03. Cowok Baik?

19.5K 1.2K 38
                                    

"Beberapa orang yang paling beracun di dunia datang menyamar sebagai teman dan keluarga."

****

"Wih beneran imut Sat!" teriak Alan kepada Satria.

"Jangan panggil gue Sat bisa nggak? Lo pikir gue bangsat?"kesal Satria sambil menoyor kepala Alan.

"Yaudah Tri."

"Tri-tri, gue bukan anak ketiga, gue juga bukan ikan teri. Enggak! gak suka gue."

"Iya Ria"putus Alan.

Satria yang mendengarnya langsung membelalakkan matanya"Gue bukan cewe bangsat!"

Alan terkekeh geli"Terima aja, nama lo emang jelek"

"Eh, cantik namanya siapa?"Alan bertanya kearah Resti dengan senyuman manis.

Resti menunjukkan wajah datar, dingin dan tidak menjawab pertanyaan Alan.

Sorot matanya tajam, bibirnya pucat, pandangannya lurus kedepan. Alan bergidik melihatnya, gadis ini memang cantik tetapi auranya sangat seram.

"Busetdah! Serem amat" bisik Alan. Satria langsung menoyor lagi kepala Alan dengan keras, omongan pemuda itu tak pernah bisa dijaga.

Bagaimana jika Resti nanti sakit hati?

Suara pintu terdengar, di sana berdiri Bisma sambil menenteng plastik indomart. Bisma meletakkan barang belanjaannya di sofa yang Resti duduki.

Resti menatap heran kresek itu, maksudnya apa? Ia lalu memandang Bisma yang duduk di sampingnya.

Laki-laki itu sedang sibuk memainkan handphone, merasa ada yang memperhatikannya, Bisma menoleh kearah Resti dengan alis terangkat.

Namun, Resti tidak memberi respon.

Bisma bangun menarik kerah baju Satria dan Alan yang hendak menyalakan televisi.

Bisma menarik keduanya menuju pintu keluar.

"Eh? Apa nih Bos narik-narik, gue mau tiduran elah?"tanya Satria.

"Keluar!"perintah Bisma.

"Parah nih Bos, mau macem-macem di ruang OSIS nggak elit banget"ceplos Alan yang langsung terkena pukulan Bisma di kepalanya.

"Nggak usah bacot! Sana keluar!"

"Oke-oke, kita keluar hati-hati bos. Habis ke indomart tadi beli sutra kan Bos?"sahut Satria mengompori.

"Awas bocor Bos bisa bahaya"kata Alan lagi.

Bisma menendang pantat Alan dan Satria bergantian hingga mereka terpental keluar.

Bisma langsung menutup pintu itu, tidak mempedulikan kata-kata Alan"Lagi dateng bulan Bos, belum bisa kalo hari ini."

"Ganti aja di wc" kata Bisma, sambil duduk di kursi khusus tempat ketua OSIS mengerjakan pekerjaannya.

Resti menunduk menyembunyikan rasa malunya, kini sifat dinginnya hilang entah ke mana.

Lelaki yang tidak dia kenal, membelikan segala keperluan mendadaknya.

"Kenapa?"

Resti hanya menatap mata Bisma tanpa bicara, berharap dia mengerti dengan tatapannya.

Bisma mengerutkan keningnya bingung.

"Anu ... sttttt"Resti memegangi perutnya yang sakit, Padahal tadi sedikit berkurang.

"Ada kiranti juga di kresek, lo bisa minum itu" ucap Bisma memberi tahu.

Resti semakin malu di buatnya."Lo ngerti tentang beginian?"Sebenarnya Resti heran, mengapa Bisma tahu bahwa ia sedang datang bulan.

Ia tidak bertanya tetapi tiba-tiba sudah dibelikan pembalut saja.

"Gue nanya kasir, udah sana! Gue juga udah beli bubur ayam, tinggal lo makan. Habis makan lo tidur aja di kasur itu."

Resti awalnya kagum kepada laki-laki di depannya ini. Namun, dia harus tetap teguh pada prinsipnya bahwa dia tidak akan percaya pada siapa pun, terlebih pada lelaki!

"Bisma ...."

Bisma memutar kursinya hingga menghadap Resti.

Tidak tahu mengapa, hatinya sedikit bereaksi aneh saat Resti memanggilnya dengan nama. Mungkin karena baru kenal, tapi ... ah, sudahlah!

"Kenapa? Bilang aja?"

"Gue tembus, dan kena sofa"Resti mengucapkannya dengan pelan.

"Udah nggak apa-apa, tadi di UKS juga tembus. Tapi udah di bantu temen gue buat beresin, lo urusin aja diri lo. Ini biar gue yang ngurus," kata Bisma.

Resti melotot tak percaya. Jadi sedari tadi dia bocor? Lalu saat di koridor tadi, dia berjalan dengan percaya dirinya? Untung saja koridor tak terlalu ramai.

Tunggu! Apa mungkin, saat mereka di koridor, Bisma berpindah ke belakang dengan tujuan menutupi? Karena jika Bisma membawa jaket mungkin akan diberikan kepada Resti untuk menutupinya, seperti di novel-novel yang ia baca.

Resti langsung menggelengkan kepalanya dan mengetuknya beberapakali, apa yang sedang ia pikirkan? Dia tidak akan memikirkan hal lain, selain balas dendam.

"Kepala lo sakit juga?"

"Enggak"Resti segera berlari menuju kamar mandi.

"Lo mau kemana?"

Resti menghentikan langkahnya dan menoleh "Kamar mandi lah."

"Bukan di situ, disana" tunjuk Bisma menunjukkan tempat yang berlawanan arah dari Resti berdiri sekarang.

Resti merutuki dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia terlihat seperti orang bodoh di depan laki-laki itu.

Bisma terkekeh "Lucu" gumamnya.

Setelah beberapa menit ....

"Nih, ganti rok lo"Bisma menyodorkan rok ketika Resti baru keluar dari kamar mandi.

"Tenang aja baru gue beli di koperasi, bukan bekas" canda bisma.

RESTI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang