Happy Readings ...
***
"Gimana kondisi lo? Udah baikan?" tanya Reza pada Vano yang duduk di kantin dengan kursi roda.
"Lumayan, tapi gitulah masih harus pake kursi roda. Rusak deh image keren gue," kesal Vano sambil melirik seisi kantin.
"Mau lo pake kursi roda, atau gak pake. Lo tetep ganteng kok Vano," ujar Marsya malu-malu dengan semburat merah di pipinya.
"Bener tuh, buktinya cewe-cewe masih pada curi-curi pandang ke arah lo." Tawa Andi dan diikuti tawa yang lainya.
"Eh tumben Bang Reza sama Bang Andi ngomong, biasanya diem-diem baek." Ledek Ara sambil memakan mie ayam pedas favoritnya.
"Lah gimana mau ngomong, orang tuh sama author gak dikasih ngomong gue. Padahal-kan dari kemarin-kemarin gue juga pengen ngomong." Gerutu Reza.
"Eh jangan salah loh, author kita itu orangnya baik tahu."
"Baik dalam hal?" tanya Reza dengan semangat.
"Baik banget kalau bikin kesel orang hahaha." Seketika semuanya tertawa terbahak-bahak dengan lelucon receh Ara.
"Udah jangan ghibah lo pada, ntar pada di kick baru tahu rasa." Lerai Marsya dengan sok bijaknya.
"Eh omong-omong, si Davis ke mana?" tanya Denis dengan songongnya.
"Di kelas tadi sih, tuh orangnya nongol. Panjang umur emang lo," ujar Vano saat melihat Davis yang berjalan ke arah mereka, lalu duduk dengan tampang jailnya.
"Nungguin, ya?" tanya Davis dengan senyum yang membuat semua di sana memasang wajah datar.
"Ah gak asik lo pada," kesal Davis yang dicuekin.
"Eh lapar nih gue." Melas Denis sambil mengelus perutnya.
"Lo sih emang lapar mulu," ledek Dion yang sejak tadi hanya memperhatikan tingkah absurd teman-temanya.
"Sewot aja lo, kulkas rusak."
"Gue gak mau traktir, ya. Bisa bangkrut gue kalau traktir kalian mulu," ujar Ara karena yang lain sudah melihat ke arahnya melas.
"Kita-kan belum ngomong apa-apa." Bela Marsya tak terima, walaupun niatnya benar sih.
"Tapi gue tahu caranya dapet duit buat kita makan."
"Curiga gue sama lo, Ra. Ide lo-kan gak pernah bener." Sanksi Davis dengan menatap curiga.
"Liat aja lo, Bang."
"PERHATIAN-PERHATIAN, BUAT SEMUA WARGA SMA KESATUAN. MAU CEWE, COWO ATAU EMAK-EMAK. DI SINI ADA ACARA FOTO BARENG SAMA MOSTWANTED KITA YAITU BANG VANO DAN BANG DAVIS YANG BARU AJA DEBUT. SYARATNYA CUMA BAYAR DUA RIBU SEKALI FOTO. BURUAN! SEBELUM MACAN PADA NGAMUK. SEKIAN," teriak Ara sambil berdiri di atas meja.
"WOYY KUTIL BADAK," teriak Davis yang sudah dikerumuni oleh para cewe-cewe juga emak-emak.
Sedangkan Vano dengan gesit pura-pura sakit dan langsung dibawa oleh Reza dan Andi ke ruang UKS.
Dengan senang, Ara memupuli uang dari mereka yang ingin berfoto dengan Davis. Tak terkecuali mbak Siti yang ingin ikut berfoto. Sedangkan teman yang lainya, hanya menertawakan Davis yang sudah kewalahan berfoto dengan segerombolan makhluk-makhluk mengerikan itu.***
"Lo gak papa, Van? Perlu ke rumah sakit aja?" Khawatir Reza yang percaya pada kebohongan Vano.
"Percaya aja lo sama dia, pura-pura doang dia-mah. Ngehindarin kejailan si Ara aja." Sahut Andi malas karena terkadang Reza ini mudah dibodohi.
"Jadi lo pura-pura? Mati aja lo! Gue kira beneran." Marah Reza lalu keluar meninggalkan Andi juga Vano yang terbengong melihat tingkah Reza yang tak seperti biasa.
"Ke sambet apaan tuh anak?" Bingung Vano menatap pintu UKS.
***
Satu jam kemudian ....
"Parah lo, Ra. Masa gue jadi tumbal buat dapet duit sih! Liat nih baju gue udah gak ada bentuk kek gini." Marah Davis melihat bajunya yang berantakan juga rambut yang kusut bak tersambar petir. Kasihan.
"Hehehe ... sekali-sekali gak papa-lah Bang. Kegantengan tuh harus dimanfaatin tahu biar gak cuma jadi pajangan doang," ujar Ara sambil mengipas-ngipas uang hasil 'jualan' tadi.
"Ngeles aja anak onta! Mana duitnya, gue harus dapet jatah dong. 'Kan gue yang jadi korban di sini." Pinta Davis menengadahkan tangan ke arah Ara.
"Nih, gue kasih buat lo," ujar Ara sambil memberikan uang dua ribu-an di tangan Davis.
Menatap kosong ke arah tanganya. "Yang bener aja dong! Masa lo kasih gue dua ribu doang? Itu duitnya dapet banyak ya. Si dodol Vano mana lagi? Main kabur aja noh ponakan luknut! Dasar ponakan jahanam!" Omel Davis tak tahan dengan tingkah dua ponakan ajaib-nya.
Saat Davis sibuk mengomel gak jelas. Ara dan teman-temanya ngacir menuju warung bakso bang Mamat, memesan dengan semangat karena perut sudah menjerit meminta diisi, apalagi setelah mendengar ocehan Davis yang tak bermutu itu. Setelah selesai memesan, sekarang tugas Ara yang menjadi bendara dadakan untuk membayar bakso dengan uang 'jualan' tadi.
"Masih ngomel aja lo," ujar Rafa saat mereka kembali ke meja tadi untuk memakan bakso lezat tiada tara ini.
Berbalik, Davis melihat semuanya berdiri dengan nampan berisi bakso dan es teh manis disetiap tangan mereka. Kemarahan terlihat akan meledak bagai bom atom, langsung saja semuanya berpencar sambil membawa bakso mereka. Ke mana saja yang penting jauh dari ledakan nuklir milik Davis.
"WOYYY ANAK-ANAK LUKNUT! BALIK GAK LO!" teriaknya menggembarkan seisi kantin yang mendadak hening karena teriakan Davis yang membuat merinding.
Kaburrr
***
"Bang Davis, maaf dong Bang. Ara-kan cuma cari cara buat dapat duit bang. Lagipula pada akhirnya abang makan juga-kan tuh bakso," rengek Ara meminta maaf, karena sejak kejadian tadi siang di kantin. Davis tak mau berbicara sama sekali kepadanya. Berabe-kan jika Davis benar-benar marah, nanti siapa yang akan mengantarkan Ara ke sekolah?
"Minggir," ujar Davis dingin saat Ara berdiri di ambang pintu kamar Davis.
"Ya elah, Bang Davis. Maaf-in Ara dulu baru Ara kasih lewat."
Berbalik, Davis berjalan menuju dapur lalu mengisi air di gelas yang diambilnya dari laci. Masih mengikuti Davis, Ara menempel sambil meminta maaf bagai parasit yang menempeli Davis.
"Bang, ayolah. Gak lagi-lagi deh. Suer." Rayu Ara sambil menaikan jarinya membuat huruf V.
Masih tak meladeni Ara, dengan cepat Davis berjalan lalu menutup pintu kamar hingga Ara tak bisa mengikutinya. "Selamet-semalet, kali-kali emang harus jual mahal gue. Biar gak gampangin tuh sama ponakan gesrek," ujar Davis menyender pada pintu sambil mengelus dadanya.
"Ohhh mau jual mahal sama gue. Oke siapa takut," teriak Ara yang menguping dari celah pintu dan membuat Davis mengejat kaget.
Menepuk kepalanya, "bodoh lo, Davis. Lagian itu kuping apa alat penyadap sih! Pake denger segala omongan gue."
***
Gak asik ya? Heheh maafkeun yups kalau gak jelas ceritanya😅
Baru pertama kali Ai buat cerita yang absurd kaya gini😅 jadi maklumin aja ya hehe:v
Ada yang mau kirim salam gak nih buat Vano, Davis atau Ara? Apa mau kirim salam ke Denis aja? Hehehe
Boleh minta vote-nya gak? Biar tambah semangat nulisnya😅😅 buat yang mau aja hehe
Selamat menikmati di rumah aja😊
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)
Teen FictionJudul sebelumnya ABANG RESE GUE Diandra Laudya Arya adalah seorang murid SMA yang gesrek, ceria juga tidak suka belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang harus dihindari. Namun semuanya berubah, saat seseorang datang dihidupnya. Ia tak akan perna...