|Bullies |

4.2K 304 99
                                    

"Kali ini mungkin semesta tidak berpihak padaku, tapi siapa sangka bisa saja semesta memihakku esok."



Balik lagi!! Jangan lupa Vote +komen ya:)

Fathan memarkirkan motor kesayangannya tempat biasa. Tidak seperti biasanya ia datang sepagi ini. Sebelum melangkah menuju kelas matanya tak sengaja menangkap seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda berjalan sendirian. Dia Lora, gadis yang selama setahun belakangan ini Fathan ganggu.

Sebuah ide muncul di otaknya, Fathan segera mendekat. "Ke kelas bareng yuk?!" ajak Fathan, namun yang diajak bicara pun tak menyahut dan tak melirik sedikitpun.

Gadis itu tetap berjalan dengan langkah cepat seperti biasanya, tatapannya datar. Fathan mensejajarkan langkah mereka, entah kesambet apa gadis itu berjalan sangat cepat.

"Hari ini nggak ada upacara yah," ucap Fathan. Beberapa detik kemudian dalam hati Fathan menerutuki kebodohannya karena telah berbicara bego.

Sialan! Mana ada upacara hari selasa begini! Bego lo Fathan bego!,Batinnya.

"Udah sarapan?" tanya Fathan mengganti topik. Dia menaikan alisnya menunggu respon Lora.

"Kalau gue sih udah. Kalau lo belum jangan lupa sarapan yah." lagi, ucapannya tidak di respon sama sekali oleh Lora. Gadis itu tetap diam dengan langkah semakin cepat.

"Kok buru-buru sih? Belum telat lho," Fathan melirik arloji yang melingkar ditangannya.

"Kok diam-diam aja? Sariawan yah?"

Seketika perkataan Fathan barusan membuat Lora menghentikan langkahnya, begitupun Fathan. "Brisik tau nggak!" sarkasnya dan berlalu pergi.

Fathan menganga, menatap punggung gadis itu dengan geleng kepala. "Emang sariawan dia kayaknya."

🍁

Lora meletakan tasnya di atas meja dengan kesal, mengusap wajahnya mengingat kejadian tadi. Detik itu juga Lora menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan cowok yang tiba-tiba saja berlaku seperti perempuan. Cerewet dan menyebalkan.

Menghela napas berat Lora membuka tasnya, lalu mengambil novel kemarin. Membuka halaman yang sudah dia beri tanda. Semalam tak sempat dia baca karena ketiduran sehabis belajar.

Pagi ini hanya ada dirinya dan Kalea yang ada di kelas. Kalea juga sama seperti dirinya, gadis pendiam yang tidak memiliki teman. Jika Kalea dan Lora dijadikan teman, maka tidak akan ada topik yang dibahas karena keduanya tak suka banyak bicara.

Seperti biasa, Lora suka datang sepagi mungkin ke sekolah, menghirup aroma pagi yang cerah. Baginya, aroma pagi itu sangat enak tidak bercampur dengan polusi kendaran.

Tiba-tiba saja sebuah roti dan susu coklat berada di atas meja. Lora menurunkan novelnya dari wajah, menatap makanan itu dengan dahi mengerut. Suara tarikan kursi di depan membuat pandangan Lora teralih menatap seseorang di depannya.

Siapa lagi jika bukan Fathan. Hanya satu-satunya cowok yang niat ingin dekat dengannya.

"Ada yang lupa," Lora mengangkat alisnya sebagai respon tanpa memandang Fathan.

"Selamat pagi Lora." Fathan memamerkan senyuman manisnya. Terlihat di sana lesung pipit yang Indah.

Walau ucapannya tak dijawab Lora namun senyuman Fathan tak pernah luntur. "Gue tahu lo pasti belum sarapan makan gih," titah Fathan.

Reach The Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang