"Yang, ayuk ke kantin!"Nadia bergelayut di lengan kokoh Defrans yang sedang bermain game di kelasnya.
Defrans menggerak-gerakan lengannya, agar Nadia menjauh darinya. "Nad, aku lagi main game," desis Defrans, karena sungguh Nadia mengganggunya.
"Yang ayuk, udah berapa hari kita nggak ke kantin bareng, nggak jalan juga. Kamu tuh, kenapa sih?"Nadia melepaskan pegangannya dan mencebik ke arah Defrans.
"Tembak! Di, tembak sini-sini, argh bego!"Defrans malah berbicara kepada Ardi dan melanjutkan game-nya.
"Defrans!"Nadia memandang marah kearah Defrans, tetapi Defrans masih tetap memainkan game-nya.
"Def!!"
"Defrans!!"Nadia merampas ponsel Defrans, ia memegangnya dengan erat, giginya bergemelatuk dan pandangannya murka.
Posisi tangan Defrans masih seperti memegang ponsel, padahal ponselnya sudah diambil alih oleh Nadia, ia terdiam sesaat.
Defrans berdiri, ikut menatap murka ke Nadia. "Nad, gue capek. Please, lo jangan mancing emosi gue"ucapnya.
"Capek kenapa sih?! Kamu ngapain aja?Udah satu minggu kita nggak jalan, kamu juga nggak mau nemenin ke kantin, terus kamu capek kenapa?!"
"Aku ada kesibukan lain Nad. Urusan aku nggak cuma kamu."Defrans masih berusaha sabar menghadapi sikap Nadia yang seperti ini.
"Yaudah, urusin aja urusan kamu yang penting itu dibanding aku! Aku bakal bilang ke pap-"
"Nad!!"Defrans merampas ponselnya kembali.
"Lo jangan seenaknya ngatur hidup gue! Lo tahu hubungan kita atas dasar apa!? Apa perlu gue kasih tahu ke satu sekolah kal-"
"Iya, iya, maaf!"jawab Nadia cepat, ia langsung memeluk Defrans erat.
"Jangan pernah bilang gitu lagi,"lirih Nadia dalam pelukan Defrans.
Defrans tidak bergerak sedikitpun, membalas pelukan Nadia pun tidak.
"Def, iya gue salah! Tapi kalo emang lo mau nyebarin, terserah sih, sebarin aja. Gue tinggal telfon papa buat-"
"Udah 2 tahun gue sabar sama sikap lo Nad! Jangansampai gue bongkar semuanya. Serah lo, telfon bokap lo sesuka yang lo mau, nggak peduli gue. Sekalipun lo nyuruh bokap lo dateng ke sini, nyawa gue nggak bakal ilang!"
"Defrans!"Nadia mencoba memperingati Defrans untuk tidak berbicara masalah itu, apa lagi ini di sekolah, dan sudah banyak yang memperhatikan mereka di kelas.
Bahkan orang-orang yang lewat di koridor pun, menghentikan langkahnya ketika mendengar gertakan Defrans.
"Lo yang mancing duluan! Hidup keluarga gue nggak cuman ada di perusahaan bokap lo. Gue capek nahan segalanya sama lo!"
Nadia membuka mulutnya sedikit, matanya berkaca-kaca. Dia tahu akan kemana arah pembicaraan Defrans, karena tak sekali dua kali mereka mengalami hal seperti ini.
"Def, gue minta maaf"lirihnya, ia mencoba menggapai tangan Defrans, tetapi Defrans menjauhkan tangannya.
"Lo semua keluar!"Defrans menyeru kepada seluruh siswa yang ada di kelas 12 IPA 1.
"Gue bilang keluar, tolol! Pergi lo!"Defrans emosi, ia menendang salah satu temannya yang duduk berjongkok, sedang asik main game.
Semua langsung keluar, dan menjauh pergi. Mereka lebih baik mencari aman dari pada ikut terkena emosi Defrans.
Nadia menangis, ia menatap Defrans memohon. "Def gue minta maaf please jangan gini."
"Kita putus!"kata Defrans to the poin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTI
Teen Fiction[REVISI] #1 Pengkhianat 11/10/2020 #1 Sosiopat 24/11/2020 #1 Dendam 04/10/2020 #1 Kesal 04/10/2020 #1 Emosi 04/10/2020 #1 Pengecut 24/11/2020 #2 Watty2020 22/12/2020 #25 Kejam 28/10/2020 #49 Psikopat 23/11/2020 #14 Persahabatan 26/11/2020 #49 Baper...