"DIANDRA PAKAI PAYUNG!"
Di tengah hujan, dengan jalanan penuh lumpur, dua orang manusia berlarian. Seorang laki-laki membawa sebuah payung, sedangkan si perempuan berlari dengan sepatu yang dijinjing menghindari dua hal, hujan lebat tak bersahabat juga kakak lelaki menyebalkan di belakangnya.
"Terlanjur basah, siapa suruh pake acara ngumpetin payung," sahutnya setelah berteduh di sebuah pos ronda.
"Kalau bunda tahu, bukan kamu yang dimarahin tapi Abang. Udah gede masih ambekan aja."
"Kalau gitu, diem di sini aja sampai bajunya kering."
"Jam segini? Magrib aja udah mau lewat, yang ada malah double dimarahin karena telat."
"'Kan bisa alasan hujan, bunda pasti ngerti kalau kita nunggu hujan reda sampai telat pulang."
"Ada aja jawabannya ... nih pake, dingin." Sebuah jaket hitam dengan lambang tiga daun, diberikan pada Ara setelah dikeluarkan dari tas hitam yang dibawa Vano.
"Lagian kalau tadi Abang bawa mobil, kita gak akan kehujanan sampai telat pulang."
"Masih aja ngeyel, memang siapa yang kemarin malam kempesin ban mobil karena kesel sama Abang? Sekarang tahu rasakan akibatnya."
Perdebatan itu terus berlanjut hingga hujan reda dan adzan magrib terlewati, setelahnya mereka berdua berjalan pulang dengan Ara berjalan terlebih dahulu. Di jalanan menjelang malam, dengan semburat senja mengintip dibalik awan mendung sisa hujan, keheningan terjadi setelah perdebatan yang pasti dimenangkan oleh Ara. Perempuan manja dengan sifat agak egois untuk hal-hal yang dia sayangi. Menyukai hujan tapi tidak dengan petirnya, suka coklat juga sangat menyayangi boneka beruang pemberian ayahnya saat ulang tahun ke 10. Dan yang tidak disukainya selain petir adalah kopi juga vano, tapi jangan salah Ara tetap menyayangi Abangnya setelah Micky--boneka beruang miliknya.
Setelah berjalan dalam keheningan, rumah 2 lantai dengan cat berwarna abu terlihat, di depannya terparkir 2 mobil dengan masing-masing berwarna hitam dan putih. Melihat mobil berwarna putih itu, Ara dan Vano seketika berhenti, saling melirik dan akhirnya mengembuskan napas, mereka tahu setelah ini apa yang akan terjadi.
"Abang duluan sana."
"Kamu aja."
"Gimana sih? Abang-kan kakak, jadi duluan."
"Sebagai adik, kamu harus nurut."
"Gitu aja terus, nih bunda bukain biar cepet." Suara seorang perempuan yang masih cantik di usia yang menginjak kepala empat, membuat Ara dan Vano sontak berhenti, menatap lalu memberikan senyum paling indah yang bisa mereka lakukan, siapa tahu senyumnya berhasil meluluhkan ibu negara di depan ini.
"Eh bunda, makin cantik aja. Gimana kabar Ayah? Baik-baik aja dong. Ya 'Kan?"
"Jangan kebanyakan ngeles deh, udah tau salah jam segini baru pulang. Baju pada basah gitu, itu juga sepatu bukan dipakai malah dijinjing." Tunjuk melodi, pada kaki dan sepatu bergantian.
"Biar gak basah bunda, jadi besok bisa dipakai lagi. Ya,'kan bang?"
"Alasan terus, sekarang masuk terus mandi air hangat. Sakit, nanti bunda yang repot."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)
Teen FictionJudul sebelumnya ABANG RESE GUE Diandra Laudya Arya adalah seorang murid SMA yang gesrek, ceria juga tidak suka belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang harus dihindari. Namun semuanya berubah, saat seseorang datang dihidupnya. Ia tak akan perna...