Duduk di depan laptopnya sambil menyeruput secangkir kopi panas, seorang perempuan yang menginjak usia akhir 20-an nya itu tersenyum, ia melihat tulisannya yang menghiasi layar laptopnya.
"My Perfect Boyfriend ..." Ia membaca kalimat terakhir tulisannya, "... tapi sekarang, bukan boyfriend lagi. Husband."
Ia menghela nafasnya, memutar kursinya untuk melirik kearah foto yang terpajang didinding ruang kerjanya, ditatapnya foto itu dengan seksama, perlahan senyumnya mengembang, "Delapan tahun yang lalu, aku inget gimana aku bisa ketemu sama kamu ..."
"Akbar, cowok pertama yang bikin aku tau, apa itu cinta."
Perempuan itu kembali menatap laptopnya, "tulisan ini bakal aku simpan, biar kita bisa sama-sama inget apa aja yang kita lewati sewaktu muda dulu," dengan tangan yang bergerak memainkan mouse, ia kembali pada halaman pertama tulisannya.
"Oke, mari kita flashback ke jaman dulu."
***
Ting Ting Ting
Bell sekolah berbunyi nyaring, seluruh siswa yang mendengar nya pun segera masuk ke dalam kelas masing masing.
Dengan memegangi tali tas ransel, gue yang saat itu baru aja masuk ke sekolah ini, mengedarkan pandangan ke arah kelas-kelas. Di samping gue ada seorang guru wali kelas dengan seragam rapihnya.Riska Kusuma, nama itu tercetak jelas pada name tag dibajunya. Guru muda yang mungkin usianya baru 27 tahun.
"Pagi anak anak," bu Riska menyapa seluruh murid nya yang telah duduk rapih, tatapan mereka semua tertuju ke arah gue dengan banyak nya tanda tanya di atas kepala mereka.
"Hari ini, kita kedatangan murid baru. Dia murid pindahan, Ibu harap kalian semua bisa berteman baik dengan nya," bu Riska menoleh ke arah gue, "Perkenalkan diri kamu, Kirana."
Gue maju satu langkah, menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya, "hallo semua, nama gue Kirana Marchela. Kalian bisa panggil gue Kirana, semoga kita bisa berteman baik ya."
Mereka semua menjawab sapaan gue dengan malu malu, bikin gue tambah malu.
Haha.
"Kalo gitu Kirana, kamu boleh duduk di samping Sherli, silahkan."
Gue mengikuti tunjukkan tangan dari Bu Riska, tatapan gue jatuh pada kursi kosong di pojok belakang.
Tak apalah, yang penting di sebelah gue cewek.
"Eum, H-hai... Gue Sherli," orang yang ada di sebelah gue menyapa gue dengan hangat, Gue menoleh ke arah nya dan tersenyum, "h-hai juga Sherli, ehehe."
Kami berdua masih sama sama malu, dia terlihat gugup di depan gue. Mengulum bibir nya sambil sesekali mencuri curi pandang ke arah gue.
Gue yang merasa canggung pun, akhirnya mencairkan suasana, "ini bangku kosong tiga, ada yang ngisi ya? Siapa?"
Belum sempat Sherli menjawab ucapan gue, tiba-tiba saja pintu yang tadi nya tertutup didobrak kencang oleh seorang laki-laki dengan seragam yang dikeluarkan.
Eh ralat, ada tiga orang ternyata.
BRAKK
"ASTAGAAA!! AKBAR! KAMU LAGI, KAMU LAGI YA!" Bu Riska dengan segala kekesalan nya memandang murka pada tiga orang lelaki itu.
Dua di antara nya mendorong dorong si pendobrak pintu tadi, "duluan sana anjir, lo yang ngedobrak."
"Lo sih pake segala didobrak, kata gue juga pelan-pelan aja. Sana lo ngadep bu Riska duluan."

KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BOYFRIEND
Jugendliteratur❝Tuhan memang baik ya, dia bisa mempertemukan kembali aku dan kamu yang sudah terpisah sejak awal bertemu.❞ Apakah ini bisa disebut dengan takdir? Ini cerita pertama saya. Maaf kalo sedikit absurd dan tidak jelas, apalagi kalau ada typo dan kata yan...