Happy Readings ....
***
"Bang, bagi hospot dong," ujar Ara setelah menerobos kamar Vano lalu dengan enaknya membaringkan tubuhnya di kasur Vano.
Menaikan sebelah alisnya, Vano menatap bingung pada adek semata goleknya ini. Tumben-tumbenan meminta hospot padanya.
"Emangnya lo gak punya kuota?"
"Ada," jawab Ara santai lalu mendudukan dirinya, menatap Vano yang sedang duduk di sofa panjang dengan tangan yang sibuk mengotak ngatik ponselnya bermain games.
"Terus? Kenapa minta hospot coba."
"Gue mau unduh drakor baru nih. Sayang kalau pakai kuota sendiri, entar dimarahin bunda kalau keseringan beli kuota," balas Ara.
"Terus, lo gak papa gitu kalau kuota gue abis dan dimarahin bunda?" tanya Vano tak habis pikir, menghentikan bermain games dan fokus pada adek gesreknya itu.
"Itu sih derita lo ... hahaha" Tawa Ara menggelegar, menghiraukan tatapan datar Vano yang menatap sengit dirinya.
"Adek biadab emang," ujar Vano lalu menggelitik Ara dengan brutal. Tawa kegelian Ara tak bisa diredam lagi, bahkan tubuhnya sudah bergerak tak beraturan. Sedangkan Vano tak menghiraukan dan terus melakukan aksinya.
"Hahaha ... berhenti bang, please. Lama-lama gue ngompol nih!"
Mendengar kata ngompol, seketika Vano menghentikan kegiatannya lalu menarik Ara menjauh dari kasurnya.
"Pergi sono, awas aja ngompol di kasur kesayangan gue."
"Ah gak asik lo, jadinya mau ngasih hospot gak?" tanya Ara sebelum Vano menariknya keluar.
"Pake kuota sendiri aja, atau gak minta ke Davis aja," sahut Vano lalu menutup pintu cepat saat Ara akan kembali masuk.
"Pelit lo!" teriak Ara sambil memeletkan lidahnya pada pintu tak berdosa itu. "Baru kemarin minta maaf dan manis banget, sekarang jiwa bar-barnya balik lagi."
***
Ini sudah hari kedua sejak drama ulang tahun Ara, sejak saat itu juga Ara belum melihat batang hidungnya Rio. Tidak seperti biasanya saja, biasanya mahkluk itu akan mengganggu Ara dan teman-temannya, bahkan saat ini kantin terasa sepi karena memang ini bukan jam istirahat, hehe.
"Kebiasaan lo, Ra. Jam segini bukannya belajar di kelas malah nongkrong di sini," ujar Vano dengan sok-nya.
"Ngaca dong, lo juga ada di sini bukannya belajar," sewot Ara tak mau kalah. Enak saja ia disalahkan walaupun salah sih, namun jangan salahkan Ara tapi salahkan perutnya yang tak bisa diajak kompromi. Niatnya izin ke toilet malah mampir ke kantin.
"Sebagai mantan ketua osis, gue tuh harus keliling buat pantau anak murid kayak lo!"
"Iya, ketua osis bobrok. Gue heran, kenapa coba waktu itu lo bisa kepilih jadi ketua osis." Heran Ara mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk.
"Udah, itu rahasia negara. Lo gak perlu mikirin yang kayak gitu. Mending pesenin gue mie ayam sana." Titah Vano sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Enak banget lo, udah ngatain terus sekarang malah nyuruh-nyuruh lagi. Abang macam apa lo? Bukannya ngasih contoh baik, ini malah gak bener." Omel Ara namun kakinya tetap melangkah untuk membeli mie ayam.
"Dasar adek terlalu pinter!"
Sepuluh menit berlalu, Ara datang dengan nampan berisi mie ayam lengkap dengan jus jeruknya. Perhatian banget memang Ara itu. Menaruh nampan di hadapan Vano, Ara duduk menatap datar pada Vano yang langsung menyantap mie ayam dengan lahap.
"Entah apa salah gue, abang-abang gue gak ada yang bener kayaknya," ujar Ara pelan pada dirinya sendiri.
"Gue bisa denger ya."
"Iya, makan aja makan." Acuh Ara tak mau pusing.
Memperhatikan Vano yang makan seperti kerasukan, Ara menopang dagunya malas. Hingga Vano selesai makan dan menatap pada Ara.
"Lo gak mau?" tanya Vano sambil melihat mangkok kosong di hadapannya.
"Telat!"
"Gue-kan nawarinnya gak mau, jadi gak perlu ada isinya tuh mangkok."
"Terserah ajalah, gue mau balik." Berdiri lalu berjalan keluar kantin yang diacuhkan oleh Vano.
***
Pelajaran berakhir dengan cepat dikarenakan ada rapat guru hari ini. Untuk Ara dan teman-temannya sih ini adalah kesenangan dunia, karena kesempatan langka pulang lebih awal apalagi ini masih jam sepuluh.
Tak seperti teman-temannya yang pergi ke mall. Ara, Vano dan Davis memilih untuk pulang karena mendapat kabar bahwa om terkeceh mereka akan datang. Bukan om dengan perawakan gendut, hitam, berkumis seperti dalam film. Melainkan seorang om tampan dengan segalanya pesonanya sebagai seorang dokter spesialis muda, namun sayang kehidupan percintaannya tak secerah pesonanya.
"Eh, kira-kira bang Fathur tambah jelek gak ya?" tanya Davis sembarang kala mereka berada di dalam mobil untuk pulang dengan Vano yang menyetir.
"Yang pasti gak lebih jelek dari lo!" Celetuk Vano nyelekit sampai ke hati.
"Ya allah, sabarkan-lah hati hamba dari orang-orang biadab ini." Doa Davis drama dan hanya ditanggapi dengan lirikan malas Vano dan Ara.
Sampai di depan rumah, mereka melihat sebuah mobil fortuner putih yang nangkring di garasi. Berjalan masuk ke dalam rumah sambil mengucap salam, terlihatlah seorang laki-laki tiga puluh tahunan membaringkan tubuhnya di sofa dengan ponsel ditangannya.
"Gak yakin gue, kalau lo itu dokter bang," ujar Vano sambil mendudukan dirinya di samping Fathur, sedangkan Ara dan Vano duduk di sofa yang lain.
"Gue tahu kok, gue terlalu ganteng buat jadi dokter. Cocoknya jadi aktor-kan?" Pede Fathur yang langsung dihadiahi ekspresi ingin muntah oleh para makhluk astral.
"Kenapa ya Allah, punya abang gak punya malu semua," ucap Ara mengelus dadanya. Hingga tatapan tiga pasang mata membuatnya bungkam seketika. Sepertinya kabur adalah pilihan terbaik saat ini.
"BUNDAA, TOLONG ADA MACAN MAU NGAMUK!!"
***
Tambah gak jelas ya?😅😅
Nambah peran baru lagi wkwkwk:v
Serius loh, Ai bakal munculin banyak peran di cerita ini beda banget sama cerita lainnya😅
Gak tahu kenapa Ai pengen munculin banyak peran biar rame hehe ....Maaf ya kalau gak jelas ceritanya
Harapan kalian buat peran dalam cerita ini apa dan bagaimana? Siapa tahu sesuai sama jalan cerita yang udah Ai pikirin hehe
Komen-komen boleh kok jangan malu-malu hehe
Vote juga gak dilarang apalagi share ceritanya biar orang-orang pada tahu ada cerita gak jelas ini hehehe
Udah itu aja, see you😙
Typo bertebaran!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)
Teen FictionJudul sebelumnya ABANG RESE GUE Diandra Laudya Arya adalah seorang murid SMA yang gesrek, ceria juga tidak suka belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang harus dihindari. Namun semuanya berubah, saat seseorang datang dihidupnya. Ia tak akan perna...