07. Pengkhianat dan Pecundang

15.6K 875 6
                                    

"Aku benci orang bermuka dua. Sulit memutuskan muka mana yang harus kutampar terlebih dahulu"

****

Bel istirahat berbunyi, kelas menjadi sepi menyisakan Resti yang tengah berkutat dengan ponselnya.

Setelahnya dia beralih mengambil amplop putih dengan sedikit bercak merah dari dalam tasnya.

Resti berjalan kearah meja Nadia, menaruh amplop itu di sana dan mengambil baju olahraga Nadia.

Sebentar lagi akan ada pelajaran olahraga. Resti membawa baju olahraga itu ke arah tong sampah bertuliskan non organik, di dalamnya banyak sisa-sisa air minum hingga membuatnya bau.

Setelah membuang baju olahraga itu dengan santai, Resti kembali duduk di kursinya.

Tak lama kemudian Nadia beserta teman-teman yang lainya sudah kembali memasuki kelas, mereka masuk 5 menit sebelum bel berbunyi.

Niatnya untuk berganti baju, tetapi sedari tadi Nadia membolak-balikkan tasnya tetapi bajunya tidak ketemu.

"Mel, baju gue mana ya?" tanya Nadia kepada Amel, sahabatnya sekaligus teman sebangkunya.

"Mana gue tahu! Ketinggalan kali"jawab Amel sambil mengambil baju olahraga dari tasnya.

"Nggak mungkin, gue udah taruh dalem tas kok dari tadi."

"Cari laci coba,"saranAmel sembari mengaca di cermin.

Nadia menurut, lalu merogoh laci tersebut tanpa melihatnya. Tangannya terhenti ketika dia merasakan suatu benda.

"Apaan nih?" tanya Nadia, sambil membolak-balikkan amplop tersebut.

"Nadia! Ihh, apaansih. Itu dari mana? Serem banget ada merah-merahnya gitu kayak darah!"Amel bergidik melihat amplop yang Nadia pegang.

"Alay banget sih lo! Ini dari laci gue, punya siapa lagi, sok neror-neror make amplop gini. Gue tahu nih, merah-merah make lipstik emaknya"gerutuNadia.

"Woy! Yang masukin ini ke meja gue siapa?" teriak Nadia ke semua murid yang ada di kelas, tetapi semua menggeleng serentak, hanya satu yang tidak menggeleng yaitu Resti!

Nadia menatap Resti dengan tatapan nyalang dan berjalan mendekatinya.

"Ini kerjaan lo? Lo pikir ini bagus? Serem?Enggak sama sekali!" sentak Nadia,

Resti menoleh ke kanan-kiri kemudian kembali menatap Nadia"Ngomong ke gue?" tanya Resti menunjuk dirinya sendiri.

"Sama iblis! Ya sama lo!" bentak Nadia.

Resti berdecih, lihat saja mantan sahabatnya ini. Baru kemarin dia menangis-nangis dan meminta maaf. Sudah Resti duga, saat itu Nadia tidak benar-benar tulus tapi terdesak.

Resti tak menghiraukan itu ia kembali memainkan handphone-nya.

Nadia memandang kearah lain sebentar kemudian kembali menatap Resti, ia menggebrak meja Resti dengar keras sambil meletakkan amplop tersebut.

"Kalo bukan lo ya siapa lagi! Gue juga tahu baju olahraga gue ilang, pelakunya lo."

"Kenapa?"jawab Resti acuh tetap dengan nada yang dingin.

Nadia memutar bola matanya jengah. "Udahlah, permainan lo kurang cantik! mudah ditebak!"

Resti bangkit dari duduknya sambil tertawa "HAHAHA!" Dia tergelak seolah ada sesuatu yang lucu, dan dengan kilat setelahnya dia mendatarkan wajahnya.

Maju selangkah dengan tatapan terkunci pada Nadia.

Semua yang berada di kelas bergidik ngeri melihat Resti. Bagaimana tidak? Resti benar-benar dalam mode seramnya.

RESTI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang