NUCA

1.6K 127 16
                                    

"Ibu, aku anter tiara dulu"

"Iya tante aku pulang dulu"

"Iya nak bawa motornya hati-hati, dan tiara sering-sering ke sini ya, salam sama ibu dan bapak di kampung kalau nelpon, bilangin dari Camer"

mendengar pesan darinya aku hanya bisa tersenyum

"Iya tante, nanti tiara sampaikan"

Aku kagum, bagaimana bisa ada orang sebaik ini, yang bisa dengan begitu baik menerima orang lain padahal itu adalah pertemuan pertama.

********

"Aku masuk dulu ka, kamu hati-hati ke sekret, oh iya makasi untuk hari ini" ucap ku

"Iya, kamu jangan lupa mandi dulu pake air hangat, baru istirahat"

Iya"

dia berlalu dengan motornya dan menuju ke tempat tujuan selanjutnya.

"Oiiii, dari mana lo? cengengesan lagi kaya orang gila" tanya keisya saat masuk ke kamar ku

"Ih masih lagiiiii dasar
kenapa sih mekar amat tu pipi? loe ngga ada niat dikit gitu buat ceritain ra?" tanya keisya kembali

"Apa sih kei, ganggu aja" jawab ku yang kesal dengan keisaya yang menghancurkan lamunan ku

"Gue laper ra" ucap keisya yang duduk dengan wajah masamnya

"Ya makan dong, masa laper harus bilang ke gue, emang bisa kenyang?"

"Bissaa, bisaaa bangeeeeeeet"

"Eeeenggaaaaa, gw bilang engga pergi lo" aku mengusirnya karna tau ada maksud yang terselubung dari kata-kata tersebut.

"Ayooo la ra, kasian cacing-caring di perut gue udah demo bentar lagi jadi anarkis ni, lo mah enak jalan ama kang cilok makan di Restoran lah gue"

"Itu kan deritanya eluuuu, btw lyo ke mana?"

"Tidur, kasian ra kita belum makan, karna nungguin lo"

"Trus kalo gue ngga pulang lo berdua ngga makan gitu?? Ampun"

"ngga mungkin, kan lo udah pulang sekarang, ayo lah ti, di kosan ini ngga ada yang buatin mie goreng sepesial seenak buatan mu mbak Ra"

"Halah draaaamaaa mu cuk, Kula mangertos"

Aku pun keluar kamar menuju dapur dan mengecek persediaan mie instan untuk ku buatkan kepada mereka berdua.
sejak memutuskan untuk bersahabat dengan mereka bagiku mereka adalah prioritasku di jkt, karena bukan hanya sahabat tapi mereka adalah keluarga, merekalah yang selalu ada saat aku tertawa ataupun sedih yang selalu tau bagaimana cara menanggapi mood ku dan selalu menjadi pendengar yang baik untuk ku ceritakan semua yang ingin aku curahkan.

"Ngomong-ngomong tadi siang loe kenapa sama kang cilok?" Tanya keisya

"BERHENTI" teriakku kepada mereka dengan nada sedikit lebay

"ih lo kenapa sih kesambet apaan lo" Tanya lyo

"jangan coba-coba manggil dia kang cilok, kang syomai, kang bakso dan kang-kang lainya denger"

Mahkota untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang