13. Mulai Melupakan Dendam Karena Dia

11.3K 773 12
                                    

"Lo maafin gue kan Bis?"tanya Resti setelah Alan dan Satria keluar dari ruangan itu.

"Kenapa gue harus maafin lo?"

"Ya biar kita bisa temenan lagi. Gue bakal lupain dendam gue, gue paham Bis apa maksud lo"

Bisma ikut duduk di sofa dengan menyamping menghadap Resti.

"Jadi kita temenan, nih? Katanya nggak mau temenan sama gue?"goda Bisma, sifatnya sudah kembali.

Resti tersenyum bahagia akhirnya Bisma memaafkannya.

"Temen kan?"ulang Bisma.

Resti mengangguk"Di luar sekolah"ucapnya.

"Katanya temen, kalo temen di mana dan di keadaan apapun dong"

"Bisma, gue nggak suka jadi pusat perhatian. Kalo gue temenan sama lo semua orang bakal natap gue!"geram Resti.

"Ck! Susah ya jadi orang ganteng"kata Bisma berpura-pura lelah.

"Narsis!"Resti memukul bahu Bisma dan mereka tertawa bersama.

"Dendam lo, udah lo batalin, dan sekarang gue akan bantu lo jadi orang yang suka keramaian juga buat lo berani nunjukkin sifat lo saat sama gue ini."

***

"Yuk kantin, lo bosen ya di sini terus?"tanya Bisma melihat Resti yang agak tertidur bersandar di sofa.

"Enggak, gue malah suka disini, sunyi, nggak ribut. Pikiran gue jadi tenang"Resti berdiri.

"Lo ke kantin duluan aja, selang 5 menit gue nyusul" lanjut Resti, ia tak mau banyak yang melihat dirinya karena berjalan bersama Bisma, sang most wanted boy di SMA Alexander.

Bisma menggandeng tangan Resti, Resti sudah meronta meminta di lepaskan tetapi Bisma malah semakin mempererat gandengannya.

Baru langkah pertama Resti dan Bisma berdiri di lantai kantin, semua mata sudah mengarah kepada mereka berdua.

"Ah, Bisma gue ... udah ada yang baru."

"Lah, Bisma sama Resti?"

"Dih, gatel banget tuh cewek dingin. Cuek-cuek tapi di belakang nyosor."

"Cocok deh sumpah, yang satu ganteng yang satu cantik. Huwaa!Couple goals banget."

Mulut murid di SMA Alexander sudah berkoar berkomentar melihat kedatangan Bisma dan Resti.

Alan dan Satria yang sedang duduk di kantin langsung berdiri menghampiri mereka.

"Eh, minggir-minggir. Mulutnya juga dipinggirin dulu biar nggak jontor! Ngoceh mulu, heran!"Alan berjalan di depan Resti dan Bisma, mengusir kerumunan orang-orang seperti artis yang di lindungi para asistennya saja.

"Eits, tangan lo jangan nyentuh Kakak ipar gue."Tepis Satria ketika melihat cewek yang hendak menjambak rambut Resti.

"Minggir ya minggir. Bos sama Kakak ipar gue mau lewat!" seru Satria berlebihan.

"Nad, mantan sahabat lo kok deket sama Ayang gue sih?" kesal Amel, ia menyeruput minumannya dengan jengkel.

"Ya, lo kan tahu dia itu perebut kebahagiaan orang, perebut segalanya"jawab Nadia sambil melihat kearah meja Bisma dan Resti.

"Eh Nad,tapi kok Resti mau masuk kelompok kita ya? Dia juga di labrak sama kak Nara diem aja, sifatnya yang kayak psychopat ilang gitu" jelas Amel.

Nadia menatap ke arah Amel. "Mungkin dia takut kali sama kak Nara, dia mau masuk kelompok kita biar mudah jalanin cara dia buat bales dendam ke gue" Nadia menggigit potongan baksonya tak terlalu memikirkan tentang itu.

Amel menggeser gelas minumannya, ia mendekatkan wajahnya kearah Nadia"Lo nggak takut Nad?"tanyanya khawatir.

"Nggak ada alesan buat takut sama dia."

"Kalo dia bunuh lo make pisau itu gimana?"

"Bunuh balik."

"Ya kan lo udah mati duluan."

"Ck! Kenapa bahas itu sih? Udah ah, gue nyariin Defrans aja, males gue sama lo"Nadia berdiri, akan mencari Defrans karena di kelasnya tadi tidak ada, ditelfon tidak diangkat dan di-chat pun tidak dibalas.

"Yeh, Nadia!"Amel ikut berdiri dan mengikuti Nadia.

***

Kringgg..
Jam waktu pulang sudah berbunyi, semua murid sudah banyak yang meninggalkan sekolah.

Resti menerima helm dari Bisma, dan memakainya kemudian naik ke atas motor lelaki itu.

Motor ninja merah itupun melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

"Re, mulai sekarang lo berangkat dan pulang bareng gue"kata Bisma memecahkan keheningan di motor.

"Enggak, nggak usah. Gue kan biasa bawa mobil"kata Resti sedikit agak berteriak.

Bisma memelankan laju motornya agar suara mereka terdengar "Mulai besok nggak usah bawa mobil"kata Bisma.

"Nggak mau ah, naik motor panas, haha."Resti tertawa bercanda.

Ia hanya mencari alasan agar sekolahnya tidak berangkat bersama Bisma, bisa mati dia. Hari ini saja ke kantin bersama, sudah banyak yang memperhatikan apa lagi berangkat bersama.

Untung saja hari ini mereka pulang agak telat, jadi sekolah sudah agak sepi karena Bisma meminta agar Resti menunggunya menyelesaikan tugas OSIS dahulu.

"Bis, lo kan udah kelas 12. Kenapa masih jadi Ketos, lo nggak ribet?"

"Biasa aja."

Resti manggut"Lo kenapa dah, nggak mau terima Nara?"tanya Resti tidak memakai embel-embel Kakak.

Bisma mengerutkan keningnya, perasaan mereka tadi sedang membahas Bisma, mengapa jadi ke Nara?
"Lo kenapa nanya gitu?"

"Nanya aja, padahal kan Nara itu cantik"tanyanya lagi.

"Gue nggak suka dia"

***

"Gue manggil lo bertiga Kakak aja ya? Lo pada 'kan Kakak kelas gue, sorry kalo kemaren-kemaren manggil nama. Gue nggak tahu kalo kalian Kakak kelas gue"kata Resti, ia menaruh minuman dan beberapa makanan di meja ruang tamu.

Mereka sedang berada di apartemen Resti, kata Alan bosan jika berterusan di apartemen Bisma. Tadinya mereka ingin keluar, untuk sekedar melihat-lihat di mall. Tapi hujan.

"Nggak usah Re. Panggil nama aja biar akrab, lagian lo Kakak ipar kita, masa lo manggil kita Kakak juga" Alan mengambil minuman yang disediakan Resti, dan meminumnya.

"Yap! Manggil nama lebih baik. Tapi kalo lo mau manggil Bos, Sayang atau Papi boleh banget!" sahut Satria.

"Mau lo!" kata Bisma sembari menyentil dahi Satria.

"Ya emang mau gue! Lo Papi, RestiMami, cocok nggak Lan?"

"Cocok bangettt!"

Bisma mendengus dan Resti tertawa. Mereka ini selalu saja membuat lelucon receh dan anehnya Resti malah tertawa.

"Kalian asik"kata Resti tiba-tiba.

"Ha?"tanya ketiga laki-laki itu kompak.

"Kalian bikin mood gue balik lagi apapun cara kalian. Gue seneng temenan sama kalian, gue harap kalian nggak ninggalin gue"lirih Resti.

"Iyalah, pasti! Kita bertiga, eh jadi empat karena lo udah gabung. Kita akan selalu menghibur dan selalu ada buat lo"Alan hendak merengkuh Resti tetapi langsung ditepis kasar oleh Bisma.

"Uuuu, posesif"kata Alan dan Satria.

"Modus lo! Ngomong nggak perlu meluk-meluk"kata Bisma.

"Ck! Cemburuan."

Resti bahagia, akhirnya kebahagiaan yang hilang beberapa tahun ini tergantikan juga dengan kehadiran tiga laki-laki di depannya.

RESTI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang