yang sifatnya dingin, ketus, terus cuek bebek?

Dan setelah liat realita orang yang punya pacar kek itu. Akhirnya cuma bisa ngelus dada sendiri, karena liat si cewek harus ekstra sabar dalam menghadapi sang pacar:')

-Author-

HARI senin adalah hari paling menyebalkan bagi sebagian orang. Atau bahkan mungkin kalian salah satunya?

"AYO SEMUANYA!! Cepat baris ke lapangan sekarang!!!" Suara bariton pak Tomo begitu menggema disepanjang koridor, wakil kepala sekolah+guru killer seantero sekolah, dengan kumis melintangnya.

Para siswa-siswi yang masih berada di kelas berhamburan dan langsung berlari menuju lapangan.

"Gila, suara pak Tomo ngeri banget cuyy. Kedengeran sampe sini, merinding gue dengernya," ucap Ghea sambil mengusap-usap tangannya yang merinding.

"Untung kita udah baris rapi disini," ujar Ana, menghela nafas lega.

Tiffany tersenyum tipis menanggapinya. Suara pak Tomo kembali terdengar.

"Gila, mau ke sini tuh," gumam Ghea merinding. Dan benar saja, pak Tomo memasuki lapangan dan berjalan mengelilingi barisan.

"Merinding gue," gumam Ana, saat pak Tomo memeriksa barisan mereka.

"Ehh, kamu!!" tunjuk pak Tomo pada Tiffany. Yang ditunjuk bergetar karena ketakutan.

"Aduh," gumam Ana pelan.

"Bahaya ini," timpal Ghea bergumam pelan.

"I-iya, Pak?" Tiffany bergetar sambil menatap pak Tomo yang menunjuknya.

"Ngapain kamu disitu?" tanya pak Tomo tak ada lembut-lembutnya.

"Ba-baris, Pak."

"Keluar dari barisan!"

"Ke-kenapa, Pak? Saya pake topi kok, pake dasi juga. Sepatu saya hitam, baju saya rapi. Kenapa di suruh keluar, Pak?" Ntah mendapat keberanian dari mana Tiffany berbicara seperti itu pada guru killer yang terkenal seantero sekolah.

Pak Tomo menghela napas gusar. "Ikutin aja perintah saya!" ujarnya tak mau dibantah.

"I-iya, Pak." Tiffany terpaksa mengikuti perintah Tomo dengan keluar dari barisan.

FEBRUARY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang