CHAPTER 26

1.3K 50 0
                                    

"Woy kalian kenapa? Kok pada diem tatap-tatapan gini sih?"

Gue bisa mendengar suara Kirey yang bertanya seperti itu, tapi gue gak bisa natap mukanya secara langsung. Gue bener-bener takut.

"Kalian kenapa sih?!" Suara Kirey meninggi sambil mengguncangkan tubuh Sherli yang membeku.

"Rey ... ," Kata Sherli memanggil namanya.

Gue menggelengkan kepala pelan menyuruhnya agar tidak berbicara apapun. Namun, Sherli tetap pada pendiriannya.

"Axsel kecelakaan."

Gue menundukkan kepala. Menghela nafas panjang sesaat setelah Sherli berbicara.

"Dih? Apaan dah? Becandaan lu kagak lucu, Sher. Ganti lah ganti, ganti yang laen," kata Kirey menanggapi dengan candaan.

"Gue serius. Berita yang tadi di TV ..."

Sherli tak melanjutkan ucapannya saat melihat Kirey kini menatapnya dengan tatapan marah.

"Maksud lo apa sih ngomong kayak gitu? Gue gak suka candaan lo ya, Sher. Mana mungkin Axsel kecelakaan padahal dia baik-baik aja di rumahnya."

Gue memegang pundak Kirey, "kita minta maaf karna gak kasih tau lo sebelumnya. Tapi yang—"

"Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue, 'kan? Jujur lo berdua. Apa yang lo sembunyiin dari gue?!"

"Rey ..."

"JAWAB!"

Gue dan Sherli sama-sama terkejut karena Kirey membentak kami berdua. Sherli dengan tangan gemetar akhirnya terpaksa membuka handphonenya untuk memperlihatkan video yang direkam sebelum Axsel berangkat.

Gue ingat betul saat Axsel bilang dia bakal jelasin sendiri kalo Kirey tanya dia kemana. Dan gue inget betul Roni sendiri yang video-in Axsel di bandara siang itu.

"Gue bikin video ini buat jaga-jaga kalo Kirey tau gue ke Amerika tapi gak bilang-bilang. Gue gak mau kalian kena ampasnya gara-gara bantuin gue. Gue gak mau kalian kena marah Kirey gara-gara bantu nutupin ini."

"Video ini yang bakal jelasin kalo kalian udah gak bisa lagi jelasin ke dia kenapa gue pergi."

Itu yang Axsel bilang tadi siang.

"Aduh berisik banget disini, sorry kalo suara gue ga kedengeran. Tapi, lo harus denger baik-baik apa yang gue omongin, okey?"

"Aduh ngomong apa ya gue? Bingung nih woy. Gini aja deh, hm Kirey ... Gue minta maaf sebelumnya karena gak kasih tau lo soal keberangkatan gue hari ini. Kalo lo mau marah, please jangan marah ke mereka. Marah sama gue aja. Karena, mereka semua gue suruh buat rahasia-in ini."

"Lo tenang aja, gue janji bakal balik lagi ke Indonesia. Lo di sana baik-baik ya, gue gak tau keberangkatan gue ke Amerika bisa bikin gue lupain lo apa enggak. Tapi, semoga aja gue bisa. Bukan lupain lo sepenuhnya kok, cuman berusaha lupain aja kebodohan gue waktu itu haha. Eh sorry terlalu kasar bahasa gue."

"Udah lah, gue gak tau mau ngomong apalagi. So, sekali lagi gue minta maaf sama lo. Gue pergi ya ..."

Video berakhir, tepat dengan itu handphone Sherli digenggam erat oleh Kirey. Pelupuk matanya digenangi air mata, ia menoleh ke arah Sherli, dengan mulut bergetar ia bersuara.

"Gue gak terima ..."

"Rey ..." Gue lagi-lagi memegang bahunya agar sedikit tenang, namun ia malah menghindar. Kini, tatapannya beralih ke arah gue.

"Gue gak terimaaaa ... "

Kirey menggila, berteriak lalu berdiri, berjalan dengan kaki tertatih ke arah meja belajarnya.

MY PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang