[Area dewasa].
1. Silahkan untuk di skip/tidak dibaca jika merasa risih, terganggu dengan apa yang saya tulis di part ini
2. Part untuk usia 18+
3. Harap bisa disikapi dengan bijaksana dari perspektif yang baik
❄️❄️❄️
Mengusir rasa bosan, dan membantu meningkatkan konsentrasinya. Jungkook terbiasa memakai headphone sambil bekerja. "Kenapa lama sekali ke kamar." memeriksa ke atas jam dinding sudah 15 menit berlalu. Istrinya masih tidak ada tanda-tanda kemari. "BERHENTI MENYALAHKANKU. KITA BERDUA BRENGSEK."
"Astaga Rosie." Jungkook menaruh headphone, begitu mendengar suara istrinya. Ke sudut ruang baca untuk mengambil satu tongkat golfnya. Bergegas mendorong pintu kamarnya yang tidak terkunci.
"Sayang." Jungkook menyalakan lampu kamarnya. Saat itulah Rosie muncul di balik selimut dengan raut wajah penuh angkara murka, sesegukan menangis. Melempar satu demi satu bantal, guling tidur mereka. Mengacak-acak selimut.
"Kau kenapa sih. Ada apa?" Tidak lama suara langkah-langkah dari sepatu semakin dekat. "Kenapa pak, say mendengar suara nyonya berteriak." Tiga pengawal terlihat takut tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Mereka berkumpul di batas pintu melihat keadaan Rosie, kemarahannya masih berkobar-kobar. Jungkook mengerti. Ia berbicara di luar pintu dan meminta salah seorang pengawal saja untuk berjaga di depan kamarnya, sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.
Wanita itu melihat ujung buku yang ia sembunyikan sedikit keluar dari batas seharusnya. Warnanya sangat kontras dengan warna ruangan. Padahal sudah berjanji agar Jungkook tidak mengetahui. Jika begini urusannya, suaminya akan mengetahui dan mungkin lama-lama rumah ini akan menjadi markas para pengawal karena terlalu banyak pengawal yang disewa.
Dilempar asal tongkat golf di sofa oleh Jungkook sambil memijat pelipisnya. Sengaja tidak memandangi wajah sang istri yang memicingkan sudut mata entah karena apa. "Mimpi buruk ya?" Berusaha menenangkan dengan pelukan, istrinya bergeser, agar jarak mereka semakin jauh. Tidak sudi. "Aku menunggu lama di ruang baca. Ternyata kau di kamar tertidur."
Rosie masih diam, sama sekali tidak mau bicara. Turun dari tempat tidur untuk memungut satu persatu bantal dan guling. Menaruh ke tempat semula, tanpa mau melihat wajah Jungkook. Merapikan setiap ujung selimut, menepuk-nepuk. Kemudian masuk ke dalamnya. Tidur memunggungi Jungkook. Semakin dipikirkan, semakin kuat dugaan jika Jungkook memang pelaku di balik semua kejadian.
Akan ku cari cara menghubungi Sehun dan menceritakan semuanya. Jungkook semakin tidak waras.
❄️❄️❄️
Kediaman Hana Jeon...
Hana terlihat semakin bugar, terlebih mendapat kunjungan dari Sungjin dan Bia. "Nenek, nenek..." Aira berlari duluan, saat melihat neneknya berdiri di depan pintu. Minta gendong yang tdak disetujui oleh Hana.
"Duduk saja sini. Nenek tidak sanggup jika menggendongmu." Aira tertawa dengan pipi bulatnya. Hana menyerahkan satu toples yang masih penuh berisikan biskuit coklat untuk cucunya setelah mencium puncak kepala gadis kecil itu. Bia menyusul berjalan cepat memeluk singkat, menyapa ibu mertuanya, "ibu...jangan memaksakan berjalan tanpa tongkat. Nanti seperti kejadian tempo hari."
"Baiklah, akan ibu gunakan, Bia jaga kesehatanmu dan jangan sampai kelelahan. Sungjin jaga istrimu dengan benar."
Pria itu tersenyum datar, mengusap-usap perut istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Test ⌛ Rosékook [END]
Fanfic[M] [C O M P L E T E D] "In a world of endless questions, love is the only answer." Perselingkuhan dan Teror yang terjadi dalam satu waktu membuat runyam. Siapa sebenarnya yang menuliskan pesan rahasia "seratus delapan puluh tiga" hari? ____________...