Tersisa dua langkah menuju ruangannya, biasanya hanya membawa satu tas kerja. Hari ini bertambah satu lagi yaitu tas bekal. Yugyeom masuk satu menit setelah mendapat telepon dari pihak keamanan yang bertugas jika Jungkook sudah datang, "saya pikir Anda tidak ke kantor pak."
Bambam muncul dengan langkah panjang-panjang setelah Yugyeom. "Katanya Anda tidak pergi ke kantor pak?"
"Jangan memberiku dua pertanyaan yang sama, aku ditendang pergi dari rumah." Sahut Jungkook datar sambil menaruh tas bekalnya berhati-hati.
Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, memperhatikan dua pria yang berdiri di depan mejanya. Lalu tersenyum, wajahnya lebih berseri dari kemarin-kemarin. "Aku perlu Yugyeom disini. Untuk Bambam: tolong kau temani ibuku dan Rosie pergi mengurus dan menyiapkan pesta di rumah baru."
"Saya pak? pesta...dadakan sekali."
Yugyeom menerima tas berisi laptop yang Jungkook serahkan padanya, kemudian menaruh di atas meja tamu. "Permintaan dari ibuku."
"Baik pak. Saya mengerti." Bambam menggerutu pelan terdengar seperti kalimat-kalimat doa. Tidak ada yang bisa mendengar kecuali telinganya sendiri. Benaknya dipenuhi dengan bayangan kekacauan tentang perdebatan menantu-mertua yang sangat rumit. Bukan sesuatu yang baru jika dirinya dan Yugyeom mengetahui ketidak-akuran kedua wanita itu.
Tragis sekali nasibku....
Pintu ruangan tertutup kembali setelah Bambam pergi. Yugyeom melirik tas bekal Jungkook, ia mengikuti perpindahan tubuh pria itu dari kursi ke sofa. "Tidak biasanya Anda membawa bekal."
"Seharusnya tidak membawa, karena tidak berencana pergi ke kantor. Ibu mampir ke rumah, saat kami baru keluar kamar. 'Kenapa kau tidak pergi ke kantor Jeon Jungkook?' aku bingung memberikan alasan apa. Ditambah istriku lagi-lagi salah paham karena mengira aku sengaja meminta ibu ke rumah dan tidak memberitahukan padanya rencana perayaan pesta di rumah kami. Padahal, aku sendiri tidak mengetahui apa-apa."
Yugyeom mengangguk-anggukan kepala, mendengarkan semuanya. Tangannya dengan sopan mengulurkan flashdisk, "Nyonya Hana tidak bertanya kenapa banyak pengawal di rumah Anda?"
"Bertanya—sudah ku berikan alasan logis seadanya."
"Beliau tidak curiga?"
"Tidak. Akan ku periksa pekerjaanmu. Jika ada yang harus kau kerjakan, aku akan memintamu kemari." Titah Jungkook yang diangguki oleh Yugyeom.
Dua menit setelah asisten pribadinya pergi, barulah Jungkook mengingat sesuatu yang penting. "Aku belum membelikan ponsel baru untuk Rosie. Bagaimana nanti menghubunginya. Melalui ibu. Nanti akan membuatnya bertanya-tanya. Bambam juga sama saja. Jika ibu bertanya padanya, anak itu tidak pernah bisa berbohong."
❄️❄️❄️
Jika sedang dalam kondisi prima dan bertenaga, kegiatan ini akan sangat menyiksa dan tidak menyenangkan baginya. Tetapi kondisi itu tidak memihaknya hari ini. Sehingga tampak seperti se-ekor domba yang digiring kemanapun oleh pengembala.Melaksanakan semuanya dengan pasrah. Rosie terus saja sekuat tenaga menahan kantuknya, mulutnya menguap berkali-kali. Matanya berair lalu kembali normal. Tidak berselang lama terulang lagi dan lagi. Bambam menoleh sebentar tiba-tiba mengeluarkan suara seperti cegukan. Giliran Rosie yang meliriknya menahan tawa. "Aku mengantuk sekali."
"Anda kurang tidur bu?"
"Iya, aku bangun pagi sekali. Sekarang ingin istirahat. Tapi dilihat-lihat sepertinya sulit."
"Bisa nyonya Jeon. Bu Hana tidak mungkin sampai malam di rumah Anda. Beliau tidak menyukai bepergian di malam hari. Oh, iya tujuan selanjutnya kita pergi kemana bu?"
"Tanyakan pada ibu mertua saja. Aku sama sekali tidak mengetahui apapun sepertimu."
"Rosieeeee, kemari sebentar." Hana memanggilnya dengan seseorang bisa jadi pemilik toko atau salah satu manajernya sambil melambaikan tangan dengan senyuman yang dibuat-buat seolah-olah mereka sangatlah dekat. "Aku tidak ingin menjadi bosan sendirian, kau ikut saja kesana."
❄️❄️❄️
Menggunakan jasa yang menyediakan satu paket untuk semua urusan, ini lebih efektif dan lebih mudah dikarenakan acaranya berlangsung besok. Tidak sulit untuk Rosie menemukan jasa terpercaya dengan pelayanan yang bagus, ia memiliki beberapa kenalan untuk urusan ini.
Tetapi, sayang sekali ibu mertuanya tidak suka dengan idenya dan menolak dengan halus, lebih menyukai jika diurus semuanya sendiri.
Termasuk membuatnya menjadi lelah dan sibuk sampai harus dibantu oleh Bambam dan semua pengawal turun tangan, menata bunga sesuai dengan tempat-tempat agar terlihat cantik, menata buah-buahan di meja, merapikan dan memangkas rumput agar semua tinggi yang sama. Memungut dan membersihkan dedaunan kering, menghias taman.
Makan siang berubah menjadi makan sore. Melihat sekilas kursi kosong yang tidak disentuh sejak masakan dihidangkan, piring makannya masih ditutup. Menu makan siang yang ia buat, hanya dinikmati oleh Bambam saja. Ibu mertuanya masih menyibukkan diri dibantu dua orang pengawal yang biasanya bersama suaminya.
"Pakai saja kaus Jungkook. Kau sudah mengenakan itu hampir seharian. Apa tidak gerah." Bambam melirik pakaiannya, karena Rosie menunjuk ke tubuhnya.
Mendengar nama Jungkook, membuat nasi tertahan di kerongkongan Bambam. "Jika tidak ada nyonya Hana, saya berani saja bu. Sayangnya ada beliau, takut ditanya-tanya."
Rosie memutar kedua bola matanya, jengah sekali. Sejak kemunculan ibu mertuanya pagi tadi dan semua acara yang tidak ia ketahui. Sebenarnya, siapa nyonya di rumah ini.
"Terserah kau saja, aku ingin memanggil ibu untuk makan." Rosie beranjak dari kursi, mengitari meja. Mencari-cari ibu mertuanya. Wanita itu tidak ada. Kakinya tanpa sengaja menjatuhkan ke lantai tongkat yang selalu digunakan oleh Hana. Pikiran kembali ke beberapa waktu lalu, ketika pergi ke rumah Sungjin dan mendapati Hana menggunakan kursi roda. Lalu hari ini tongkat. Tetapi dimana wanita itu?
"Kenapa tongkatnya disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Test ⌛ Rosékook [END]
Fanfic[M] [C O M P L E T E D] "In a world of endless questions, love is the only answer." Perselingkuhan dan Teror yang terjadi dalam satu waktu membuat runyam. Siapa sebenarnya yang menuliskan pesan rahasia "seratus delapan puluh tiga" hari? ____________...