Don't forget to vote, coment and shere this story!
Koreksi kalo typo...
Happy Reding!
••••••
Kepercayaan adalah pondasi terpenting dalam membangun hubungan, ketika pondasi itu rapuh maka bangunan itu juga tidak akan bertahan lama.••••••••
Setelah dari rumah Henrik, Gavin tidak langsung pulang. Cowok berambut hitam legam itu melajukan motornya menuju rumah Naufal, teman nya yang absurd dan super sedeng. Walau begitu, Naufal adalah salah satu orang yang punya sifat paling dewasa di antara tiga remaja yang bersahabat itu.
"Ngapain lo kesini? Tumbenan?" tanya Naufal. Cowok itu membawa dua botol Pepsi dan meletak kan nya di depan Gavin.
"Gue mau cerita." ujar Gavin masih setia dengan stik PES di tangan nya.
"Kayak cewek aja lo." sungut Naufal.
"Ck, bacot! Tinggal dengerin apa susahnya, sih? Btw, Alvino kemana? Katanya semalem dia nginep sini?" tanya Gavin.
"Barusan pergi. Nemuin gebetan nya." jawab Naufal.
"Oh, Siapa? Kok gue nggak tau?"
"Emang lebih baik, lo nggak tau."
"Anjing, lo berdua!" ketus Gavin. Cowok itu menyalakan korek api dan mengarahkan nya ke sebatang rokok yang dia pegang. "Siapa sih, gebetan Alvino? Rachel?" lanjutnya.
"Bukan. Carla."
Pernyataan Naufal membuat Gavin tersedak asap rokok nya. Cowok itu menatap Naufal tak percaya. "Carla?" tanya nya yang di balas anggukan polos oleh Naufal.
"Carla mana?" Gavin benar-benar masih syok dan merasa tak percaya.
"Anjir, pura-pura nggak tau lo! Carla mantan lo itu lah."
Seketika Gavin diam. Entah kenapa ada rasa tak rela yang menyelusup di hatinya, kala Alvino mendekati Carla. Gavin menggeleng, cowok itu mencoba biasa saja di depan Naufal. "Oh." jawab nya singkat.
Naufal sedikit terkekeh. "Lo cemburu?" tanya nya.
"Nggak." jawab Gavin cepat.
Naufal semakin ingin tertawa melihat ekspresi Gavin seperti itu, tapi cowok itu menahan nya. "Yakin, nggak cemburu? Carla jadi gebetan nya Alvino?" cerca nya.
"Diem lo!"
"Oke, oke. Terserah lo! Lo mau cerita apa tadi?" ujar Naufal mengalah.
"Gue udah tau siapa yang ngurung Carla waktu itu." pembukaan nya.
Naufal menaruh gelas minuman nya, "Oh iya? Siapa?" tanya nya.
"Shela, sama dua temen nya. Satu lagi cowok gue nggak liat mukanya." jelas Gavin.
"Shela? Serius? Cewek yang lo suka itu? Cewek kalem itu? Yah, meskipun penampilan nya cabe-cabean, tapi dia kan keliatan baik. Nggak nyangka, njir!" ucap Naufal tak percaya.
Gavin mendesis tajam. Cowok itu hanya menjawab nya dengan dehaman.
"Terus, lo mau ngapain sekarang? Gue nggak nyangka sih, lo segitu nya peduli sama Carla. Apa jangan-jangan lo belum move on lagi? Ngaku lo!" sungut Naufal.
Gavin hanya mengedikkan bahu nya acuh. Dia juga bingung dengan hati dan otaknya yang selalu tak sejalan. Seperti ada yang salah dengan rasa kecewanya di masa lalu.
"Lo yakin, udah nggak ada rasa sama Carla? Gimana kalo kejadian di masa lalu itu cuman salah paham?" cerca Naufal.
Gavin diam tak menanggapi. Gavin berdiri dan menjatuhkan tubuhnya di kasur Naufal. Dia menatap langit- langit kamar, membiarkan kejadian masa lalu yang berputar ulang seperti kaset rusak.
•••••
Hari ini adalah hari ulang tahun Gavin. Cowok itu genap berusia limabelas tahun. Tepat di hari ini pula dia mendapatkan kejutan tak terduga dari pacarnya. Kado istimewa yang Carla berikan padanya. Kado terakhir yang paling berkesan dalam hidup nya.
Acara pesta ulang tahun Gavin di adakan nanti malam. Pagi ini cowok itu akan membagikan undangan pada teman-teman sekolahnya. Juga akan memberikan undangan istimewa pada pacaranya, seperti tahun lalu.
Langkah Gavin menuju kelas Carla, dua sejoli itu memang berbeda kelas ketika kelas 3 SMP.
"Aura, Lala kemana?" tanya Gavin pada sahabat pacar nya yang sedang bermain instagram di bangkunya.
Aura menoleh, cewek berpawakan kurus itu menatap Gavin seolah memusuhi nya. "Nggak usah tanya tentang Lala lagi deh!! Dia udah benci sama lo, Gavin!?" sentak Aura membuat Gavin terkejut.
"Taㅡtapi kenapa? Gue sama Lala baik-baik aja kok. Nggak lagi berantem." kata nya.
"Oh, iya? Itu menurut lo! Udah deh, sekarang Lala udah bahagia sama Rifki. Mereka udah pacaran, mending Gavin jauhin Lala!" perintah cewek itu.
"Nggak mungkin! Sekarang dimana Lala?" tanya cowok itu kesal.
"Emang gitu kenyataan nya, Vin. Lala nggak suka sama lo! Dia nyuruh gue buat bilang gitu, kalo lo kesini. Kalo lo mau mastiin, sekarang Lala di kantin sama Rifki, lo bisa tanya langsung ke dia!" ujar Aura.
Tanpa basa-basi, Gavin segera menuju kantin. Gavin percaya kalau Carla tidak akan melakukan hal itu pada nya. Gavin tau sifat Carla. Carla tidak akan membencinya. Ya, Carla tidak akan membencinya.
Sampai nya di kantin, Gavin lebih di buat terkejut lagi. Dia tidak bergerak sama sekali. Cowok itu masih berdiri di dekat meja dimana Carla dan Rifki sedang bercanda ria. Mereka tertawa tanpa beban sama sekali.
Tak lama setelah itu, Carla berdiri dan menghampiri Gavin dengan senyum khas yang menampak kan lesung pipi nya. Cewek itu berdiri di depan Gavin dan menatap cowok itu sambil tersenyum.
"Kamu udah sakit hati kan, Gavin? Mulai sekarang kita putus!" ujar Carla tanpa beban. Kemudian cewek itu kembali menghampiri Rifki dan mengajaknya untuk pergi dari kantin.
Meninggalkan Gavin yang mengepalkan kedua tangan nya tak terima. Matanya menajam. Raut muka nya benar-benar terlihat marah. Terlihat, bukan seperti Gavin.
••••••
Tangan Gavin mengepal kuat. Cowok itu tersadar dari lamunan nya. Sampai kapan pun, Gavin tidak akan pernah luluh lagi dengan cewek bernama Carla.
Kecewa? Tentu saja. Sekarang Gavin kembali sadar, untuk apa dia kembali mendekati Carla sekarang. Gavin akan membuat Carla mencintai nya setinggi mungkin, setelah itu dia akan menjatuh kan Carla sejatuh-jatuh nya agar cewek itu merasakan bagaimana menjadi dirinya dulu.
"Anjing, lo. Di tanyain malah bengong!?" sengit Naufal membuat Gavin buru-buru menengok ke arah cowok itu.
"Apaan?"
"Lo masih suka, sama Carla?"
"Gue nggak suka sama tuh cewek!" jawabnya tegas.
•••••
Bersambung!
Next? Enggak? Yaudah.
Makasih udah baca❤
Salam asik, Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Mantan ✅[TAMAT]
Teen FictionUNTUK DIBACA!! BUKAN DI TULIS ULANG!! Mohon follow author dulu sebelum baca! Jangan jadi silent readers! [Teenfiction-Romance] Karena tuntutan pekerjaan kedua orangtuanya, Carla terpaksa ikut pindah sekolah. Namun, siapa sangka kalau dia masuk ke s...