Gue berjalan dengan santai di koridor sekolah, memegangi tali tas ransel sambil tersenyum pada orang orang yang menatap bingung ke arah gue. Ini hari ke dua gue di sekolah ini, setelah hari pertama yang sial kemarin.
"Pagi Sher," gue menyapa hangat Sherli yang sudah duduk di bangku nya sambil menyalin catatan orang lain.
"Oh? Pagi juga." Ia menoleh sesaat ke arah gue lalu kembali fokus pada kerjaan nya.
"Lagi nulis apa?"
"Ini, gue lagi nyalin tugas. Semalem gue marathon baca Wattpad, ampe kelupaan kalo sekarang ada PR."
Gue hanya mangut mangut saja, gue gak terlalu mengambil pusing apakah gue harus menyalin juga atau enggak. Toh gue anak baru, guru nya pun paham kenapa gue ga ngerjain.
Lalu gue membuka tas dan mengambil Handphone yang gue taruh di sana, membuka sosial media sebelum bell masuk berbunyi.
Namun tak lama kemudian, ada dua orang yang datang menghampiri meja gue. Salah satu nya duduk di depan sherli namun pandangannya ke arah gue, "H-ha.. Hai. Hehe."
Gue mengangkat kepala dan mendapati dua orang perempuan yang melambaikan tangan pada gue, oh ralat hanya satu orang.
Dia yang duduk di depan sherli.
"Mau kenalan boleh ga? Hehe."
Gue menyunggingkan senyum lebar padanya, "Boleh lah. Kirana. Hehe."
Hehe ...
Hehe ..."GUE KIREY DAN INI TEMEN GUE NADIA!"
Suaranya yang meninggi ternyata mampu membuat Sherli emosi, ia melempar penghapus tepat di wajahnya, "berisik babi! Ga usah teriak teriak."
"Ehehe maap-maap," ia menggaruk tengkuknya, mungkin merasa malu dan canggung.
Sama seperti saat gue dan Sherli berkenalan, Kirey dan Nadia pun tampak malu malu.
Gue juga.
Hingga keheningan terpecah saat Axsel rusuh menggusur Kirey yang menduduki bangku nya.
"NINU NINU NINU MINGGIR MINGGIR SI KASEP MAU DUDUK!"
"Isshh apaan sih?! Berisik aja lo," Kirey mendengus sambil beranjak dari duduk nya, dan berdiri di samping Nadia.
"Nyenyenyenye."
Axsel duduk berbalik menghadap ke arah Sherli yang masih sibuk menulis. Ia menatap nya dengan rinci, hingga orang yang di tatap nya merasa risih, "apaan sih?!"
"Sher, temen gue demen ama lo tuh," ucapnya sambil melipat kedua tangan nya di atas meja. "Kata nya mau ga jadi pacarnya."
BRAK
"Mulut lo!" Dari belakang tiba tiba ada serangan yang mengenai kepala Axsel.
Itu Roni yang memukul kepala Axsel pakai tasnya.
Gue dan yang lainnya hanya menahan tawa, namun lain lagi dengan Akbar yang duduk di hadapan gue.
Ia malah menopang dagu sambil menatap gue dengan tatapan tajamnya.
"Apa?" Tanya gue datar.
"Kenapa kemaren lo blokir line gue?"
"Lagi gabut," jawab gue singkat sambil pura-pura memainkan handphone.
"Lo liat? Lo liat mata gue!" Ia memajukan tubuhnya dengan mata melotot, gue pun dengan cepat menjauh memundurkan kursi.
"Gue semaleman gak tidur gara-gara lo. Gue semaleman mikir gimana biar gue bisa ngechat lo lagi, dan jawaban lo cuman lagi gabut?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BOYFRIEND
Teen Fiction❝Tuhan memang baik ya, dia bisa mempertemukan kembali aku dan kamu yang sudah terpisah sejak awal bertemu.❞ Apakah ini bisa disebut dengan takdir? Ini cerita pertama saya. Maaf kalo sedikit absurd dan tidak jelas, apalagi kalau ada typo dan kata yan...