Suara kicauan burung dan sinar mentari yang sangat hangat pagi ini, adalah saat yang sempurna bukan untuk berolahraga dan menikmati udara segar kota Seoul yang sangat padat.
"Hey Yara mau kemana kau?!"
Teriak teman Ahn Yara, bernama Joy. Yara mengabaikan teriakan kawannya itu dan langsung pergi begitu saja sambil mengenakan earphone nya.
Sampai ditempat tujuannya, disebuah taman yang cukup besar dan orang-orang bisa berolahraga disini, contohnya sekarang, sangat ramai disini mulai dari remaja hingga orang dewasa, ada yang berolahraga ada pula yang sedang menikmati sentuhan sinar mentari pagi.
Yara tidak peduli dan melanjutkan lari paginya memutari lapangan yang ada ditaman itu. Hingga sepuluh putaran akhirnya yara lelah dan Mulai berjalan pelan sambil melemaskan otot-otot nya yang sempat tegang karena Yara berlari tadi.
Yara berhenti mendadak ketika ponselnya berdering tanda ada yang menelponnya. Yara merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya yang enngan untuk diam.
Brugh
Belum sempat Yara mengangkat panggilan diponselnya, Yharaa merasa ada sesuatu yang menabrak kakinya, sebuah benda kecil menabraknya lalu terjatuh. Spontan saja Yara membatalkan untuk mengangkat panggilan diponselnya dan langsung menoleh kebelakang.
"Ups."
Yara mendapati seorang anak kecil terduduk dirumput, yang Yara yakini Karena menabrak kakinya tadi. Anak itu menangis kencang dan spontan saja Yara langsung mensejajarkan tinggi mereka dan mengangkat anak itu kedalam gendongan nya.
"Maafkan aunty sayang, cup,,cup,,cup." Yara mencoba menenangkan bayi digendongannya.nihil, bayi itu masih saja menangis.
Karena gemas sendiri Yara menyiumi pipi gembul milik sang bayi yang memerah karena menangis. "Maaf ya sayang." Yara mendekap tubuh mungil itu untuk memeluknya.
Berhasil bayi itu menjadi tenang sekarang, yara melihat wajahnya yang tersenyum.
"Aaa manis sekali, dimana mama mu sayang." Tanya yara pada sang bayi.
"Ma-ma,, mama." Ucap bayi itu, sambil menunjuk Yara. Yara tidak tahan dan langsung memeluk bayi itu lagi kali ini lebih erat.
"Kau lucu sekali, tunjukan dimana orang tuamu, aku akan mengantarkan mu kepada mereka."
Akhirnya bayi itu menunjukkan orang tuanya, ia menunjuk kerah seorang pria sedang sibuk berbicara ditelponnya tanpa memperhatikan bayinya.
Sontak saja membuat Yara geram sendiri dan menghampiri pria muda itu, dengan bayinya yang masih yara gendong. "Ya! Tuan!"
Pria itu mengarahkan sebuah tangannya, tanda tunggu sebentar. Dan tak lama kemudian pria itu mengakhiri telpon nya. "Maaf?" Tanyanya
"Apa kau orang tuanya?"
"Kenapa putraku ada padamu, apa kau ingin menculiknya heoh?"
"Jangan asal menuduh tuan, bayimu ini tadi menangis."
"Sini kemarikan putraku,," pria itu menarik paksa putranya dari gendongan Yara.
Bayi itu seakan enggan lepas dari gendongan Yara, langsung saja ia menangis kejang membuat orang disekitarnya menoleh pada mereka.
"Hey tuan bersikap lembut lah pada bayimu, lihat dia menangis."
"Dengar nona ini bukan urusanmu, urus saja urusanmu."
"Mamaaaaa,," bayi digendongnya pria itu terus memberontak ingin lepas kembali pada gendongan Yara.
"Sayang papa kan sudah bilang, jangan bicara dengan orang asing."
"Mamaaaa."
Bahkan pria itu tidak mencoba berterima kasih pada yoona yang sudah berbaik hati mengantarkan putranya yang menangis tadi, dan lagi pria itu tidak mencoba menenangkan Putranya yang terus menangis.
Pria sialan! Umpat yara pada pria angkuh nan dingin yang baru saja pergi dari hadapannya.
--
Ahn Yara gadis berusia dua puluh lima tahun itu terus saja mengomel pada temannya setibanya ia dirumah. Bagaimana tidak Yara masih merasa kesal dengan perlakuan sombong orang yang ia temua ditaman beberapa waktu yang lalu.
Joy temannya berulang kali mengatakan pada Yara untuk tidak lagi dipikirin tapi kenyataannya Yara keras kepala seperti biasanya.
"Sudahlah Yara,,"
"Kau ini bagaimana, Kenapa kau seakan-akan membela pria itu-sebenarnya sahabatmu itu aku atau dia heoh?" Omel Yara.
"Ya tuhan!" Seru Joy.
"Cepatlah bersiap, kau ingin kerja atau tidak?" Tambah Joy.
"Iya baiklah, aku akan bersiap!" Seru Yara.
Benar-benar sahabatnya satu ini, wajahnya memang sangat polos tapi jika suka kesal sangat menyeramkan seperti setan saja.
Yara keluar dari kamarnya setelah siap-siap lebih dari satu jam, wajahnya terlihat lebih fresh sekarang rambutnya yang terurai dan lipstik peach yang selalu melekat pada bibir Yara membuat Yara terlihat sangat manis.
Joy menatap Yara sekilas sebelum fokus kembali pada sarapannya. "Cepat makan makananmu."
Yara mengangguk dan langsung duduk bersebelahan dengan Joy, otaknya sudah lebih dingin sekarang setelah terkena air sehabis mandi.
"Tadi marah-marah sekarang diam saja." Gumam Joy, lalu bangkit untuk mencuci piring bekasnya makan.
Yara memicingkan matanya, "apa urusannya denganmu."
------
Annyeonghaseyo chinguya 💞
Hi hi hiiiiiiiiii-
Aku balik lagi dengan new story tapi Masi dengan peran utama yang sama si "CHANYEOL" lah siapa lagi wkwkk.So guys, aku berharap buanget kalian bakalan suka dengan jalan cerita aku yang satu ini.
Happy reading guys lop yuuu
Jangan lupa apresiasi author yg udah ngasih hiburan buat kalian yang lagi gabut dirumah.
Cuma tekan bintang dan bila perlu dikomen juga heheh 🖤
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Your Past |Chanyeol|
FanfictionRate: 17++ Tentang sikap dingin seorang duda tampan seperti Park Chanyeol, sikapnya yang kadang berubah ubah. it's about his past. "Bercerailah dengannya, Yuan butuh aku dan Chanyeol untuk membesarkan nya. Bukan dirimu~"