Di Kejar Medi Obor

3 0 0
                                    

Assalammualaikum reader KCH. Ketemu lagi sama mawar. Aku mau share pengalaman yang di alami ayahku lagi. Langsung saja ya. Waktu itu di Bandung, ayahku pergi menengok uwa ku yang rumahnya agak jauh dari rumah kakek, tapi bisa di tempuh menggunakan sepeda, kira-kira 15 sampai 20 menit. Sekedar info, dari rumah kakek menuju rumah uwa harus melewati kebun bambu dan pabrik pembuatan handuk yang sudah lama terbengkalai karena kebakaran katanya memakan 2 orang tewas terpanggang.

Lalu melewati jalan yang di apit sungai Citarum yang airnya tidak mengalir di sebelah kanan, dan Citarum yang airnya mengalir di sebelah kiri, lalu menyeberangi jembatan dan masih harus melewati kebun bambu yang sangat rimbun juga gubuk-gubuk percetakan bata merah. Barulah bisa sampai ke rumah uwa. Nah langsung saja ke cerita.

Waktu itu ayah berangkat jam 5 sore. Ibuku sudah berpesan kepada ayah agar jangan pulang terlalu larut, atau menginap saja disana. Ibuku khawatir jika ayah pulang terlalu larut karena jalan yang harus di lewati terlalu menyeramkan di malam hari. Apalagi jika melewati pabrik pembuatan handuk yang terbengkalai itu, ada yang mengatakan bahwa banyak yang melihat penampakan disitu. Seperti suara orang minta tolong, atau penampakan orang yang badannya melepuh hangus.

Singkat cerita, malam pun tiba. Sudah pukul 11 malam ayahku belum pulang juga. Ibu mencoba menelepon ayah beberapa kali tapi tidak di angkat. Ibuku pikir mungkin ayah sudah tidur disana. Lalu ibuku berteriak menyuruh aku dan para sepupuku untuk tidur, karena waktu menunjukan pukul 23:18 malam. Tapi aku dan para sepupu menolak, karena kami sedang menunggu film horor yang tayang di ANTV.

Lalu ibuku tidur duluan di atas kursi. Lalu waktu menunjukan pukul 00:00 malam, film horor yang kami nantikan pun tayang. Kami menyimak film dengan serius sambil memeluk bantal masing-masing. Waktu terus berjalan hingga pukul 00:25 malam. Saat pertengahan film di detik-detik pemerannya harus menengok kebelakang untuk melihat ada siapa di belakangnya, tiba-tiba ada yang menggedor-gedor rumah kakek dengan sangat keras sampai aku dan para sepupuku termasuk ibu juga kakekku terlonjak kaget.

Kami yang sedang menonton film horor pun jadi berteriak. Jantung rasanya hampir copot. Lalu Ibuku langsung membukan pintu yang terkunci, lalu masuklah ayahku ke rumah dengan muka pucat, nafas ngos-ngosan dan berkeringat. Kakeku tertawa melihat ayahku, kakek sudah bisa menebak apa yang ayahku alami. Lalu ibuku bertanya kenapa? Sambil menyodorkan air putih.

Aku dan juga sepupuku sudah tak tertarik lagi untuk menonton film di televisi. Dan lebih memilih menyimak cerita ayahku.Lalu ayahku mulai bercerita. bahwa di rumah uwa, ayahku ketiduran. Lalu bangun tepat jam 12 malam. Lalu ayahku pamit pada uwa, sebenarnya uwa sudah menyuruh ayah untuk menginap saja, tapi ayah menolak. Lalu saat di perjalanan melewati kebun bambu yang rimbun sebelum menyeberang jembatan, ayah melihat cahaya dari belakangnya.

Ayah pikir lampu mobil. Tapi gak ada suara deru mesin kendaraan. Ayahku penasaran dan menengok kebelakang, ternyata itu cahaya dari bola api yang melayang-layang agak jauh di belakang ayah. Lalu ayahku langsung menggas sepedanya dengan sangat cepat, berharap bola api itu tidak mengejarnya. Tapi saat ayah menengok kebelakang lagi ternyata bola api itu tetap mengejar ayah, memang agak jauh di belakang, tapi kalau ayah tidak buru-buru dan si bola api dapat mengejar ayah, mungkin ayahku bisa hangus terbakar.

Ayahku terus menggas sepedanya sampai di depan pabrik yang terbengkalai, ayah menengok kebelakang, bola api itu masih ada, hingga ayah sampai di depan rumah kakek, bola apinya hilang di depan pabrik. Lalu ayah menggedor pintu dengan sangat keras. Nah begitulah cerita ayahku. Kalau orang jawa sih menyebut hantu bola api itu dengan sebutan “Medi Obor”. Katanya kalau kita bertemu dengan Medi Obor atau bola api ini, kita harus diam di tempat seperti patung sampai si medi obornya melewati kita.

Atau jika melihatnya masih agak jauh jaraknya dengan kita, lebih baik lari dan sembunyi. Jika tidak, si medi obor bisa membakar kita. Dulu saat nenekku masih hidup, sering bercerita tentang masa mudanya. Pergi mengaji di tempat yang jauh. Berangkat sebelum maghrib, dan pulang setelah isya. Nenek bilang, beliau harus melewati kuburan yang jalannya menanjak.

Kerap kali nenek dan teman-teman seperjuangannya melihat kuntilanak, pocong, genderuwo, bahkan temannya nenek hampir di culik oleh wewegombel, tapi untunglah selamat, tidak sampai hilang. Jika pulang terlalu larut kerap kali juga nenek dan teman-temannya melihat medi obor. Jika sudah melihat medi obor, nenek dan kawan-kawan langsung lari balik lagi ke rumah guru ngajinya dan menginap disana.

Kadang pula medi obor ini bisa tiba-tiba muncul di tempat yang tidak terlalu jauh dari gerombolan nenek. Jadi nenek dan kawan-kawannya hanya bisa berjongkok dan tidak bergerak sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an sampai si medi obor ini hilang dengan sendirinya. Begitulah ceritaku tentang hantu medi obor. Sekian dan terima kasih. Wassalammualaikum.

100 CERITA SERAM #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang