Bisma dan Resti sedang berada di mobil sekarang, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Resti ingin bertanya mengenai Iren tetapi ia tak enak hati, takut dibilang tak sopan. Bisma juga hanya diam saja entah sedang memikirkan apa.
Bisma menghentikan mobilnya di pinggir Abang yang berjualan nasi goreng.
Resti menatap Bisma, ngapain ke tempat nasi goreng?
"Lo mau makan lagi?"tanya Resti sambil melirik gerobak nasi goreng itu.
"Masih laper?"tanya Bisma balik.
"Eng-enggak,"jawabResti menggelengkan kepalanya.
"Gue kira lo masih laper, soalnya tadi lo belum selesai makan. Sorry."
"It's Okay, no problem, lagian gue juga udah kenyang."
Bisma mengangguk, kemudian ia kembali mengendarai mobilnya menuju apartemen.
"Lo liat?" tanya Bisma melirik Resti. Bisma bertanya perihal sikap Iren.
Resti mengangguk,"Kenapa?"tanyanya.
"Lo tahu alesan gue tinggal di apartemen padahal rumah gue deketan?"
Resti menggeleng "Kenapa?"tanyanya lagi.
"Lo bisa liat sendiri nyokap gue tadi gimana, karena keegoisan gue, karena kecerobohan gue, karena ulah gue Mama jadi gitu."Bisma menjeda ucapannya sebentar dengan menampilkan mimik yang benar-benar menyesal.
"Gue nggak mau tinggal di rumah karena sakit liat Mama, gue nggak kuat liat Mama yang halu seolah abang gue masih hidup. Ini semua itu gara-gara gue! Karena kesalahan gue mama jadi gini. Bahkan papa ikut ninggalin Mama."
"Dia cuma kirim-kirim dan kirim uang! Tinggal di luar rumah dengan alesan pekerjaan kantor. Mama gue menderita gara-gara gue!! Cuman karena gue cemburu sama abang gue, gue malah naruh racun di minumannya, emang tolol!"Bisma memukul-mukul stir mobilnya, kembali menyesal dengan perbuatannya dulu.
Resti menahan tangan Bisma agar tidak terus memukul-mukul stir mobil. "Bisma kontrol emosi lo! Lo nggak boleh gini, kita bisa celaka!"
Kini Resti mengerti mengapa Bisma membawanya ke rumahnya.
"Lo ngerti 'kan?"tanyabBisma, mobilnya berhenti di pinggir jalan. Resti hanya diam, dia ikut rapuh melihat Bisma seperti ini.
"Nyesel itu nggak ada arti Re. Nggak ada hal lain yang bisa lo lakuin selain nyesel dan bingung mau lakuin apa buat nebus kesalahan lo."
Resti menundukkan kepalanya,"Tetapi masalah kita beda."
"Lo masih nggak ngerti sama semua ini? Lo masih mau lanjutin dendam lo? Gue cuman nggak mau lo ngerasain hal yang sama kayak gue Re! Dendam itu nggak guna, mending lo buang jauh-jauh niat busuk lo itu! Kalo masih bisa di bicarain baik-baik, kenapa enggak? Lo udah dewasa Re, bukan anak kecil lagi!"bentak Bisma.
Resti terkejut melihat Bisma yang sedang emosi, nyalinya seketika hilang, Bisma yang ia tahu beda jauh dengan Bisma yang ada di depannya sekarang.
Wajahnya sangat seram, Resti terus menunduk dan menangis, ia takut melihat Bisma seperti ini.
"Nggak guna lo nangis! Lo mesti mikir! Lo udah gue kasih gambaran sama apa yang bakal terjadi di masa depan lo, kalo lo masih lanjutin dendam itu,"ucap Bisma lagi, kini dengan nada yang tidak membentak.
"Tapi gue sakit Bis, Defrans itu cinta pertama gue bahkan saat ini gue masih naruh harapan sama dia, asal lo tahu!"
"Re! Kalo lo masih naruh harapan, lo tunjukin, lo berusaha jadi yang terbaik di depan Defrans, bukan bales dendam kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTI
Teen Fiction[REVISI] #1 Pengkhianat 11/10/2020 #1 Sosiopat 24/11/2020 #1 Dendam 04/10/2020 #1 Kesal 04/10/2020 #1 Emosi 04/10/2020 #1 Pengecut 24/11/2020 #2 Watty2020 22/12/2020 #25 Kejam 28/10/2020 #49 Psikopat 23/11/2020 #14 Persahabatan 26/11/2020 #49 Baper...