36) Terima Kasih

9.9K 1.1K 570
                                    

Pulang dari rumah sakit Eunha menjadi semakin tidak tenang. Ia takut kalau Seokjin melapor pada Jungkook dan Jungkook menemukannya. Sekarang ia harus menemui Seokjin itu, tapi bagaimana caranya? Eunha makin gusar dibuatnya. Ia sejak tadi bergerak dengan gelisah sampai Sowon yang mengemudi di sebelahnya heran.

"Eunha, kau kenapa?"

Eunha menatap Sowon. Ia baru ingat, kenapa tidak menyuruh Sowon saja untuk menghubungi Seokjin?

"Kak Sowon, bisakah kau menghubungi pacarmu untuk bertemu denganku?"

"Kenapa kau mau bertemu dengannya?"

"Ternyata dia salah satu direktur di kantor Jungkook. Aku takut dia mengadu pada Jungkook," ucap Eunha dengan cemas.

"Ya sudah. Kalau ketahuan, kau tinggal pulang ke rumahmu, kan?"

"Ih ... Kak Sowon! Kenapa juga dari awal tidak bilang kalau pacarmu itu bekerja di kantor Jungkook?"

"Kau tidak bertanya," ucap Sowon dengan santai.

"Ayolah, Kak ... aku harus bertemu dengan pacarmu."

Sowon menghela napas, ia mencoba menghubungi Seokjin. Namun Seokjin tidak menjawab panggilannya.

"Yah ... tidak diangkat. Dia pasti sedang sibuk," ucap Sowon. Sebenarnya Sowon sama sekali tidak kesal karena Seokjin mengabaikan panggilannya, ia malah merasa senang.

"Jadi bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?"

"Kau harus datang ke kantornya."

Eunha langsung menatap Sowon dengan kesal. "Sudahlah, lupakan saja!"

"Kau benar-benar tidak mau pulang ke rumahmu, Eunha?" tanya Sowon terdengar serius.

"Kakak tahu sendiri jawabannya."

"Kau tidak merindukan suamimu?" tanya Sowon lagi.

Eunha terdiam sembari menunduk. Sebenarnya kalau boleh jujur, Eunha merindukan suaminya. Ia merindukan tingkah aneh dan menyebalkan suaminya itu. Eunha merindukan pelukan hangatnya yang selalu menemani Eunha setiap malam. Eunha merindukan segalanya tentang Jungkook.

Sowon melirik sekilas pada Eunha, perempuan itu kembali menghela napas. "Lihatlah, kau terluka karena sifatmu yang keras kepala itu. Kembalilah, Eunha. Bukankah kau sudah berkorban banyak untuk keluarga Lee? Kenapa kau mau saja mereka perlakukan seperti itu, huh?" celoteh Sowon.

"Kak, biar bagaimanapun mereka sangat berjasa pada hidupku. Mungkin kalau paman tidak merawatku, aku masih luntang-lantung di jalanan sekarang. Hanya ini yang bisa aku balaskan untuk mereka."

"Kau bilang, kau menikah karena ingin menyelamatkan perusahaan pamanmu itu, kan? Lalu kalau kau kabur seperti ini, bagaimana nasib perusahaan itu?"

"Aku yakin, Kak Jieun pasti bisa menanganinya. Lagi pula Tuan Jungkook pasti akan menikahi Kak Jieun. Itu niat awalnya ...," ucap Eunha pelan.

Sowon membelai lembut kepala Eunha untuk sedikit menenangkan perasaan wanita hamil itu. Meskipun hanya mendengar cerita saja, Sowon bisa memahami apa yang Eunha rasakan. Hidup tertekan dan tidak bisa melakukan sesuatu yang ia inginkan, itu sangat menyedihkan.

"Kau harus bahagia, Eunha ...."

Sampai di rumah, Eunha langsung masuk ke dalam kamar. Perempuan itu menyimpan obat-obatannya di nakas. Sedangkan foto usg Eunha ingin letakkan di dalam dompetnya. Sebelum memasukkan foto itu ke dalam dompet, Eunha menatap foto hitam putih itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tangan satunya beralih memegang perutnya yang masih rata. Tanpa kehendaknya, air matanya menetes begitu saja.

Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang