{31} Rencana Buruk

64.2K 6.3K 229
                                    

koreksi kalo typo..

Happy Reading!
••••

Untuk sesaat Carla menahan napasnya. Entah kenapa atmosfer di tempat itu menjadi dingin. Carla tak tau harus merespon seperti apa. Karena dalam hatinya, tak ada rasa sedikitpun untuk cowok di depan nya itu.

"Gue nggak kepikiran mau ngomong ini sekarang. Tapi gue beneran cinta sama semua yang ada dalam diri lo. Gue mau lo jadi pacar gue." ulang Alvino.

Carla masih diam. Merangkai kalimat yang tepat untuk diucapkan agar tak menyinggung perasaan cowok itu. Carla melirik Dara dan Naya yang sedang tersenyum misterius. Sepertinya dua cewek itu sengaja membuat Carla terjebak dalam posisi seperti ini.

Carla membuang napas kotornya. "Al, ikut gue bentar!" ujar Carla kemudian keluar dari gubuk terlebih dahulu.

Carla berdiri di bawah pohon pinus yang tumbuh kokoh di sebelah gubuk. Cewek itu memandang ke arah Alvino yang juga sedang menatapnya.

"Sorry, Al. Gue nggak bisa nerima lo. Gue nggak ada perasaan apapun sama lo. Gue cuman nganggep lo sebagai temen, nggak lebih." ujar Carla lirih.

"Kenapa La? Apa nggak ada kesempatan buat gue?" tanya Alvino.

"Karena gue nggak mau lo jadi pelampiasan doang. Gue cintanya sama orang lain. Gue yakin, akan ada cewek yang beruntung buat dapetin lo.  Maaf.." litih Carla kemudian beranjak pergi dari hadapan cowok itu.

Tanpa berpamitan kepada yang lain nya. Carla berjalan sendiri kembali menuju vila nya. Rencana melihat sunrise harus dia batalkan untuk sekarang. Permainan yang dia buat malah menjebak dirinya sendiri.

••••

Sore hari ketika menjelang malam, Carla masih enggan menyusul adik nya dan yang lain nya di atap vila. Carla merasa tidak enak hati ketika bertemu dengan Alvino. Bagaimanapun juga, mereka berteman sejak SMP. Sampai sekarang Carla hanya menganggap cowok itu sebagai sahabat dari mantan pacarnya. Tidak akan pernah lebih dari itu.

Karena di dalam hatinya, masih ada nama lain yang berusaha ia hapus sampai sekarang. Seandainya, dia menerima Alvino, sama saja Carla hanya membuat cowok itu sebagai tempat pelampiasan. Memilih untuk menolak adalah pilihan yang tepat. Pada akhirnya pun Alvino akan terluka dengan dua pilihan itu.

Entahlah, kenapa organ manusia bernama hati itu sangatlah lemah. Terlalu terbawa perasaan juga tidak baik. Menjadi tidak peduli juga tidak baik.

Mendengar suara kamarnya di ketuk, Carla bangkit dan membukanya. Carla memasang senyum simpul, melihat Cindy yang membawakan sepiring nasi goreng untuknya.

"Lo kenapa nggak ikut kumpul?" tanya Cindy.

"Nggak apa. Mager aja." Carla mundur untuk memberi ruang pada Cindy.

Mereka berdua duduk di pinggiran ranjang.

"Gue denger, tadi Alvino nembak lo?" tanya Cindy.

"Hmm." Carla menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Kenapa lo tolak?" tanya Cindy penasaran.

Carla hanya menatapnya sebentar. Mereka tidak sedekat ini sampai Cindy bisa menanyakan hal itu.

"Gue banyak omong ya? Sorry.." ujar Cindy tidak enak hati.

Carla hanya diam saja memakan nasi gorengnya. Tak merespon sedikitpun omongan Cindy.

"Gue keluar kalo gitu."

••••

Seorang cewek duduk di bawah pohon rindang sambil menatap layar ponselnya. Meremas nya dengan keras karena merasa kesal. Di sampingnya ada satu cewek yang menatapnya sambil menghembuskan nafas kotornya.

"Udahlah. Lo cantik, masih ada yang mau sama lo. Dengan lo ngelakuin hal negatif, nggak akan bikin Gavin kembali." ujar cewek  berambut lurus di kuncir itu.

"Bukan itu masalahnya. Gue cuman mau bikin perhitungan sama tuh cewek!" jawab cewek berambut lurus blonde yang di bando.

"Itu cuman bikin lo kena masalah nantinya. Coba lo berpikir lagi deh!" sarang cewek berkuncir itu.

Cewek berbando itu melirik sinis. "Kalo lo nggak mau bantu, dan cuma ngebacot disini, mending lo pulang deh! Nggak guna." ujarnya.

Cewek berkuncir itu menghela napas sejenak. "Terserah. Gue udah kasih saran. Sebagai temen lo, gue nggak mau lo kena masalah yang ngerugiin diri lo. Gue ke vila dulu." ujarnya kemudian beranjak pergi.

Setelah kepergian cewek berkuncir itu, cewek menggunakan bando itu berteriak kesal dan membanting ponselnya ke jalanan. Masa bodoh jika benda canggih itu akan rusak.

"Anjing!? Gue akan bikin perhitungan sama lo, bitch!?" kesalnya.

"Butuh bantuan gue?"

Cewek berbando itu mendongak, menatap cowok yang menyodorkan ponselnya. Layar ponsrl itu sudah retak.

"Siapa lo?" sinis cewek berbando itu.

Cowok itu hanya tersenyum miring. "Kita nggak perlu kenalan. Tapi sepertinya, kita bisa jadi patner disini." ujarnya.

Cewek berbando itu mengernyit. "Maksud lo?".

"Dari tadi gue denger semua omongan lo. Target kita sama."

"Gue nggak kenal siapa lo!"

"Kita nggak perlu kenal. Lo mau cewek itu celaka kan? Gue bisa bantu."

Cewek berbando itu menatap ragu. Tapi untuk menjalankan rencananya, dia tidak bisa bermain seorang diri. Dia butuh seorang teman. "Oke. Apa rencana lo?" tanya cewek itu.

Cowok berjaket hitam kulit itu mendekatkan mulutnya ke telinga cewek berbando itu. Membisikkan sebuah rencana yang akan menjadi permainan mereka.

Cewek berbando itu tersenyum. "Bagus. Gue setuju."

••••

Gimana part ini?

Menurut kalian, mereka siapa?

Next?

Makasih udah baca.

Salam hangat, Author.

••••

Zona Mantan ✅[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang