Eunha menatap bingung sekitarnya. Perempuan yang baru saja terbangun dari tidurnya itu merasa sangat asing dengan kamar yang agak sempit ini. Seingat Eunha tadi ia pergi bersama Jieun untuk bertemu dengan Paman dan Bibi Lee. Eunha sempat merasa mengantuk dalam perjalanan dan Jieun menyuruh Eunha tidur. Setelahnya Eunha tidak ingat apa yang terjadi padanya.
Apa mungkin ia sudah berada di rumah Jieun?
Eunha menatap ke arah jendela kamar. Wanita itu membulatkan matanya saat melihat keadaan luar sudah gelap. Selama apa Eunha tidur?
"Aku sudah membawanya seperti apa yang kau bilang. Tapi kau harus menepati janjimu, Yeo Jingoo."
Samar-samar Eunha mendengar suara perempuan dari luar kamar ini. Dengan gerakan pelan, Eunha bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamar itu. Eunha memutar knop pintu ruangan itu, namun tidak bisa terbuka karena pintunya terkunci.
"Kak Jieun?" panggil Eunha sembari mengetuk pelan pintu itu. Meski samar-samar, Eunha bias memastikan kalau suara yang ia dengar tadi adalah suara Jieun.
Tidak lama setelah Eunha memanggil Jieun, ia merasakan ada pergerakan knop pintu dan ia bias melihat Jieun yang membuka pintu dari luar.
"Kapan kau bangun?" tanya Jieun basa-basi. Wanita berambut panjang itu memasang senyumannya pada Eunha.
"Baru saja. Maaf ya, Kak. Aku malah ketiduran dan pasti merepotkan kakak untuk mengangkatku ke kamar."
"Oh itu tidak masalah. Lagi pula ada orang membantuku tadi."
"Oh ya, di mana Paman dan Bibi? Aku sudah tidak sabar bertemu dengan mereka," ucap Eunha terdengar antusias.
Jieun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya kita belum sampai ke rumahku, sih. Tadi di jalan mobilku mogok, jadi aku singgah di sini."
"Astagah! Jadi aku benar-benar merepotkan Kakak? Maafkan aku."
Jieun langsung menggeleng. "Tidak, kau tidak merepotkan. Lagi pula kebetulan mobilku mogok tidak jauh dari tempat tinggal temanku."
"Oh ... jadi ini rumah teman kakak?"
Jieun mengangguk kecil. "Ya sudah, lebih baik kau istirahat di kamar ini lagi. Aku akan memanggilmu kalau mobilku sudah bagus," ucap Jieun sembari menuntun Eunha kembali masuk ke dalam kamar.
"Aku juga akan membawakanmu makanan agar kau tidak lapar."
Eunha sebenarnya ingin menolak, tapi Jieun menjadikan kehamilan Eunha sebagai alasan hingga membuat Eunha mau tidak mau mengikuti apa yang Jieun katakan. Setelah Jieun meninggalkan kamar itu, Eunha langsung mencari ponselnya. Ia berniat menggabari Bibi Kim. Eunha pasti yakin kalau sekarang Bibi Kim sedang mencarinya karena Eunha sudah keluar rumah cukup lama.
Namun ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ponselnya di manapun. Padahal seingat Eunha ia mengisi ponselnya ke dalam tas yang ia pakai. Tas itu berada di atas meja dekat ranjang tidur, namun saat memeriksa isinya, ternyata ponselnya tidak ada di sana.
Apa mungkin ada di dalam mobil Kak Jieun?
Eunha kembali bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju pintu. "Kak Jieun? Kenapa pintunya terkunci?" tanya Eunha saat ia tidak bisa membuka pintu kamar itu.
Namun tidak ada sahutan sama sekali dari Jieun. Eunha mulai merasa panik, pikiran negatif mulai memenuhi pikirannya. Ia juga mulai merasa janggal setelah mengingat-ingat apa yang telah terjadi hari ini dengan Jieun. Jieun tiba-tiba mengajaknya bertemu setelah menghilang beberapa bulan. Wanita itu juga memaksa Eunha untuk ikut dengannya padahal Eunha sudah mencoba menolak. Dan lebih anehnya, mobil Jieun yang tiba-tiba mogok dan Jieun membawa Eunha ketempat yang asing ini.
Apa Kak Jieun ingin menculik aku? Ah itu tidak mungkin. Apa untungnya dia menculik aku?
Eunha kembali mengetuk pintu kamar itu sembari memanggil-manggil nama Jieun, namun lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban apapun.
***
Di luar kamar Jieun menggigit kukunya sembari ke sana kemari. Wanita itu terlihat gelisah. Ia bisa mendengar suara Eunha yang memanggil-manggil namanya namun ia sama sekali tidak ingin membukakan pintu untuk Eunha. Wanita berambut panjang itu sibuk menatap ke arah jendela seperti menunggu kedatangan seseorang. Tidak lama dari situ, Jieun bisa melihat sebuah mobil sedan datang dan parkir di depan halaman rumah itu. Jieun langsung berlari keluar rumah dan menghampiri seorang pria yang keluar dari mobil itu.
"Di mana dia?" tanya pria itu pada Jieun.
"Dia ada di kamar," jawab Jieun.
Pria itu tersenyum tipis. "Kerja bagus, Jieun."
Jieun hanya mengangguk kecil. "Kau harus ingat janjimu! Wanita itu sedang hamil, jangan sampai kau melukainya sedikitpun!" ucap Jieun dengan sedikit menekankan kata-katanya.
"Hamil? Baguslah, itu akan semakin membuat Jungkook frustasi karena kehilangan istri dan calon anaknya," gumam pria itu pelan namun masih bisa terdengar oleh Jieun.
"JINGOO! Jangan coba-coba sakiti Eunha. Ingat! Tujuan awal kita hanya untuk mengancam Jungkook."
Jingoo hanya mendesis kecil. "Iya! aku tahu." Ia kemudian menatap rumah di depannya.
"Aku ingin bertemu dengan wanita itu," ucap Jingoo pelan. Ia kemudian berjalan memasuki rumah itu diikuti oleh Jieun.
Mereka bisa mendengar suara Eunha yang meminta untuk dibukakan pintu. Suara itu berhenti saat Jingoo membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalamnya. Eunha yang berdiri di depan kamar langsung mundur karena terkejut melihat wajah orang yang tidak ia kenali. Ia bisa melihat Jieun juga ikut masuk ke dalam kamar.
"Kak Jieun, aku harus pulang sekarang. Jungkook pasti mencariku," ucap Eunha pada Jieun.
Jieun segera menghampiri Eunha. "Bagaimana mungkin kau mau pulang sekarang? Ini sudah malam dan jarak tempat ini jauh dari kota Seoul. Bukankah kau ingin bertemu dengan orang tuaku?" Ucap Jieun. Wanita itu jelas masih ingin menahan Eunha.
Eunha menggeleng. "Tidak, Kak. Meski ini jauh pasti supir akan menjemputku. Aku harus pulang sekarang!" Eunha tetap kekeh. Ia berkata seperti itu karena mulai merasa curiga pada Jieun. Apa lagi Jieun membawa pria asing yang terus menatap Eunha dengan dingin.
"Oh ya, ponselku sepertinya ada di mobil Kakak. Aku ingin mencarinya dan menghubungi supir untuk menjemputku."
Jieun segera menahan lengan Eunha. "Tidak! Kau tidak boleh pergi dari sini!"
Raut wajah Eunha berubah, ia menatap Jieun dengan tajam. "Aku harus pulang, Kak!"
"Eunha, dengarkan aku! Ini sudah larut malam, tidak baik untukmu dan bayimu kalau kau pulang malam ini." Jieun masih tetap berusaha mencegat Eunha dengan baik-baik.
"Tidak. Aku mau pulang malam ini juga!" Eunha berjalan ke depan berusaha menerobos Jieun dan Jingoo. Namun ia ditahan oleh Jingoo.
"Kalau disuruh jangan pergi, ya jangan!" ucap pria itu dengan dingin. Eunha berusaha menghempaskan tangan lelaki itu namun tidak berhasil karena Jingoo mencengkram lengannya dengan kuat.
"Pegang tangannya yang satu, Jieun. Kita harus mengikat wanita ini agar tidak banyak tingkah," ucap Jingoo. Jieun tidak menjawab namun ia mengikuti apa yang Jingoo katakan.
"Lepaskan aku! Kak Jieun apa-apaan ini?! Kakak menculikku ya?" kata Eunha sembari memberontak. Jieun tidak menjawab, ia dan Jingoo masih menyeret Eunha masuk kembali ke dalam kamar.
Mereka berdua mendudukkan Eunha di atas ranjang dan mengikat tangannya ke belakang dengan tali. Mereka seakan tuli dengan teriakan-teriakan Eunha.
"Kau tenang saja. Kami tidak akan membunuhmu ... jadi tolong tetap tenang di sini," ucap Jingoo pelan dekat telinga Eunha. Setelah selesai mengikat tangan Eunha keduanya keluar dari kamar itu dan mengunci pintunya dari luar.
Di dalam kamar Eunha hanya bisa menatap benci ke pintu. Ia merutuki dirinya sendiri karena sudah mempercayai Jieun. Seharusnya semenjak Jieun memintanya untuk melepaskan Jungkook, Eunha tidak boleh percaya lagi pada wanita itu. Ini memang salahnya dari awal.
#####
Eunha tuh terlalu percayaan sama orang... hhiihh bikin gemessss...
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife
Fanfiction[END] Jung Eunha rela menjadi istri pengganti untuk Jungkook sebagai balas budi untuk keluarga Lee yang sudah merawatnya dari kecil. Bagaimana Eunha menghadapi suaminya yang memiliki perilaku luar biasa menyebalkan? Mampukah Eunha menahan dirinya a...