Bab 16

550 39 4
                                    

Happy Readings ....

***

Siang berlalu dengan cepat, dua orang mahkluk bumi beda usia itu duduk santai di bawah kolong langit menatap bintang. Fathur dan Vano. Dua orang yang terlihat tak akur itu sebenarnya sangatlah akur. Apalagi sudah menyangkut tentang Ara. Ara itu sebenarnya antara mendapat karma atau anugerah memiliki abang-abang gesrek seperti Vano, Davis ditambah Fathur. Karma karena selalu menjadi bahan bullyan abangnya dan anugerah karena mereka semua selalu kompak menjaga dirinya, walau terkadang terlalu lebay.

"Bang-"

"Van-"

Ujar mereka berbarengan, semacam di film saja.

"Karena gue lebih tua jadi gue dulu," ucap Fathur tak mau kalah.

"Yang ada kalau di film tuh pada bilang 'duluan aja' terus 'enggak duluan aja' gitu. Ini malah gitu, bener kata Ara. Kenapa abangnya pada gesrek ya," ujar Vano dramatis sambil mempraktekan adegan dalam film, sedangkan Fathur hanya menaikan alisnya lalu menatap datar.

"Jangan kebanyakan nonton film, lo. Lama-lama jadi korban pesugihan," sahut Fathur gak nyambung.

"Apa hubungannya film sama pesugihan bambank, malam-malam bikin darah tinggi aja ya. Untung si Justin gak nurun kayak lo gesreknya," menggelengkan kepalanya lalu meminum kopi susu yang menemani mereka begadang.

"Enggak tahu, bahkan bumi itu bulat apa datar gue juga gak tahu," jawab Fathur semakin tak jelas. "Ngomong-ngomong Justin, gue mau minta maaf karena kelakuan tuh bocah waktu itu. Agak kurang ngotak emang tuh anak, sok-soan mau ikut geng ujung-ujungnya malah gitu." Lanjut Fathur berubah menjadi bijak sekaligus gesrek, jahat memang mengatakan adiknya sendiri kurang ngotak.

"Udah lewat Bang, gue tungguin gak dateng-dateng dia. Secara gue itu keponakan yang baik, jadinya gue cuma lapor sama ibu mentri keluarga Arya." Seringai Vano kala mengingat kelakuannya beberapa minggu lalu saat melaporkan Justin pada tantenya-Diana.

"Dan gara-gara kelakuan lo, semua fasilitas dia diambil dan setiap hari harus naik angkot." Tawa Fathur menggelegar, senang banget kayaknya melihat adiknya tersiksa.

"Abang biadab, emang."

"Si Ara gimana kondisinya?" tanya Fathur mengganti topik, karena sejatinya percakapannya tadi tak berfaedah sama sekali.

"Dia selalu gesrek sih," canda Vano namun menjadi serius saat melihat Fathur tak ikut tertawa.

"Sekarang lebih baik, mungkin semenjak masuk SMA di gak pernah kayak dulu lagi. Gue juga selalu nyuruh dia buat minum obat," ujar Vano lalu menatap kemerlap bintang di atas sana, untuk sebentar ada sorot sedih dalam matanya.

"Bagus deh, lo harus pastiin kalau gak ada hal yang memicu dia. Tapi waktu pas kejadian sama Justin, dia baik-baik aja?"

"Pas kejadian baik-baik aja, malah sifat gesreknya berkobar. Tapi waktu di rumah sakit gue lihat dia bengong di taman dan kadang-kadang dia selalu nangis kalau udah ngomongin kejadian itu. Apalagi kalau bahas tulang gue yang patah," jelas Vano seadanya.

"Lo harus jaga kadar kebahagiannya, jangan sampai kejadian kayak gitu terulang lagi. Gue tahu, Ara bersifat gesrek gitu gak sepenuhnya keinginan dia, tapi buat nutupin rasa kosong dalam hatinya." Senyum sedih Fathur saat mengucapkan itu, hatinya selalu berdenyut nyeri saat mengingat masa lalu.

"Iya, gue akan pastiin gak ada orang yang akan nyakitin dia!" Janji Vano pada dirinya sendiri, Ara itu seperti
Matrix dalam film Transfo**er yang sangat berharga, namun sedikit saja kesalahan akan hancur menjadi debu.

***

Pagi-pagi sekali, Melodi telah sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan, apalagi manusia dalam rumahnya semakin bertambah. Menyiapkan nasi goreng lengkap dengan hidangan lainnya, Melodi melakukannya tanpa bantuan asisten rumah tangga. Karena semenjak menikah, ia telah mengukuhkan bahwa dalam hal masak memasak adalah tanggung jawabnya sedangkan pekerjaan rumah yang lain akan dilakukan asisten rumah tangganya.

"Bunda, rajin banget sih udah sibuk di dapur," ucap Ara saat masuk ke dapur. Membuat Melodi mengejat karena kelakuannya yang tak biasa.

"Ngagetin aja kamu, tumben udah bangun jam segini. Biasanya kalau gak disiram gak bangun," sarkas Melodi terang-terangan.

"Jahat ih bunda, sekarang itu waktunya evolusi tahu. Ara-kan secara anak baik jadi harus rajin," ujar Ara tersenyum sombong sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Terserah kamu ajalah, asal jangan berubah jadi tambah gak bener aja. Sekarang kamu taruh ini di meja terus bangunin penghuni yang lain juga. Nanti pada kesiangan aja bunda yang dimarahin, padahal mereka sendiri yang tidurnya kebluk," ujar Melodi curhat.

"Siap, laksanakan ibu jendral," ucap Ara sambil memberi hormat.

"Laksanakan." Ikut Melodi memberi hormat.

"Jeng jeng jeng jeng jeng ... nasi goreng siap dihidangkan," ujar Ara ala-ala pembawa bendera kebangsaan. Setelah menaruh nasinya, bersiap melaksanakan tugas kedua.

"YANG MERASA LAKI-LAKI BANGUN, ADA CEWEK CANTIK JUGA SEKSI NIH," teriak Ara menggunakan toa, entah dari mana ia mendapatkan itu.

Suara gerasak-gerusuk langsung terdengar dari lantai dua dan satu. Siapa lagi jika bukan karena ulah para mahkhluk jantan yang berada di rumah itu. Dalam hitungan ketiga semuanya sudah berjajar di hadapan Ara.

"Mana ceweknya?" tanya Fathur yang lebih semangat daripada yang lain.

Menaik turunkan alisnya, Ara tersenyum penuh kemenangan. Menelisik penampilan mereka yang sudah rapi.

"Gak liat? di depan kalian," ucap Ara yang seketika langsung membuat empat pasang mata makhluk jantan itu berkobar penuh kekesalan.

"Bagusnya dibikin apa nih?" tanya Vano pada makhluk jantan yang lain.

"Kasih rudal bagus kayaknya," jawab Davis menyeringai.

"Jadiin campuran tumis kangkung juga enak kayaknya," sahut Fathur ikut menyeringai.

"Sebagai bapak negara, Ayah duduk aja sebagai juri ya," ujar Tio lalu duduk dan memulai ritual makannya sambil memperhatikan peperangan yang akan berlangsung, sedangkan Melodi memutar bola matanya sambil membawa makanan lain dari arah dapur.

Mengambil ancang-ancang, Ara bersiap kabur menghindari para mahkluk jantan yang siap menyerangnya. Bulu kuduknya mulai berdiri, apalagi saat Fathur melemaskan otot lehernya. Begitu juga dengan Davis dan Vano yang sudah melemaskan otot-otot jarinya.

"SERANG!!" teriak Fathur sebagai kapten perang. Maka terjadilah aksi kejar-kejaran dipagi hari.

***

Tambah gak jelas ya😅

Sebenarnya apa yang terjadi sama Ara ya, sampai para abang resenya itu begitu menjaganya?

Cari tahu di bab-bab berikutnya ya, jadi jangan lupa ikutin cerita absurdnya hehe

Komen dan votenya masih berlaku loh, bahkan gak ada tanggal kadaluarsanya😅

Udah itu aja, See you😙😙

Typo bertebaran!

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang