Bab 14

561 49 1
                                    

Happy Readings ....

***

"Yuk," ujar Ara setelah bersih-bersih. Keluar begitu saja meninggalkan Rio yang masih duduk dengan bingung.
Hingga ia mengejar Ara yang sudah jauh keluar dari rumah sakit.

"Ra, emangnya lo udah boleh balik?" tanya Rio saat berhasil mengejar Ara yang sudah berada di parkiran.

"Udah, gue gak papa kok."

"Mana mobil lo?" tanya Ara santai sambil memasukan kedua tangannya ke saku hodienya.

"Ngarang lo, gue tuh masih di bawah umur ya, mana boleh gue bawa mobil," balas Rio.

"Bang Vano sama bang Davis pada bawa mobil tuh?"

"Itu sih para anak bangsa yang gak taat aturan. Gue-kan anak baik jadi taat aturan," ujar Rio memeletkan lidahnya lalu berjalan menuju jalan raya. Mau tak mau Ara mengikuti dan merekapun pergi setelah mendapatkan taksi yang lewat.

Hening, hingga Rio mendudukan dirinya dengan tegap. Matanya membola seakan mengingat sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan. Menengok ke arah Ara yang menyandarkan punggungnya santai sambil memejamkan matanya.

"Ra, lo kabur dari rumah sakit? Dokter-kan tadi belum bilang kalau lo boleh pulang!" tanya Rio histeris di dalam taksi, sedangkan Ara hanya memutar bola mata malas saat melihat kelakuan Rio yang lemot ini.

"Kita harus balik, Pak balik lagi ke rumah sakit tadi ya," ujar Rio pada supir taksi.

"Jangan Pak, lanjut aja jalan," potong Ara saat supir taksi akan berbalik arah.

"Enggak Pak, balik lagi."

"Lanjut aja Pak."

Maka terjadilah percekcokan antara balik ke rumah sakit atau terus lanjut pulang ke rumah Ara. Hingga supir taksi kesal sendiri antara harus balik atau lanjut, dan pada akhirnya supir taksi itu memberhentikan taksi dan menyuruh Ara dan Rio untuk keluar.

"Gara-gara lo, nih. Kita jadi diturunin di pinggir jalan ginikan," kesal Ara memanyunkan bibirnya lalu berjalan mencari tempat duduk di sekitar sana sambil menunggu taksi yang lain. Sedangkan Rio senyum-senyum saja saat supir taksi menurunkan mereka.

"Iyain ajalah ya, cewek-kan selalu benar," ujar Rio menyerah lalu duduk di samping Ara.

"Cari taksi sana." Suruh Ara karena sudah sepuluh menit mereka menunggu taksi namun tak ada satupun yang lewat.

"Iya-iya, padahal-kan gue seneng lama-lama sama lo," bisik Rio pelan sambil berjalan mencari taksi, sedangkan Ara hanya pura-pura tak mendengar yang diucapkan Rio.

Satu jam menunggu taksi, Ara duduk dengan bosan. Sedangkan yang disuruh mencari taksi belum kembali juga. Entah kemana Rio mencari taksi.

"Nih, minum." Rio menyodorkan sebotol minuman dingin kepada Ara.

"Bukannya gue suruh lo cari taksi? Kenapa malah beli minum?" ujar Ara mengerutkan keningnya saat Rio hanya memberikan minuman tanpa taksi bersamanya.

"Ambil aja, gue tahu lo haus. Lagian gak akan ada taksi yang mau berhenti di sini," ujar Rio santai lalu ikut duduk di samping Ara sambil meminum air yang dibawanya.

"Maksud lo?" tanya Ara bingung dan langsung berdiri.

"Noh." Tunjuk Rio pada papan rambu yang terhalangi dedaunan. Seketika Ara membulatkan matanya dan membuka mulutnya lebar, menatap tak percaya pada apa yang dilihatnya. Jika begini, untuk apa ia menunggu satu jam seperti orang bodoh? Menatap sengit pada Rio yang masih anteng meminum minumannya. Ara menendang tulang kering Rio hingga Rio mengejat kesakitan.

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang