Saat keluar dari lift,Bisma dan Resti bertemu dengan wanita paruh baya. Sedari tadi berdiri di sana dengan menekan-nekan pin, tetapi pintunya tak kunjung terbuka. Mereka pun segera menghampiri. "Siapa?"tanyaResti.
"Astagfirullahhalazim."Wanita itu terkejut sambil memegang dadanya.
"Mama!" pekik Resti, setelah melihat penuh wanita yang membelakanginya tadi.
"Re, astagaa kamu ini, bikin Mamajantungan. Eh?Ini siapa, si handsome."Fevi,MamaResti mencolek dagu Bisma.
Bisma tersenyum canggung,tak tahu harus apa.
"Ck! Ma," desah Resti. Mamanya ini seringnya berlebihan. "Bis kenalin, ini Mama.Ma, ini Bisma, temen aku sekaligus tetangga di sebelah."Resti memperkenalkan keduanya.
"Bisma, Tante."Bisma menyalim Fevi, dan wanita itu tersenyum. "Panggil,Mama aja,"ucapnya.
Resti terbelalak. "Apaansih, Tante aja.Nggak usah Mama-mama!"
"Apa sih kamu, orang Mama yang mau dipanggil kok kamu yang sewot."
Bisma mengulum senyumnya ketika melihat interaksi Resti dengan sang Mama, mereka terlihat seperti seorang Kakak-adik yang tak ada akurnya.
"Eh,handsome.Ayo, masuk ke apartemen Resti dulu, nanti kamu pulangnya 'kan deket, hehe.Nanti Mama masakin, masakan yang enak."Saat Fevi akan masuk, ia lupa pintunya terkunci."Ini loh,Re.Pintu kamu kok diem aja! Lagian, pinnya berapa sih?Mamanya sendiri aja nggaktahu."
Resti memutar kedua bola matanya malas, ia menekankanpinnya dan mempersilahkan Mamanya untuk masuk duluan.
Resti menutup pintu apartemennya saat Mamanya dan Bisma sudah masuk, tetapi saat ia berbalik ia terkejut karena Bisma tepat berada di belakangnya bahkan dahinya menabrak dada Bisma.
Resti memukul dada Bisma pelan pertanda menyuruh Bisma untuk bergeser.
Bukannya bergeser Bisma malah memiringkan badannya mempersilahkan Resti jalan di depannya. Saat Resti berjalan di depannya, ia mengekor di belakang."Gue kira Kakak lo, tapi boleh jugaMama lo, cantik," bisiknya di telingaResti.
Resti segera membalikkan badannya dan memelototkan matanya kearah Bisma."Stress!"Bisma tertawa mendengarnya.
"Ayo,my honeyhandsome, ayo duduk.Biar Mama masak dulu, pasti laper,'kan? Re, kamu bantuin Mama."Fevi menaruh barang belanjaannya di dapur, seperti apartemen Bisma.Ruang tamu dan dapur hanya dipisahkan rak-rak hiasan saja.
Resti berjalan malas ke arah dapur."Mama, ngapain sih kesini? Udah gitu nggak bilang-bilang lagi."
"Heh, kamu tuh.Mamanya kesini bukannya disambut hangat."Fevi memberikan bawang merah kepada Resti. "Nih, iris-iris!"
Resti menerimanya dan segera memotong bawang itu.
"Pacar kamu ganteng banget,Re,"kataFevi sambil membasuh beberapa sayuran.
Resti melihat kearah Bisma yang sedang duduk di sofa ruang tamu, terlihat ia sedang memainkan ponselnya di sana.
"Dia bukan pacar aku,Ma."Resti berkatadengan pelan.
"Loh, kok nada kamu kayak sedih gitu?"
"Enggak, siapa yang sedih?"
"Kamu sedih, ya? Dia bukan pacar kamu, apa dia udah ada pacar?"
Air mata Resti jatuh tanpa aba-aba. "Loh, kok nangis sih? Sedih banget emang?" Fevi memandang putrinya sendu.
"Apasih,Mah! Aku sedih lagi ngiris bawang,"ucapnya sambil terisak.
"Halah, setengah sedih karena bawang, setengah sedih karena Bismanggak bisa jadi pacar kamu,'kan?"ejekMamaResti.
Resti hanya diam tidak menjawab, ia kembali terisak."Hiks ... hiks, emang iya? Gue sedih gara-gara Bismanggak bisa jadi pacar gue? Hiks ... hiks."Resti berkata dengan terisak dan mengiris-iris bawangnya.
Fevi tertawa tertahan melihat anaknya yang berkata seperti itu, ia tidak sadar bahwa Bisma sudah berada di sana sedari tadi memperhatikan Resti mengiris bawang.
"Apasih,Ma.Jangan ketawa! Aku liat postingan Bisma di Instagram, dia bawain tas pacarnya," adunya lagi.
"Re, angkat kepala kamu,tuh."Fevi terus menahan tawanya.
"Kenap-"Resti terkejut,Bisma sudah di depannya dengan senyum miring.
"Lo nangisin gue?"tanyaBisma sambil terkekeh.
"Ap-ap ... engg-ngga, gue nangis lagi ngiris bawang!"katanya gelagapan.
"Lo stalking instagram gue? Kenapa nggak lo follback?"kataBisma, sebab ia sudah mem-followRestitetapi tak di-follback sampai saat ini.
"Siapa yang stalk? Lah,geer."
"Apasih,Ma.Jangan ketawa! Aku liat postingan Bisma di Instagram, dia bawain tas pacarnya."Bisma menggodanya, ia mengikuti kata-kata yang diucapkan Resti tadi.
"Apaansih, itu tadi nggak sengaja ngomongnya tahu!"kesalResti.
"Emang iya? Gue sedih gara-gara Bismanggak bisa jadi pacar gue? Hiks ... hikss."Lagi-lagi Bisma menirukan ucapan Resti tadi.
"Kok lo nyebelin sih, Bis!!"Resti geram, ia menaruh pisaunya dan mendekati Bisma, tetapiBisma langsung berlari menghindari Resti.
"Sini lo!!"Resti terus mengejar Bisma di ruang tamunya.
Sehingga terjad lah kejar-kejaran di ruang tamu apartemen Resti.
"Diem nggak!! Capek gue."Resti duduk di sofa, ia lelah karena dari tadi Bisma tidak bisa ia tangkap.
Bisma tersenyum kecil, ia duduk di pinggir Resti."Tante,Resti boleh aku bawa pergi bentar nggak?"tanyanya kepada Fevi.
Fevi yang sedang menumis masakannya menengok."Iya, boleh sana, pulang langsung makan."
"Oke,Tante!"
"Mama!" KoreksiFevi.
"Hehe, iya Mah."Bisma segera menarik Resti keluar apartemen, dan Fevi tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat putrinya kembali tersenyum. Selama beberapa tahun terakhir ini ia jarang sekali melihat anaknya tersenyum apalagi tertawa.
***
Resti berdiri di pagar pembatas rooftop. Bisma membawanya ke rooftop apartemen ini, entah bagaimana Bisma bisa mengetahui disini ada rooftop.
"Wah, bagus banget Bis, mataharinya!!"Resti menunjuk matahari di ujung sana yang hampir tenggelam karena hari sudah mulai petang.
"Fotoin gue Bis, cepet-cepet!"Bisma segera mengeluarkan ponselnya.
"Cepet Bis, nanti mataharinya keburu ilang."
Bisma terkekeh."Lo emang hobi foto dari dulu, ya?"Setelah selesai memotret Resti dengan sang senja, Bisma tersenyum seketika.
"Nih, bagus kok.Nanti gue kirim,"ucapnya lagi, ia memperlihatkan layar handphonenya kepada Resti.
Resti mengangguk dan kembali melihat matahari terbenam. "Ah!Bagus banget tempatnya. Lo kenapa nggak dari dulu ngajakin gue kesini sih, Bis?"
"Nanti bakal sering ke sini,"katanya juga ikut melihat matahari. "Lo bakal nemenin nggak?"
"Iya."
"Yeey!Gue mau tiap sore kesini! Bagus banget pemandangannya."
Bisma lagi-lagi terkekeh,dia tersenyum simpul."Cie,cerewet.Resti dinginnya ilang tuh."Bisma mencolek pipi chubby Resti.
"Bodo! Ih!Tuh 'kan pipi terus yang jadi sasaran! Males."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTI
Teen Fiction[REVISI] #1 Pengkhianat 11/10/2020 #1 Sosiopat 24/11/2020 #1 Dendam 04/10/2020 #1 Kesal 04/10/2020 #1 Emosi 04/10/2020 #1 Pengecut 24/11/2020 #2 Watty2020 22/12/2020 #25 Kejam 28/10/2020 #49 Psikopat 23/11/2020 #14 Persahabatan 26/11/2020 #49 Baper...