"Eh, gue ke WC dulu ya. Kalian bertiga duluan aja ke kantin nya, nanti gue nyusul."
Gue menghentikan langkah di pertigaan koridor, Kirey dan Sherli hanya mengangguk mengiyakan ucapan gue. Gue berjalan berlawanan arah dengan kantin. Kirey, Sherli, dan Nadya berbelok ke arah kanan, sedangkan gue ke arah Kiri.
Baru saja gue menginjakkan kaki di dalam toilet, terlihat ada tiga orang yang sedang merias diri di hadapan cermin.
Rok dan seragam nya tampak ketat, salah satu nya menggunakan bando kuning dengan lipstik yang tebal.
Gue berjalan dengan sedikit menunduk dan memasuki bilik kedua, menyelesaikan sisa zat yang sedari tadi gue tahan.
Setelah gue selesai, gue tersentak kaget karna ada mereka bertiga yang sedang berdiri di depan bilik yang gue pakai.
Gue melihat name tag siswi yang menggunakan bando tadi.
Renata dari kelas XII ips 4.
"Maaf kak, saya mau keluar."
Mereka memberi gue jalan, namun kemudian saat gue berjalan melewati nya, Renata selaku pemimpin dari geng mereka menarik rambut gue. Membuat gue terhuyung ke belakang.
"Jujur sama gue! Lo suka sama Akbar kan?" Ia menjambak rambut gue dari belakang
"Aw! Sakit! Lepasin!" Kedua tangan gue memegangi tangan Renata yang semakin menjambak rambut gue.
"JAWAB!" Ia membentak tepat di depan wajah gue, dengan tangan nya yang masih setia menjambak rambut gue.
"Gue ga paham maksud lo, gue ga suka sama dia."
Jambakan nya mulai mereda, namun hanya sesaat setelah nya gue di dorong ke depan, gue hilang keseimbangan dan akhirnya menubruk wastafel. Pinggang gue rasanya sakit banget.
Terduduk di bawah sambil memegangi pinggang, gue menahan sakit. Mata gue memerah menahan amarah.
"Tinggal jujur aja apa susah nya sih? Hah?!" Renata menarik kerah baju gue, membuat gue terpaksa berdiri.
"JAWAB GUE ANJING!"
Gue menutup mata rapat rapat setelah mendengar bentakan keras dari Renata. Hingga kemudian seseorang masuk ke dalam toilet.
"Stop."
Gue menoleh ke arah pintu yang sudah di tutup oleh seseorang, ia mengenakan hodie hitam dengan masker hitam. Gue tak bisa melihat jelas siapa dirinya, karna semua nya tertutup.
Kepala hodie yang menutupi mata nya, dan masker yang menutupi mulut hingga hidung nya.
"Minggir," ucapnya pada Renata.
Renata pum melepaskan cengkraman tangan nya, dan berjalan mundur ; Menyilahkan orang misterius itu mendekat ke arah gue
Ia mengangkat dagu gue dengan satu telunjuk. Pandangan nya tertuju ke bawah, membuat gue semakin penasaran siapa dirinya.
"S-siapa lo?" Gue bertanya pada nya dengan gugup.
Ia mengangkat kepala nya, namun wajah nya masih belum terlihat, dibalik maskernya ia tersenyum miring. "Secepatnya lo bakal tau siapa gue, Kirana Marcella."
Detik itu juga gue tercengang karna dirinya tau nama lengkap gue. Kini gue sendirian disini. Renata, geng nya dan orang misterius tadi meninggalkan gue disini.
Dengan tanda tanya yang menghantui pikiran gue, gue bercermin sambil memegangi ujung wastafel.
"Dia siapa? Kenapa bisa tau nama lengkap gue?"
•
•Gue berjalan kearah meja kantin yang di duduki oleh Kirey dan Sherli, loh? Nadia mana?
Gue duduk di samping Sherli yang sedang melahap bakso pesanan nya "Sher? Nadia mana?"
"Dia tadi ke kelas, ngambil uang. Katanya ketinggalan, tapi sampe sekarang belum balik balik."
Gue hanya menanggapi nya dengan anggukan saja, lalu tak lama kemudian Nadia datang dengan tergesa-gesa.
"Eh sorry, lama banget ya? Gue tadi di panggil guru."
Sampai saat ini gue masih belum cerita tentang kejadian tadi di toilet, biar lah besok juga paling kelar masalah nya.
Tapi gue masih curiga, siapa orang misterius tadi?
"Eh Nad! Paket hodie lo udah sampe, 'kan?"
Hodie?
Gue mengernyit kan dahi saat Kirey menyebutkan kata 'Hodie' di sela-sela makan nya.
"Udah kok, kemaren sore baru sampe. Thanks ya," Nadia tersenyum pada Kirey.
"Iya santai, demi ngincer flash sale lo sampe lari lari ke rumah gue, jingan ngakak gue."
Kirey dan Nadia tertawa, namun gue dan Sherli hanya saling tatap. Tak mengerti arah obrolan mereka.
"Loh? Emang kenapa gak beli dari hp lo aja Nad?" Sherli mewakili gue dengan pertanyaan yang sama
"Jadi gue liat flash sale itu pas gue lagi rebahan santuy, nah tapi gue lupa kalo saldo pay gue kosong." Nadia mulai bercerita "Nah, gue buru buru aja ke rumah nya Kirey buat minjem saldo pay nya dia."
"Tapi, kenapa lo ga chat si Kirey aja? Kenapa lo sampe lari lari ke rumah dia?" Tanya Sherli
"Ga kepikiran anjir, haha."
Gue tak menyimak dengan jelas obrolan mereka selanjutnya, yang ada di pikiran gue saat ini
apa orang misterius itu Nadia?
Sekilas emang suara nya tadi mirip sama suara nadia sih.
•
•"Ett mau kemana?"
Saat gue sedang memakai tas dan akan segera keluar kelas, Akbar mencegah gue. Ia menoleh ke arah gue dengan tangan yang masih memegang pulpen.
Kelas gue semakin kosong, bell berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Tapi gue baru bisa pulang sekarang karna baru aja selesai ngisi tugas yang di kasih sama Bu Riska.
"Mau pulang lah, emang ngapain lagi?"
"Tungguin gue dong, 'kan lo pulang sama gue. Bantuin juga dong, susah banget nih nomer tiga."
"Ck, Lo ngisi tiga soal aja lama nya nauzubillah! Lagian dari tadi tidur mulu sih!"
"Iya sorry, makanya bantuin gue supaya cepet pulang."
Gue hanya menghela nafas panjang lalu menuruti kemauan nya, duduk di tempat Axsel yang sudah kosong.
Entah kemana dua teman nya yang gak mau nungguin si Akbar, itu mah bukan temen nama nya.
"Kiran, lo masih mau nungguin dia?" Sherli merapihkan meja nya. "Gue mau pulang nih."
Gue menoleh ke belakang, "yaudah lo duluan aja, gue pulang bareng dia soal nya."
"Ciee ah, mulai deket nih."
Dih.
"Yaudah ah, gue duluan nya. Lo jangan macem macem Bar! Kelas udah kosong nih." lalu dirinya pergi meninggalkan gue dan Akbar di kelas.
Hanya kita berdua yang tersisa.
"Buruan lelet! Cuman tinggal kita doang di sini."
"Kenapa emang? Di lapangan masih rame tuh sama yang ekskul."
Gue menghembuskan nafas pendek lalu merampas pulpen dan buku nya, mengerjakan tugas nya yang hanya tersisa satu nomer lagi.
"Nih beres! Lo ngerjain satu soal aja udah kayak ngerjain satu lembar ulangan. Cepetan balik, gue capek!"
Hanya butuh waktu dua menit gue menyelesaikan pekerjaan nya, lantas gue langsung beranjak meninggalkan nya yang masih sibuk merapikan barang barang nya.
"Woy tungguin dong elah! Ke kantor guru dulu ngasihin tugas!"
Bodo amat.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BOYFRIEND
Novela Juvenil❝Tuhan memang baik ya, dia bisa mempertemukan kembali aku dan kamu yang sudah terpisah sejak awal bertemu.❞ Apakah ini bisa disebut dengan takdir? Ini cerita pertama saya. Maaf kalo sedikit absurd dan tidak jelas, apalagi kalau ada typo dan kata yan...