| Love Letter |

3.3K 221 79
                                        

"Semesta benar, kita adalah dua kutub magnet yang sejenis."



BUDAYAKAN VOTE

JANGAN LUPA VOTE+KOMEN YA:)

Langkah kaki terdengar jelas di tangga membuat wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan itu menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu tersenyum melihat anaknya sudah turun.

"Tumben telat kak?" tanya Sarah.

Lora tersenyum kecil lalu mengambil sarapannya. "Ketiduran, Bun. Lagi pula masih ada 25 menit lagi kok." ucap Lora melirik arloji ditangannya.

Sarah menggeleng. Padahal waktu 25 menit itu cukup lama tapi Lora selalu saja pergi sepagi mungkin.

"Ayah mana Bun?"

"Udah pergi," Lora mengangguk kecil.

"Gimana sama belajarnya? Perlu les tambahan nggak?" tanya Sarah.

Lora menggeleng. "Nggak deh Bun. Lora belajar di rumah aja,"

Sarah terdiam, berjalan mendekat ke arah Lora lalu memeluk pundak anaknya. "Kenapa? Soal uang?" tanya Sarah.

"Bukan," jawab Lora cepat, sebelum Sarah salah mengartikannya.

"Terus?"

Mendesah berat, Lora tersenyum pada Sarah. "Lora cuma pengen belajar di rumah aja Bun. Kalau les waktu Lora istirahat enggak ada."

Sarah mengerti. Tapi tetap saja dia merasa bahwa Lora menyembunyikan sesuatu darinya. Lora sangat tertutup. Apa pun yang Lora inginkan pasti Sarah dan Noval akan kabulkan. Sayangnya Lora tidak pernah meminta apapun padanya.

"Yaudah deh kalau itu mau kamu. Bunda nggak maksa, tapi kalau kamu mau les bilang sama Bunda." Lora tersenyum menanggapi.

Setelah menyelesaikan sarapannya Lora segera bergegas. Mengambil tas dan bekalnya lalu mengambil tangan Sarah untuk ia cium. "Lora pergi dulu Bunda." pamitnya.

Selama perjalanan menuju sekolah Lora tetap membaca novelnya di angkot. Hal biasa Lora lakukan daripada melamun di angkot.

Setelah sampai, Lora turun dan membayar ongkosnya. Ia masih membutuhkan waktu untuk 2 menit untuk jalan menuju kelas.

"Lora!" mendengar seseorang memanggilnya Lora segera menoleh ke arah sumber suara.

Dia perempuan berambut pendek, tersenyum manis ke arahnya. Lora sama sekali tidak mengenal gadis itu. Entah adik kelas atau teman seangkatannya.

Lora tidak tersenyum, hanya memperhatikan gadis itu mendekat ke arahnya. Dia berlari kecil untuk menghampiri Lora yang cukup jauh berdiri darinya.

"Apa?" hanya ucapan itu yang Lora lontarkan

"Nih, ada surat buat lo," ucapnya, menjulurkan surat itu pada Lora.

Surat? Surat apa?

Melihat raut penuh tanya pada wajah Lora gadis itu segera mengucapkan sesuatu, "Pujangga lo nih yang ngasih, dia nitip ini dari kemaren."

"Punjangga?" gumam Lora.

Gadis itu memutar bola matanya malas, lalu menarik tangan Lora untuk memberikan surat itu.

"Fathan, siapa lagi kalau bukan dia? Lo kan gebetan dia," ucapnya tertawa.

"Gue bukan gebetan dia!" tolak Lora dan melangkahkan kakinya pergi.

Gadis itu meringis mendengar suara dingin dan datar itu. Betul kata Fathur, gebetan Fathan aneh.

Tersadar dari lamunannya gadis itu kembali berlari kecil memanggil nama Lora.

Reach The Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang