Note: Terdapat adegan yang harap disikapi dengan bijaksana. Bila tidak nyaman untuk dibaca. Silahkan membaca sambil tutup mata. Trims.
❄️❄️❄️
Gereja Santa Croce, tempat para biarawan Fransiskan, dengan ruangan-ruangan luas memantulkan tujuh bahasa, sementara turis beringsut masuk mengikuti payung-payung cerah para pemandu.
Mereka meraba-raba saku mencari koin dalam kegelapan, supaya dapat membayar enam puluh detik yang berharga dalam hidup mereka untuk melihat karya lukisan-besar di kapel-kapel. Rosie memanjatkan doa dalam kekuasaan dan kerendahan hati.
Tangisannya tak kunjung reda. Bagi sebagian orang menangis berhasil membuat beban di hati sedikit demi sedikit berkurang. Rosie merasakannya setelah masuk ke dalam, duduk dan berdoa.
"Tuhan, saat aku meminta ingin bahagia, selalu tersenyum dan tidak terluka. Aku mendapatkannya. Tetapi dengan cara yang salah. Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang Kau berikan. Maaf aku tidak bisa menjaga sumpah yang pernah ku ucapkan disini, di hadapan-Mu. Semoga setelah kami bercerai, aku dan Jungkook bisa menemukan kebahagiaan kami masing-masing."
Di lokasi yang sama, berbeda posisi. Jungkook baru saja tiba, berlarian keluar dari mobil setelah memarkir sembarangan, untungnya tidak menimbulkan kegaduhan oleh para petugas parkir karena tindakannya. Berharap Rosie bertahan di dalam ruangan. Area parkir penuh dari hari-hari biasanya.
Berlarian melintasi para peziarah yang mengalir berdesakan memegangi buku panduan yang isinya samar tak terlihat jelas. Bau badan dan dupa merebak diramu dalam panas cahaya lampu. Deru Jantungnya berhenti berdetak sesaat setelah menemukan punggung seorang wanita duduk sendirian dalam sayap gereja sisi kiri. Pakaiannya sama persis dengan yang istrinya kenakan.
"Oh, God thanks." Jungkook bisa tersenyum lega. Ia menghampiri dengan mengatur langkahnya, mengambil tempat kosong. Rosie merasa jarak tempat duduknya menjadi tidak bebas. Ia ingin pergi karena sudah selesai dengan segala keluh kesah, harapan dan doanya. Terkejut saat menoleh dan mendapati seseorang yang tersenyum dengan kedua sudut-sudut mata merah, seperti sehabis menangis. Jungkook membersihkan sisa air di wajah Rosie dengan jari-jari tangan. "Jangan tertekan, jangan menangis."
"Aku tidak tahu, banyak yang ku pikirkan dan aku pikir kau sudah tidak ingin menemuiku lagi." Sungut Rosie memeluk Jungkook. Tidak ingin kehilangan pria itu. Ia merasa aman sekarang, memerlukan kehadiran suaminya di masa sulit seperti ini.
"Karena aku tidak mencegahmu pergi dengan serius ya. Maaf sayang." Jungkook mengambil ponsel dari saku celana dan menunjukkan pada Rosie agar tertarik dan berhenti memikirkan masalah yang terjadi. Wanita itu melirik sebentar karena bingung.
Sebuah cuplikan video dengan durasi tidak sampai satu menit menampilkan tiga orang pria berpakaian formal, kilatan cahaya-cahaya juga suara kamera menganggu indera dengar dengan beberapa lembar kertas tertulis dipegang oleh seseorang yang Rosie ketahui itu adalah teman Jungkook semasa kuliah sekaligus pengacara dan selalu membantu setiap urusan suaminya.
"Sebenarnya dari pihak pak Jeon Jungkook dan Bu Jeon Roseanne berhak untuk tidak menanggapi pemberitaan. Tetapi ini murni keinginan mereka sebagai bentuk mengormati dan melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerugian di masa sekarang dan masa yang akan datang bagi semua pihak yang terlibat.
Keduanya sedang menikmati menjadi calon orang tua. Tidak benar jika semua hal negatif yang ramai di beritakan. Baik, saya selaku pengacara dari pihak pak Jeon Jungkook sudah cukup jelas memaparkan. Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Test ⌛ Rosékook [END]
Fanfic[M] [C O M P L E T E D] "In a world of endless questions, love is the only answer." Perselingkuhan dan Teror yang terjadi dalam satu waktu membuat runyam. Siapa sebenarnya yang menuliskan pesan rahasia "seratus delapan puluh tiga" hari? ____________...