Bab 8

839 54 3
                                    

Happy Readings ....

***

"Ra, gue punya berita penting buat lo." Berlari dengan tak sabar lalu menarik bangku lain dan mendekatkan ke arah Ara yang tengah duduk di bangkunya.

"Berita apa sih, sampe bikin lo lari-lari ke sini? Bukanya lo tadi mau ke kantin ya?" tanya Ara sambil membuka buku paket matematika.

"Ih liat ke gue dong! Gue-kan ngomong sama lo bukan sama tembok," kesal Marsya. "Lagian tumben amat lo baca buku?" Lanjutnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah buku yang Ara baca.

Halaman yang menampilkan tentang persamaan linear adalah yang Ara baca saat ini. Seperti sebuah ledakan memang, saat melihat Ara membuka buku apalagi buku matematika.

"Eh, gesrek boleh tapi jangan lupa buat belajar. Emangnya kita sekolah cuma buat bikin onar aja apa?" Sewot Ara lalu kembali membaca bukunya. "Bukanya lo punya berita penting buat gue?" Lanjutnya menyadarkan Marsya dari serangan dadakan. Ara itu kesambet apa ya? Tapi bener juga sih.

"Oh iya, gue dapet kabar kalau ada anak baru di kelas sebelah," ujar Marsya kembali lebay seolah melupakan kejadian langka tadi.

"Terus?"

"Lo harus ketemu sama dia." Tekan Marsya menggebu.

"Aduh yang kemarin aja buktinya zonk. Sekarang murid baru lagi? Modelan kaya apalagi? Anak ayah? Apa anak presiden?"

"Kalau ini gue jamin normal seratus persen. Gak ada tuh modelan kaya roti tawar dikasih air atau apalah itu. Karena gue udah cek and ricek, jadi gak akan zonk-zonk lagi. Jadi lo temuin ya?" Bujuk Marsya dengan mengedipkan matanya so imut.

"Iyuhh, jijay gue lihat lo gitu."

"Ayolah Ra. Kurang apa coba gue jadi sahabat lo? Buktinya gue susah payah cari cowo buat lo, supaya lo gak jomblo lagi." Mulai Marsya mengeluarkan pidato andalanya.

"Eh cucunya kecowa, lo gak sadar apa kalau lo juga jomblo? Terus kenapa malah repot cari-in gue cowo sedang lo aja gak punya cowo."

"Eh enak aja lo ngomong, gue itu udah punya ayang Vano ya. Jadi, gue gak termasuk ke dalam kategori jomblo kayak lo!"

"Sekarepmu ae-lah ya." Malas Ara, karena jika sudah menyebut nama Vano, pasti akan panjang sepanjang jalan kenangan urusanya.

***

"Hai, gue duduk di sini ya," ujar seorang cowo tak dikenal lalu duduk di sebelah Ara. Menatap aneh pada cowo itu, mereka semua saling lirik seolah menanyakan siapa dia.

"Lo Ara ya?" tanya cowo itu lalu melirik mangkok bakso yang penuh dengan sambal di hadapan Ara. "Suka bakso? Gue juga suka bakso, tapi lebih suka bakso urat. Karena kenyal-kenyal gitu. Suka pedes juga? Gue juga sama tapi jangan kebanyakan, gak bagus buat lambung." Lanjutnya tak tahu malu.

Sedangkan yang diajak bicara hanya manggut-manggut tak mengerti. Dari planet mana lagi ini cowo? Gesreknya melebihi Ara kayaknya. Bahkan dengan sksd-nya ia duduk di sebelah Ara tanpa memperdulikan delapan pasang mata yang menatap aneh sekaligus jengkel ke arahnya.

"Eh, ya. Nama gue Mario, lo bisa panggil gue Rio. Asal jangan ditambahin teh aja ya." Senyum Mario lalu memakan bakso yang tadi dibawanya. "Hmm, gue murid baru di sini. Kelas kita sebelahan, gue kelas
X-B. Lo kelas X-A 'kan? Kalau dalam pytagoras a+b= c, lo tahu c nya apa? Cinta." Lanjut Rio dengan senyum malunya.

"Denger-denger lo adiknya mostwanted sini ya? Vano kalau gak salah namanya. Gue boleh kenalan sama dia? Secara sebagai adik ipar harusnya tahu dong siapa kakak iparnya."

"Woyy ... main ipar-iparan aja. Lagian lo siapa sih? Main duduk dan sok kenal sama Ara. Lo gak liat apa kalau ada kita berdelapan!" Geram Vano melihat kelakuan Rio yang mencoba menggoda Ara.

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang