| Again |

3.3K 234 74
                                    

"Karena Cinta tidak tahu kapan datang dan berhentinya, biar waktu yang menjawab."



Sebelum baca jangan lupa Vote+komen...

Hargai dengan Vote&Komen:)

Selamat membaca.

Ramai, berisik, ribut dan kacau, itulah gambaran kelas saat ini. Mencoba memejamkan mata menahan suara berisik kelas tanpa mengeluarkan perkataan yang tajam dari mulutnya. Ingin sekali Lora memarahi mereka namun itu tidak ada gunanya. Kelas free yang berarti semua bebas beraktivitas dalam batasan.

Tidak hanya kelas mereka saja, tetapi seluruh kelas kini sedang tidak ada pembelajaran dikarenakan guru sedang rapat bersama kepala sekolah.

Entah rapat apa itu Lora sama sekali tidak peduli.

Jika saja dirinya ketua kelas, ingin rasanya menyuruh mereka diam dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Biar semuanya diam dan tidak berisik. Kupingnya terasa panas berada di kelas, yang biasanya Lora duduk di luar sekarang tidak bisa, bukan karena tidak mau tetapi malas bertemu dengan Fathan. Pasti saja laki-laki itu mengintilinya lagi.

Ah sial!

Bagaimana dirinya bisa fokus membaca novel jika suara ribut di kelas semakin keras?

Lora memandang kelas dengan berat hati. Mereka semua sibuk dengan aktivitas masing-masing, tertawa, bercerita dan seru-seruan bersama yang lain. Tapi dirinya? Dirinya tidak fokus hanya membaca novel saja.

"Tumben lo nggak keluar Ra?"

Suara itu membuat Lora menoleh seraya menggenggam novelnya. Menatap Ale yang berdiri di samping meja. Cowok berkaca mata yang sering di sapa Ale itu menunggu jawaban Lora. Satu-satunya temen kelas Lora yang memakai kacamata tapi tidak cupu.

"Ini mau pergi." jawab Lora pasrah, melangkahkan kakinya keluar kelas.

Tidak ada pilihan lain lagi selain keluar kelas. Rasa penasaran pada ceritanya lebih menarik daripada duduk sendiri di kelas hanya memandang teman-temannya.

Seperti biasa, Lora akan pergi ke taman di mana setiap harinya ia menghabiskan waktu untuk membaca novel. Di sana tidak terlalu ramai, tidak seberisik seperti di kelas dan juga nyaman untuk sendiri. Hanya ada satu atau dua orang di sana sibuk membaca buku.

"Dari mana aja lo? Dari tadi dicariin malah kagak nongol,"

Belum sampai Fathur masuk ke dalam kelas Abim sudah memberikan pertanyaan. Fathur mengambil sebotol minumannya dalam kantong kresek yang dia bawa, lalu melemparkan kantong tersebut pada Abim.

"Dari kantin. Haus gue," jawab Fathur. Cowok itu duduk di atas meja, meneguk setengah minumannya.

"Ke kantin nggak ngajak-ngajak," gerutu Abim seraya membuka tutup botol minum yang dibeli Fathur.

Fathan, Aji dan Miko juga berebut mengambil minuman itu di tangan Abim.

"Emang elo pacarnya ke kantin segala ngajak? Mona aja nggak di ajak," celetuk Miko.

Mereka saling menatap satu sama lain lalu menertawakan Abim. Ya, Mona yang sebagai pacar Fathur saja jarang sekali cowok itu mengajaknya pergi, apalagi Abim.

Di antara mereka berlima hanya Fathur saja yang memiliki pacar. Cowok pendiam, tidak banyak bicara dan juga dingin itu bisa-bisanya memiliki pacar sebaik Mona. Padahal selain Fathur keempatnya cowok paling humoris.

Reach The Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang