| Surprising Facts |

354 55 17
                                    

"Jangan terlalu berharap, karena yang hadir belum tentu takdir."


A

ku update lagi! So jangan lupa vote dan komen ya! Absen jangan lupa❤️👀

Gelak tawa Aji dan Abim menggema di sepanjang koridor diikuti kekehan kecil dari Fathan dan Miko sementara Fathur tersenyum mendengarkannya. Cowok itu sibuk membalas pesan dari sang pacar sedangkan yang lain sibuk tertawa mendengar cerita Aji. Tak henti-hetinya tatapan kagum dari adik kelas tertuju pada mereka.

"Thur barusan lo udah meresahkan sekolah," seru Miko. Sebelah alis Fathur terangkat menatap Miko bingung.

"Meresahkan gimana?" sambut Aji.

"Udah bikin ciwi-ciwi klepek sama senyuman lo. Pantesan ye lo dari tadi kagak ketawa, taunya malah sibuk sama hp."

"Si kecil aktif ya bund," sahut Abim langsung dihadiahi gelak tawa dari Fathan dan Aji. Sementara Fathur memutar bola matanya malas.

"Kenapa iri lo?" celetuk Fathur.

"Iri? Ya jelas lah! Lo bikin semua ciwi-ciwi gak noleh ke gue," seru Miko merubah rautnya menjadi sedih.

"Sumpah jijik gue liat tampang lo," Abim bergedik geli, melangkahkan kakinya terlebih dahulu sebelum mendapat amukan dari Miko.

"Ajim lo Bim!" Fathan, Aji dan Fathur tertawa keras melihat keduanya berlarian dengan saling mengumpat. Sampai-sampai murid yang berdiri di koridor juga ikut tertawa karena mereka.

"Lo berdua ngapain di panggil ke ruang BK?" Aji bersuara setelah meredakan tawanya yang hampir membuat perutnya sakit.

"Olimpiade lagi?" Fathan menggeleng. "Kali ini kita gak ikut. Digantiin sama adik kelas,"

"Cuma itu doang?" tanya Aji cengo yang diangguki Fathur dan Fathan.

"Yaelah gue kira ngapain taunya gitu doang."

"Emang kenapa? Lo berminat gantiin gue sama Fathur?" tanya Fathan, Aji tersenyum.

"Makasih Than. Lo terlalu baik gak perlu repot-repot nyuruh gue gantiin lo. Soalnya otak gue gak nyampe, sekedar info aja sebelum kalah." tolak Aji membuat Fathan terkekeh.

Well, Aji sebenarnya pintar tapi tak sepintar kedua temennya ini. Lagi pula kedatangan Fathur dan Fathan ke ruang BK hanya mendengarkan penjelasan dari sang guru tentang menggantikan Olimpiade mereka.

"Than itu bukannya si Lora ya," suara Aji menginstruksi keduanya menoleh ke arah tunjuk Aji. Tepat di ujung sana Lora membawa tumpukan buka tebal terlihat kesusahan tanpa bantuan temannya.

"Bantuin Than ka--" belum sempat Aji menyelesaikan ucapannya Fathan sudah lebih dulu menghampiri gadis itu, hingga gelak tawa dari Fathur di sampingnya membuat Aji mendengus.

Kebiasaan!

"Sini gue bantuin," Lora tersentak kaget tat kala setengah buku tebal yang ia bawa tadi sudah berada dalam pelukan Fathan. Cowok itu datang tiba-tiba tanpa memberitahu, dan lebih parahnya lagi 4 hari tak saling menyapa cowok itu masih bersikap seperti biasa.

"Eng--gak papa. Gue bisa sendiri," saat tangan Lora hendak menjangkau buku dalam pelukan Fathan, cowok itu lebih dulu menghindar.

"Setengah aja masih sulit," ledek Fathan seperti biasa. Lora membuang muka setelah mendengar kekehan Fathan. Tak bisa di pungkiri bahwa memang dirinya tengah kesulitan membawa 20 buku tebal yang diperintahkan Pak Beni kepadanya.

Sebenarnya berdua bersama Lala, tapi di karenakan gadis itu juga di panggil oleh guru kesenian alhasil Lora lah yang membawa semua bukunya. Sebelum pamit Lala juga meminta maaf karena tak bisa membantu Lora.

Reach The Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang