Bab 3

1.2K 79 0
                                    

Happy Readings ...

***

"Ra, mau ke mana malam-malam?" tanya Vano yang sedang menuruni tangga. Tangannya memegang gelas kosong.

"Mau main, bentar kok," jawab Ara sambil membenarkan bajunya. Sebuah baju lengan panjang juga rok corak hitam pendek dengan but sepaha adalah pilihan Ara. Tak lupa tas selempang tersampir di pundaknya.

"Sama siapa? Bunda lagi gak ada di rumah loh." Selidik Vano, tangannya masih memegang gelas kosong dan ia berdiri di anak tangga terakhir.

"Temen," sahut Ara malas.

"Marsya? Kok dia gak bilang sama gue?" tanya Vano heran. Biasanya Marsya selalu memberi kabar lewat pesan jika akan keluar dengan Ara, ya walaupun tak pernah dibalas Vano.

"Emangnya siapa lo? Lagian bukan sama Marsya kok," ujar Ara lalu berjalan menuju pintu utama.

"Yaudah jangan malam-malam. Lo berangkat punya kaki awas kalau pulang tuh kaki hilang," ucap Vano lalu berjalan menuju dapur untuk mengisi air.

"Iyuhh, gak jelas lo bang," sewot Ara lalu pergi setelah mengunci pintu.

***

"Hai Justin, yuk berangkat." Ajak Ara pada Justin yang sudah menunggunya di atas moge. Penampilan bak seorang anak jalanan membuatnya terlihat sedikit berantakan.

"Siap?" tanya Justin setelah Ara duduk di atas motor, sambil memakai helm. Kepalanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Justin.

Jalanan malam ini tak terlalu ramai, Justin melajukan motornya dengan santai. Angin dingin langsung saja menerpa kaki Ara yang hanya memaki rok.

"Kita mau ke mana?" tanya Ara pada Justin dengan mendekatkan dirinya agar terdengar oleh Justin.

"Nanti juga lo tahu, udah santai aja," jawab Justin lalu melajukan motornya dengan cepat.

Tiga puluh menit perjalanan, mereka pun sampai di jalanan sepi yang jauh dari kota. Seketika Ara merinding melihatnya, namun mencoba biasa saja karena ia percaya pada Justin.

"Yuk turun." Ajak Justin lalu mereka pun turun di dekat sebuah warung kopi yang terlihat ramai oleh anak muda sepantar mereka. Warung kopi itu terlihat gelap, karena hanya ada satu lampu yang berada di tengah-tengah. Sedangkan di jalanan ini tak ada lampu sama sekali.

"Kita mau ngapain ke sini? Bukannya mau ketemu teman kamu?" tanya Ara namun masih mengikuti Justin menuju warung kopi itu.

"Iya, teman-teman aku ada di sana. Kamu santai aja," jawab Justin. "Hai guyss." Lanjut Justin saat mereka telah sampai di sana lalu melakukan tos kepada teman-temannya.

"Wah gila sih lo, Tin. Jadi juga lo bawa dia?" tanya seorang cowo yang sedang duduk dengan sebatang rokok di tangannya.

"Jadilah, gue gitu. Sekarang gue bisa jadi bagian kalian, 'kan?" tanya Justin pada temannya lalu ikut duduk bersama mereka. Sedangkan Ara berdiri tak mengerti atas obrolan mereka.

"Enggak, sebelum kita cicipin dulu tuh jalang." Seringai seorang cowo yang berdiri di samping Justin seraya menepuk pundak Justin.

"Eh, kita gak ada perjanjian kaya gitu ya! Gue bawa dia dan gue gabung, selesai," ujar Justin ngegas lalu bangkit dari duduknya.

"Wow santai dong, Bro. Emang gak ada, tapi sekarang ada hahaha." Tawa mereka dengan kencang.

Mengerti apa maksud mereka, Ara tak mau tinggal diam. "Heh kutu kupret! Enak aja lo kalau ngomong, pake ngatain gue jalang lagi. Buta lo ya? Cewe terhormat gini dibilang jalang!"

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang