Bab 11

635 41 2
                                    

Happy Readings ...

***

"Ra, lo inget gak dulu waktu kita kecil suka ke sini?" tanya Vano tiba-tiba. Lalu menatap danau indah di hadapan mereka. Walau sudah setengah jam mereka di sini, baru ini Vano bertanya setelah keheningan sebelumnya.

"Ingetlah, bahkan gue pernah nyemplung tuh ke danau sampai gue takut buat berenang. Dan dengan sok pahlawannya dulu, lo ikut nyemplung buat selamatin gue," sahut Ara dengan senyuman geli.

"Haha iya, yang lucunya adalah gue ikut keulelep bareng lo sampe Ayah nemuin kita dan selamatin kita. Kocak parah elah." Tawa Vano saat mengingat betapa sok pahlawannya ia dulu.

Setelahnya hening, mereka kembali menatap danau yang berkilau karena terkena sinar matahari siang itu.

"Lo emang selalu selamatin gue kalau gue butuh, dari kecil," ujar Ara setelah beberapa menit. "Bahkan waktu gue hampir di perk**a sama geng motor waktu itu, lo dateng tiba-tiba kayak super hero dan selamatin gue, sampai-sampai lo patah tulang kayak sekarang." Lanjutnya menatap Vano sambil tersenyum tulus.

"Gue-kan emang super hero buat lo," balas Vano dengan senyum tengilnya.

"Lo tuh bodoh apa emang sayang banget sih sama gue? Lo tuh bisa mati tahu gak waktu itu!" ujar Ara serius. Matanya mulai berkaca-kaca hingga satu tetes air mata mengalir membasahi pipinya.

"Eh, kok lo jadi serius gini sih? Gue-kan bercanda." Ralat Vano lalu mengusap air mata Ara. "Air mata lo itu berharga tahu, jangan sampai air mata ini mengalir lagi di depan gue, ngerti?" Lanjutnya dengan senyum tulus.

"Bodoh," ujar Ara lalu memeluk Vano sayang.

"Wahhh, tumben kalian akur? Biasanya udah kaya kucing dan anjing aja." Ledek Davis merusak suasana.

"Apaan sih," ujar Ara lalu pergi begitu saja.

"Kenapa Van?" tanya Davis penasaran.

"Enggak!"

"Woyy ... dasar ya, punya ponakan gak ada yang berbakti sama Om. Masa gue ditinggal gitu aja." Gerutu Davis  neulangsa lalu ikut berjalan mengejar Vano dan Ara.

***

Hari senin adalah hari terberat untuk Ara, karena selain upacara, hari senin juga jadwal pelajaran matematika dan siapa lagi jika bukan pak Agus guru study untuk matematika. Pagi-pagi begini sudah hancur saja mood-nya. Berjalan lunglai menuju kelasnya  hingga kejadian dua meter di depannya membuat Ara menghentikan jalannya.

"Pagi-pagi udah sial aja gue nemu kayak gini," gerutunya lalu kembali berjalan mencoba mengacuhkan kejadian itu.

"Bagi duit gak!" ujar seorang kakak kelas yang sedang memalak seorang cewek sekitar satu meter di depan Ara.

"Gak ada uang kak," jawab cewek yang dipalak sambil memberenggut ketakutan.

"Elah, pagi-pagi udah malak aja," sarkas Ara berhenti tepat di depan mereka.

"Urusannya sama lo apa?" tanya Kakak kelas berpakaian berantakan itu, rambut panjangnya berwarna merah diujungnya, rok span sepaha membuat ia terlihat seperti badgirl.

"Gak ada sih, gue cuma risih aja kalau liat palak memalak kayak gini," sahut Ara santai.

"Berani lo ya? Jangan mentang-mentang lo adiknya Vano jadi belagu deh."

"Aihh, gak usah bawa-bawa abang gue deh. Dia lagi tenang di alam sana. Yang ada lo yang mentang-mentang kakak kelas main malak seenaknya aja. Gak dikasih duit emangnya lo, pagi-pagi udah malak aja," balas Ara telak.

"Tahu apa lo tentang gue!"

"Udah ya, gue gak mau buat hari ini tambah ancur lagi. Nih gue kasih duit, dan lo?-" tunjuk Ara pada cewek yang dipalak, "lo pergi aja, jadi selesaikan urusannya?" Lanjutnya sambil memberikan uang lima puluh ribuan dan kembali berjalan meninggalkan mereka.

"Woy berhenti gak!" teriak kakak kelas tadi namun hanya diberi lambaian tangan oleh Ara.

***

"Ngapain lo sendirian di sini? Di bawah pohon lagi, awas kesambet," ujar Rio pada Ara yang duduk di bawah pohon matoa dekat kantin.
mulutnya mengemut permen kaki.

"Sebenarnya mau lo apa sih? Kenapa sejak awal selalu ganggu gue. Ng-fans sama gue?" Jengah Ara berbalik menghadap Rio yang duduk sambil memperhatikannya.

"Kalau lo nanya ke gue, gue nanya ke siapa? Sedangkan gue gak tahu alasan deketin lo," balas Rio santai, matanya menatap tingginya daun-daun matoa itu.

"Eh, semua di dunia ini pasti ada alasannya ya. Jadi pasti lo punya alasan sama sikap lo ke gue."

"Gimana kalau semuanya gak harus pake alasan?"

"Mana ada." Teriak Ara ngegas karena saking kesalnya.

"Ada, cinta. Gue atau lo gak harus punya alasan buat jatuh cinta, 'kan?" Senyum Rio saat melihat Ara diam tak bisa berkata-kata. "Diem-kan lo gue bilang gitu." Lanjutnya penuh kemenangan.

"Nyebelin ya lo, ternyata selain makhluk planet, lo juga dua belas tiga belas resenya kayak bang Vano ya!"

"Kenapa dua belas tiga belas?" tanya Rio bingung karena pepatah baru Ara.

"Karena sebelas dua belas itu, bang Vano sama bang Davis," jawab Ara dengan polosnya. Tawa Rio pecah seketika saat Ara menjawab dengan polos namun wajah imutnya membuat Rio tanpa sadar mencubit kedua pipi Ara. Yang dicubit hanya diam seperti tersihir apalagi melihat tawa Rio yang tak biasa.

Deg deg deg

'Kenapa jantung gue jadi dangdutan gini ya? Apa jangan-jangan jantung gue udah berubah jadi tempat
konser?' Ujar dewi batin Ara yang ngomong seenaknya.

"Awas mimisan, pipi lo udah merah tuh." Ledek Rio dengan senyum jahil lalu pergi meninggalkan Ara.

Tanpa sadar Ara memegang hidungnya yang tak berdarah, lalu memegang pipinya yang terasa panas. Hingga sepersekian detik kesadarannya kembali.

"DASAR MAKHLUK PLANET NYEBELIN!!"

***

"Dari mana aja lo, Ra? Bel istirahat udah ngilang aja," ujar Marsya saat bola matanya melihat kedatangan Ara. Tanganya sibuk memasukan keripik singkong ke dalam mulutnya.

"Tumben lo perhatian."

"Eh Ra, sebagai calon kakak ipar harus perhatianlah sama adik iparnya. Ini tuh jalan tercepat buat dapetin hati abangnya dan cinta abangnya." Senyum Marsya sambil membayangkan wajah tampan Vano, namun tangannya tetap memasukan kripik singkong ke dalam mulutnya.

Mendengar kata cinta membuat pipi Ara kembali memerah, wajahnya mulai panas dan tubuhnya mulai berkeringat. Bahkan jantungnya pun ikut berjoget ria di dalam sana.

"Kenapa, Ra?"

"Kayaknya gue punya penyakit jantung deh," jawab Ara sekenanya lalu berjalan ke arah kantin.

"Astaghfirullah, Ara. Kalau ngomong sembarangan aja lo." Sewot Marsya lalu mengikuti Ara.

***

Gimana? Tambah gak jelas?😅😅

Jangan lupa vote, komen dan Share ya hehe😊

Udah itu aja, see you😙

Typo bertebaran!

MY HERO BROTHER ✔ (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang