01. Flashback

26K 1.4K 127
                                    

"Percaya nggak percaya, hubungan persahabatan itu jauh lebih rumit dibanding pacaran."

***

21 maret 2018.

"Maksud lo apa, Nad? Maksud lo apa, bilang kalo lo nggak akan kenal gue lagi!?Jawab gue Nadia!" geram Resti sambil menatap Nadia, sahabatnya dari kecil.

Nadia baru saja mengatakan, jika dia ingin memutuskan tali persahabatan dengan dirinya.

Kini ke-4 remaja itu sedang berada di sebuah gudang, entah itu gudang apa. Salah satu remaja itu diikat di kursi, tali berwarna coklat itu melilit kaki telanjangnya karena ia memakai rok selutut.

Tali itu juga melingkari pinggang rampingnya,hanya tangannya saja yang tak diikat. Akan tetapi, gadis itu tidak mampu bergerak karena kuatnya ikatan tali di tubuhnya.

Air mata kini sudah menumpuk di pelupuk matanya, siap jatuh menetes dalam sekali kedipan. "Persahabatan kita selama ini lo anggap apa? Apa yang membuat lo jadi kayak gini, Nad? Siapa yang udah mengubah lo jadi kayak gini, bilang sama gue!" pekik Resti sambil sesekali menghapus air matanya dengan kasar.

Nadia tetap tak bergeming, dia hanya menatap lurus ke depan.

Tidak mempedulikan tubuhnya yang digoncang-goncangkan sahabatnya itu. Ralat mantan sahabatnya!
"Kenapa lo diem aja? Gue sayang sama lo Nadia, kita tumbuh dan hidup sama-sama selama ini!"

"Kita selalu bersama kemanapun itu! Dimana ada lo, di situ ada gue! Di wc, kantin, kelas, perpus, sekolah, di rumah, tempat wisata dan lainnya, semuanya selalu bareng lo! Bahkan orang lain kalo liat lo jalan tanpa ada gue, dibilang aneh sama mereka, begitupun sebaliknya! Lo jahat, Nadia! Lo egois!" ucapnya lagi, sambil menangis.

"Lo jahat! Lo egois! Lo brengsek! Lo jah-"Omongan Resti terpotong di saat tangannya yang sedang memukul-mukul tangan nadia, ditahan oleh sang empunya.

"Iya gue jahat! Gue egois! Gue brengsek! Lo boleh benci gue. Re dimata gue persahabatan kita itu nggak ada artinya! Lo pikir selama ini gue seneng sahabatan sama lo? Enggak." Nadia menggeleng sekilas.

"Enggak sama sekali! Temenan sama lo itu beban! Kalo bukan karena orang tua lo yang maksa gue buat temenan sama lo, gue nggak akan mau temenan sama lo. Dari TK, SD, bahkan SMP! Gue selalu menahan buat nggak nampar muka lo yang sok lugu itu! Lo ngerebut semua kebahagiaan gue Re, lo yang jahat!"ucap Nadia dengan tidak memandang wajah lawan bicaranya.

Resti menggelengkan kepalanya tak mengerti dan tidak percaya dengan apa yang Nadia ucapkan.

"Maksud lo? beban? Nggak ada arti? Semua yang gue punya udah gue kasih ke lo Nad. Barang, kamar, tempat tidur, uang jajan bahkan kasih sayang orang tua gue. Gue bagi sama lo, dan lo bilang itu semua nggak ada artinya? Selama ini lo tinggal di mana?"

"Kalo bukan karena gue, lo mungkin udah jadi gelandangan di luar sana Nadia! Seharusnya gue yang bilang, Lo ngerebut semua kebahagiaan gue."

"Orang tua gue selalu ada di pihak lo, apapun keadaanya mereka bakal percaya sama lo, bukan gue yang anak kandungnya sendiri! Lo tahu diri, Nadia! Orang tua lo ada di balik jeruji besi sejak lo umur 5 tahun sampai lo sampe sebesar ini, kalo bukan karena gue lo nggak bisa berdiri di depan gue kayak sekarang!" teriak Resti kesal, emosinya sudah terpancing oleh kata-kata sahabatnya, yang mengatakan bahwa persahabatan ini tidak ada artinya.

RESTI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang