Bab 27

462 34 0
                                    

Happy Readings ...

***

Dua minggu berlalu dan Ara, Vano juga Davis telah resmi pindah dari SMA Kesatuan. Tanpa menginjakan kaki di tempat itu lagi dan membiarkan orang tua mereka yang mengurusnya. Untuk kedua kalinya, mereka pindah meninggalkan kota menuju kota yang lain. Bandung, kota romantis dengan segala tempat wisatanya, memberi harapan untuk memulai hidup mereka kembali. Menjadikan tempat untuk memulai hidup baru dan melupakan semua yang terjadi di ibu kota.

Semenjak kejadian di taman saat itu, Ara tak pernah mencoba kembali menghubungi Marsya atau yang lain. Ia ingin berhenti, berhenti menggapai seseorang yang mencoba pergi dari hidupnya. Dan lebih memilih mengganti nomor ponselnya atas permintaan Vano.

"Pagi-pagi udah ngelamun aja. Kesambet setan nanti loh," ujar Davis ikut duduk di samping Ara lalu memberikan permen mint pada Ara.

"Siapa juga yang ngelamun, gue cuma lagi liat pohon-pohon aja. Di sini udaranya sejuk," balas Ara menatap semilir angin yang membuat dedaunan itu bergoyang.

"Lo bener, udara kebahagian."

"Iya deh yang alay," lirik Ara sewot lalu membuka permen dan memakannya.

"Uhh si gesrek Ara udah balik ternyata," ejek Davis mencolek hidung mancung Ara.

"Apa sih gak jelas."

"Besok kita mulai masuk sekolah, lo ... gak apa-apakan?"

"Emangnya gue kenapa?" tanya balik Ara membuat Davis menggelengkan kepalanya dan memilih masuk ke dalam rumah.

"Gue gak akan buat kalian khawatir lagi!"

***

Malam sebelum mereka masuk sekolah besok, Vano dan Davis memilih mengajak Ara menikmati malam di kota bandung. Karena dua minggu di sini, tak sekali pun mereka keluar dari rumah.

Mau tak mau Ara ikut karena Vano dan Davis memaksa. Dengan alasan menghilangkan penat, akhirnya Ara duduk diam di kursi belakang kemudi dengan Vano sebagai supirnya. Jalanan malam di Bandung terutama Lembang ini memang tak pernah sepi, banyak anak-anak muda yang sekedar nongkrong atau bercengkrama memainkan gitar. Membuat Ara penasaran untuk melihat dibalik kaca mobil.

Tanpa disadari, Vano dan Davis tersenyum bahagia saat melihat Ara yang senang. lalu memberikan tos dengan mengepalkan jari lalu saling meninju pelan.

Entah karena terlalu antusias melihat pemandangan, Ara tak menyadari bahwa mobil telah berhenti. Bila Davis tak menepuk pundaknya.

"Yuk, turun. Udah sampe nih," ujarnya lalu membukakan pintu mobil. Seketika Ara terkagum-kagum melihat pemandangan di depannya. Lampu berkelip-kelip seperti lautan bintang membuatnya membuka mulutnya takjub.

"Ini, di mana?" tanya Ara setelah Vano keluar sehabis memarkirkan mobil.

"Bukit bintang, kerenkan?" jawab Vano menyenggol pundak Ara dengan pundaknya. Mengangguk antusias, akhirnya Vano bisa melihat senyum tulus itu lagi.

"Yuk, masuk. Bang Davis udah beli tiket."

Berjalan beriringan, mereka menemui Davis yang tengah membeli cemilan untuk dibawa ke atas nanti. Setelah selesai mereka pun mulai berjalan. Ara berjalan di tengah yang diapit oleh Vano dan Davis. Di depan dan belakang mereka banyak para pasangan yang juga berjalan sambil mengobrol santai. Ara merekam semua kenangan ini dalam ingatannya, agar kenangan pahit tak berdiam diri di sana lagi.

"Lo seneng?" tanya Davis yang memakan jagung bakar dengan lelehan keju.

"Banget, thanks." Senyum Ara lalu meminta jagung yang dimakan Davis dan menggigit di sisi lain setelah Davis memberikan.

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang