3) Makan Malam

8.5K 1.1K 328
                                    

Eunha menyalakan keran air hangat dan air dingin secara bersamaan ke dalam bath up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunha menyalakan keran air hangat dan air dingin secara bersamaan ke dalam bath up. Setelah memastikan suhu airnya pas, Eunha mematikan keran itu. Gadis itu juga menaruh sabun ke dalam bath up. Meski jarang mandi pakai bath up, Eunha tahu caranya, karena ia sering menyiapkan seperti ini untuk Lee Jieun dulu.
 
"Sudah selesai?"
 
Eunha hampir terjungkal ke belakang karena suara Jungkook yang mengagetkan. Memang laki-laki itu tidak tahu sopan santun! Kalau Eunha punya riwayat penyakit jantung, sudah pasti sudah kumat sekarang.
 
"Su–sudah, Tuan."
 
Jungkook mendekat pada Eunha. Laki-laki itu hanya terbalut handuk yang ia lingkarkan di pinggangnya, sepertinya ia sudah melepas pakaiannya saat menyuruh Eunha menyiapkan air.
 
"AKH!!" pekik Eunha saat Jungkook melepas handuknya begitu saja di depan matanya.
 
"Jangan berisik!" ucap Jungkook. Laki-laki itu dengan santai masuk ke dalam bath up, mengabaikan Eunha yang masih terkejut setelah melihat sesuatu yang merupakan barang privasi Jungkook.
 
Sumpah demi apapun, ini pertama kalinya untuk Eunha melihat barang laki-laki dewasa secara langsung. Astagah, bentuknya terekam jelas dalam ingatan Eunha dan itu membuat Eunha frustasi.
 
"Otak suciku ternodai!"
 
"Ma–maafkan saya, Tuan. Kalau begitu saya pamit keluar," ucap Eunha sembari berusaha mengontrol pikirannya yang sudah menjalar ke mana-mana.
 
"Siapa suruh kau pergi? Cepat kemari!" kata Jungkook dengan dingin.
 
Eunha yang hendak keluar terpaksa berhenti. Ia menelan salivanya lamat-lamat kemudian berbalik dan mendekati Jungkook.
 
"Aku mau keramas. Pijat kepalaku!" perintah Jungkook.
 
"Tapi,"
 
"Kau membantah?" tanya Jungkook sambil menatap Eunha dengan tajam.
 
"B‐baik."
 
Eunha mau tidak mau mengambil shampo yang terletak tidak jauh dari ia berdiri. Ia mulai melumuri rambut Jungkook dengan shampo dan memberikan sedikit pijatan di kepala laki-laki itu. Jungkook memejamkan matanya menikmati pijatan Eunha di kepalanya.
 
Eunha mati-matian berusaha fokus pada kegiatannya yang memijat kepala Jungkook. Ia berusaha keras mengabaikan barang Jungkook yang samar-samar terlihat, meski di dalam air.
 
"Astagah mataku tidak suci lagi."
 
Penderitaan Eunha rupanya tidak sampai disitu saja. Selesai dengan kepalanya, Jungkook memerintahkan Eunha untuk menggosok belakangnya. Eunha malah jadi memandikan pria tidak sopan itu.
 
"Siapa yang bayi sebenarnya, huh? Kenapa aku jadi memandikannya? Dasar laki-laki tidak tahu malu!"
 
"AAARKH!" teriak Eunha lagi ketika Jungkook bangun tiba-tiba.
 
Eunha reflek menutup mulutnya saat Jungkook menatapnya dengan tajam. "Maafkan saya!" ucapnya sambil menunduk.
 
Jungkook mendesis kemudian berjalan menuju shower dan membilas tubuhnya yang penuh sabun. Eunha hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia terlalu malu melihat tubuh polos Jungkook.
 
"Apa yang kau lihat? Sana keluar!" kata laki-laki itu pada Eunha.
 
"I–iya, saya akan keluar!" kata Eunha dan bergegas keluar dari kamar mandi.
 
"Akhirnya aku bisa bernapas dengan benar," gumam Eunha sambil menarik napas dalam-dalam. Dalam kamar mandi rasanya stok udara sangat kurang karena kelakuan Jungkook.
 
Eunha memilih keluar dari kamar ini dari pada nanti ia kembali melihat yang tidak-tidak, karena laki-laki itu selain tidak sopan juga tidak punya malu. Bangga sekali dia memperlihatkan sesuatu yang menjadi barang berharganya. Ya walaupun bentuknya tidak mengecewakan, sih.
 
"Astagah, Eunha! Apa yang kau pikirkan?!"
 
...
 
 
Eunha memutuskan untuk ke dapur dari pada ia hanya berdiri seperti orang bodoh di depan kamar itu. Di dapur ternyata sudah ramai dengan para pelayan yang menyiapkan makan malam, mereka bahkan menggunakan pakaian memasak dan memasak layaknya koki di televisi, dan itu lagi-lagi membuat Eunha takjub. Di sana juga sudah ada Bibi Kim yang memantau mereka. Eunha segera menghampiri wanita paruh baya itu.
 
"Selamat malam, Bibi Kim. Bisakah aku membantu? Aku cukup pintar memasak," kata Eunha sambil tersenyum menatap Bibi Kim.
 
"Jangan, Nyonya. Tuan Muda akan murka kalau tahu kami membiarkan Anda memasak," tolak Bibi Kim dengan halus.
 
"Tapi, Bibi Kim,"
 
"Sebaiknya Anda tidak membantu apa-apa, Nyonya. Kalau Anda memaksa saya bisa pastikan para koki di ruangan ini akan dipecat oleh Tuan Muda," jelas Bibi Kim masih dengan pembawannya yang halus dan lembut.
 
Eunha bergidik ngeri mendengar ucapan Bibi Kim. Semengerikan itukah Jeon Jungkook? Eunha jadi semakin takut pada laki-laki itu.
 
"Sebaiknya Nyonya menunggu di meja makan. Di sana sudah ada Nyonya Besar dan sepupu-sepupu Tuan Muda. Mari saya antar, Nyonya."
 
Mau tidak mau Eunha menuruti keinginan Bibi Kim. Gadis mengekori Bibi Kim menuju ruang makan. Benar kata Bibi Kim, di sana sudah berkumpul tiga orang yang merupakan anggota keluarga Jungkook, dua wanita, dan satu laki-laki. Eunha sempat melihat mereka di pesta pernikahannya tadi tapi ia tidak tahu kalau mereka adalah keluarga Jungkook.
 
"Selamat malam," sapa Eunha pada ketiganya.
 
Tiga orang itu menoleh pada Eunha, dua di antaranya memandang Eunha dengan sinis. Dari pandangan itu Eunha bisa merasakan kalau dirinya bukan hanya menderita karena Jungkook tapi juga karena keluarganya yang sepertinya tidak suka dengan Eunha.
 
"Selamat malam juga, Kakak ipar. Di mana Kak Jungkook? Dia belum turun?"
 
Eunha menoleh pada anak laki-laki yang juga menatapnya dengan tersenyum, Eunha membalas senyum anak itu, "Tu–eh maksudku, Jeon Jungkook sedang mandi. Mungkin dia akan turun sebentar lagi."
 
"Kenapa Kakak hanya berdiri di sana? Ayo gabung bersama kami. Duduk di sini!" kata anak laki-laki itu sambil menunjuk kursi di sebelahnya.
 
Eunha mengangguk sembari tersenyum, dalam hati ia bersyukur masih ada orang baik ternyata di rumah ini. Ia mengikuti keinginan anak laki-laki itu yaitu duduk ditempat kosong sebelahnya.
 
"Oh iya, namaku Soobin, Kakak ipar."
 
"Salam kenal, Soobin."
 
"Kalau ini Kak Yuna. Dan ini ibuku," ucap Soobin sambil menunjuk dua wanita yang duduk bersamanya sebelum Eunha datang.
 
Eunha menatap dua wanita itu sambil membungkuk, "Salam kenal, Ibu, Saudara ipar."
 
"Tidak usah sok akrab. Kami tidak suka padamu!" kata Ibu Yuna terang-terangan.
 
"Ya, seharusnya kau sadar diri! Kau itu tidak pantas bersanding dengan Jungkook," sambung Yuna.
 
Eunha hanya bisa menunduk sambil menarik napas mendengar celaan mereka. Tidak, Eunha tidak sedih, ia tidak sedih mendapat celaan seperti itu karena memang kenyataannya ia tidak pantas untuk Jungkook. Ia hanya sebatas pengganti, dan siap kapan saja dibuang jika Jungkook menemukan Lee Jieun.
 
"Kakak! Ibu! Kalian tidak boleh seperti itu pada Kakak Ipar. Nanti Kak Jungkook akan marah," kata Soobin memperingati Kakak dan Ibunya.
 
"Kau itu berisik sekali, Soobin. Lebih baik kau diam, dasar bocah!"
 
"Aku bukan bocah, Kak Yuna. Buktinya aku lebih tinggi dari Kak Yuna!"
 
"Aku juga tinggi!"
 
"Lebih tinggi aku!"
 
"Kenapa kalian jadi bertengkar? Sudahlah Soobin, kau tidak usah mengoceh terus. Kau juga Yuna tidak usah meladeni adikmu!"
 
"Ibu dan Kak Yuna menyebalkan!" gerutu Soobin sambil mencebik sedangkan Yuna menatap adiknya itu dengan sebal.
 
Soobin kemudian menoleh pada Eunha yang hanya jadi penonton pertengkaran mereka, "Kakak Ipar, omongan mereka jangan dimasukkan ke hati, ya? Mereka memang begitu."
 
Eunha mengangguk sambil tersenyum. Untuk apa ia repot-repot memikirkan perkataan mereka, toh dia juga tidak lama di rumah ini.
 
"Sepertinya kalian sudah akrab, ya?"
 
Suara bariton itu terdengar dari arah belakang membuat semua yang ada di sana menoleh. Jungkook datang dengan setelan pakaian tidur dan rambut setengah basah. Ia duduk di kursi yang bersebelahan dengan Yuna.
 
"Oh belum juga. Kakak ipar baru berkenalan dengan kami," kata Soobin sambil menatap kakak sepupunya itu.
 
Jungkook mengangguk, kemudian pandangannya terarah ke Eunha yang duduk di sebelah Soobin, "Kenapa kau duduk disitu? Suamimu Soobin atau aku?" tanya Jungkook dingin.
 
Eunha terkesiap, ia langsung berdiri dan berdiri dari duduknya, "Maafkan saya."
 
"Tidak usah meminta maaf dan cepat pindah ke sini!"
 
Jungkook kemudian menatap Yuna yang duduk di sebelahnya, "Dan kau Yuna, pindah dari situ!"
 
Yuna menunjukkan raut wajah kesal pada Eunha, tapi ia tetap berdiri dari duduknya. Eunha melakukan hal yang sama, gadis itu berlari kecil memutari meja makan, dan duduk di sebelah Jungkook. Sedangkan Yuna memilih duduk di sebelah Soobin.
 
Tak lama kemudian para pelayan datang membawakan berbagai macam masakan. Eunha menatap semua masakan itu dengan tatapan berbinar, beberapa kali ia menelan saliva karena ngiler melihat makanan-makanan itu. Jangan lupakan makan adalah salah satu hobinya.
 
"Aku mau nasi!" kata Jungkook.
 
Semua orang menoleh pada lelaki itu, kecuali Eunha yang masih sibuk memperhatikan jenis-jenis masakan yang mau ia rasakan nanti.
 
"Biar aku ambilkan, Kook," kata Yuna sambil mengambil mangkuk Jungkook. Ia berinisiatif mengambilkan Jungkook nasi.
 
"Tidak perlu, Itu bukan tugasmu!" sahut Jungkook membuat Yuna meringis dan melepaskan mangkuk Jungkook.
 
Jungkook terlihat kesal karena Eunha mengabaikannya, gadis itu asik sekali melihat-lihat makanan sambil menggigit sendok yang ia pegang. Jungkook langsung membanting sumpitnya hingga membuat keadaan hening seketika. Semua orang dalam ruangan itu menatap Jungkook, termasuk Eunha.
 
"Kau tidak dengar? Aku bilang aku mau nasi!" kata Jungkook sambil menatap Eunha dengan tajam.
 
"A–anu ... Maafkan saya!" ucap Eunha dengan gugup. Jantung Eunha terasa jatuh ke perut saat Jungkook menatapnya seperti itu. Bulu kuduknya bahkan berdiri dan tangannya gemetar.
 
"Kau ini bodoh, ya? Cepat ambilkan Jungkook nasi!" kata Ibu Yuna sambil menatap Eunha kesal.
 
Dengan tangan yang masih gemetar, Eunha segera meraih mangkuk Jungkook dan mengisinya dengan nasi.
 
"Hei, itu kebanyakan!" ketus Jungkook saat melihat Eunha terus mengisi mangkuknya dengan nasi.
 
"Ah, maaf!" Eunha segera mengganti mangkuk nasi yang sudah penuh itu dengan mangkuk nasi miliknya.
 
"Begini sudah cukup?" Tanya Eunha pada Jungkook sambil menunjukkan mangkuknya.
 
"Ya, cukup."
 
Eunha meletakkan mangkuk nasi itu di depan Jungkook. Setelahnya ia duduk kembali di kursinya. Eunha memilih memakan nasi yang sebelumnya ia sendokkan untuk Jungkook.
 
"Kau mau makan semua itu?" tanya Yuna sambil memperhatikan mangkuk nasi Eunha yang penuh.
 
"I–iya," jawab Eunha kikuk.
 
"Pantas saja kau gendut, porsi makanmu seperti kuli," kata Yuna sambil menatap Eunha dengan pandangan tidak suka.
 
"Padahal kau itu perempuan, seharusnya kau menjaga tubuhmu. Untuk jadi istri Jungkook kau harus punya badan seperti Yuna." sambung Ibu Yuna.
 
Lagi-lagi Eunha mendapat celaan dari dua wanita itu. Gadis itu hanya bisa menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Wanita mana yang tidak sedih jika seseorang sudah menyinggung bentuk tubuhnya? Meski makanan di sini enak-enak tapi suasananya benar-benar membuat Eunha kesal.
 
Klang!
 
Untuk kedua kalinya Jungkook membanting sumpitnya.
 
"Aku jadi tidak nafsu makan karena kalian berisik sekali," kata laki-laki itu sambil menatap Yuna dan Ibunya dengan pandangan kesal.
 
Semua orang langsung tegang ketika Jungkook berkata seperti itu. Terlebih Yuna dan ibunya. Mereka merutuki diri sendiri karena sudah menyebabkan keributan.
 
Laki-laki itu berdiri dari kursinya dan pergi dari sana tanpa menyentuh sedikitpun makanannya.
 
"Hey, Bayi Beruang! Ikut aku!" kata Jungkook sambil berjalan meninggalkan ruang makan.
 
"Tapi makanannya ...," kata Eunha sambil menatap meja makan dengan pandangan tidak rela.
 
"Kau membantah?!"
 
"Ti–tidak. Maaf."
 
Eunha langsung berdiri dan mengejar Jungkook dengan lari-lari kecil. Dalam hati Eunha rasanya mau menangis, menangisi makanan enak yang tidak jadi ia makan, padahal perut Eunha benar-benar keroncongan.
 
"Bibi Kim, bawakan makanan untuk kami ke kamarku," celetuk Jungkook saat ia melewati Bibi Kim yang berdiri tidak jauh dari meja makan.
 
"Baik, Tuan Muda."
 
Eunha merasa lega ketika Jungkook memerintah seperti itu. Artinya Eunha selamat dari kelaparan malam ini. Walaupun kejam dan menakutkan, sepertinya Jungkook masih punya sedikit hati nurani.

######

Bom update yeyyy...

Btw jungkooknya nggak ada akhlak, tiba-tiba telanjang di hadapan anak perawan... >///<

Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang