Bab 30

551 37 9
                                    


"Don't keep crying, don't blame yourself too long, but don't forget what happend, so you can learn from it."

-While you were sleeping-

Happy Readings ....

****

Arin adalah perempuan baik, entahlah. Untuk saat ini itulah yang Ara pikirkan, sifat Ara semakin berubah menilai seseorang, dahulu tak ada pilih memilih dalam hidup Ara, kini semuanya berubah, benar-benar berubah. Ia tak bisa percaya, pada dirinya atau pada siapapun, ketakutan terus membayangi dirinya saat mencoba percaya, bahkan pada Arin yang sudah dua minggu ini selalu bersamanya di sekolah.

Melihat itu, Vano dan Davis mulai tenang karena setidaknya Ara masih mencoba membuka dirinya. Walaupun yang dipikirkan Ara sebenarnya ragu, teman? Jujur saja, sampai saat ini Ara masih belum yakin apakah ia berteman dengan Arin. Rasanya sulit memunculkan kata itu kembali dalam hidupnya.

Ke kantin?

Tulis Arin pada sebuah buku dengan tulisan tak terlalu besar, memperlihatkan pada Ara yang duduk di sebelahnya. Mengangguk, Ara mengiyakan lalu mereka pergi ke kantin bersama. Sebenarnya, banyak yang membicarakan soal Ara berteman dengan Arin. Sejak masuk sekolah, Arin yang terkenal tak pernah memilki teman, tiba-tiba berteman dengan anak baru secantik Ara membuat mereka penasaran dan berspekulasi sendiri. Bahkan ada rumor bahwa Ara dibayar untuk berteman dengan Arin, karena sebenarnya Arin adalah anak dari pengusaha terkenal di Bandung.

Tanggapan Ara? Mengacuhkan adalah yang ia lakukan. Menjelaskan? Tak akan pernah ia lakukan, dahulu ia ingin menjelaskan pada seseorang yang ia anggap teman, tapi tidak lagi. Untuk apa menjelaskan sesuatu yang tak ingin didengar orang, karena orang yang menyayangimu tak membutuhkannya dan yang membencimu tak akan mempercayainya.

"Mau makan apa?" tanya Ara setelah mereka sampai di kantin, pada Arin yang membuntutinya dari belakang. Sebenarnya Ara pernah sekali bertanya, kenapa Arin selalu berjalan di belakangnya, dan jawaban tak biasa ia dapatkan, Arin tak ingin Ara diejek karena berteman dengan dirinya.

Soto ayam

Tulis Arin menyerahkan bukunya. Memesannya dua porsi dengan dua jus jeruk, mereka duduk di kursi pojok.

Hanya itu, yang bisa ia lakukan untuk Arin. Walaupun ia belum menganggap Arin sebagai teman, namun ia harus berbuat baik bukan?

***

"Eh anak baru," panggil seseorang pada Ara yang berjalan menuju parkiran, seperti biasa, ia akan pulang setelah kelas sepi dan membiarkan Vano juga Davis menunggu.

Berbalik, Ara melihat empat orang di hadapannya. Dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Menatap aneh, Ara memasukan kedua tanggannya ke dalam saku hoodie yang dipakainya.

"Ikut kita," ujar satu orang dari mereka, seorang perempuan berambut panjang dengan bandana merah di rambutnya.

"Kenapa?"

"Ikut aja, lo anak baru harus nurut sama senior," sahutnya membuat Ara menaikan alisnya sebelah.

Memutar bola matanya, Ara terpaksa mengikuti kala seorang laki-laki tinggi dengan tas selempang hitam tersampir di bahunya menarik Ara. Ruang olah raga, temaram karena lampu ruangan tak dinyalakan dan kondisi di luar yang gelap karena hujan. Tempat ini berantakan katean bola-bola tergeletak di mana-mana dan peralatan olah raga lain yang belum dirapikan.

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang