CHAPTER 18

1.4K 70 2
                                    

Gue membuka mata yang terasa sangat berat, sinar lampu langsung masuk menyorot mata gue. Ruangan putih dengan bau obat obatan terasa menyeruak di indra penciuman gue.

Gue menoleh ke samping saat mendengar suara seseorang yang mengigau.

"Kirana ... Bangun. Gue kangen sama lo ..."

Itu Akbar yang tertidur di sisi ranjang tempat gue terbaring.

Dan sekarang gue inget kenapa gue bisa ada di sini.

"Gue pengen liat muka lo lagi,"

Detik itu juga, tangan gue yang di genggam oleh Akbar terasa basah. Akbar menangis di dalam tidur nya.

"Akbar ... Akbar,"

Gue membangunkan nya dengan suara parau, Akbar yang mendengar pun langsung terbangun. Ia mengucek mata nya dengan ekspresi terkejut.

"Kiran? Lo bangun? Akhirnya, eh bentar bentar. Gue siapa?"

"Akbar," jawab gue dengan alis menyatu.

"Lo siapa?"

"Kirana,"

"Temen lo ada berapa? Dan siapa aja?"

"Sherli, Kirey, Axsel, Roni sama lo."

"Wah syukurlah ingatan lo ga kenapa kenapa. Gue takut lo malah lupa ingatan setelah Nadia mukul kepala lo pake tongkat baseball."

Gue bernafas lega sambil tersenyum melihat betapa khawatir nya Akbar.

"Eh, tapi ... Gimana caranya gue bisa tiba-tiba ada di sini?"

Akbar mengambil nafas panjang sebelum mulai bercerita, "Jadi semalem itu gue, 'kan, mau ke rumah lo. Tapi pas udah deket, gue ga sengaja liat lo keluar sendirian."

"Yaudah lah gue ikutin lo aja, tapi gue kaget pas lo turun di depan gang gedung kosong itu. Mana jalanan sepi lagi. Asli kaget lho gue, seberani itu lo masuk ke gedung kosong sendirian. Untung lagi terang bulan."

"Nah karna gue takut lo kenapa kenapa, gue ikutin lah lo sampe dalem. Gue tinggal aja motor nya di pinggir jalan. Eh pas di sana lo malah kebingungan nyari si Kirey."

"Nah perasaan gue udah ga enak nih, pasti ada yang ga beres. Yaudah lah gue sembunyi di semak semak sambil nge-rekam semua nya, dan bener aja dong ada Nadia yang tiba-tiba muncul."

"Wah udah pasti ada yang ga bener nih, dan ga lama gue liat laki laki pake topi masuk diem diem. Dan ternyata itu si Juna. Yaudah, gue masih di situ sampe lo di pukul sama Nadia."

Gue mangut mangut, "Terus sekarang Nadia sama si Juna kemana?"

Akbar bangun dari duduk nya dan berjalan ke meja di dekat jendela. Ia mengambil satu buah apel dan pisau, "Di kantor polisi."

"M-maksud nya?"

"Gue laporin mereka berdua ke polisi," ia memotong buah apel menjadi beberapa bagian, lalu menyerahkan nya pada gue. "Nih makan."

"Gue 'kan pinter, ya kali gue ga rekam semua nya? Lo tau ga apa yang mereka lakuin setelah mukul kepala lo?"

Gue menggeleng.

"Kabur."


5 Hari menuju ujian kenaikan kelas.

Tulisan itu terpampang jelas di papan tulis, gue tersenyum tipis sambil mengingat saat kali pertama gue ada di sekolah ini.

"Cepet banget rasanya, gue di sini bareng kalian udah mau setahun. Padahal kayak nya baru kemaren gue masuk."

MY PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang